Home / Romansa / Menikahi Suami Kembaranku / Bab 8 : Perubahan sikap

Share

Bab 8 : Perubahan sikap

Author: ELOVA
last update Last Updated: 2023-09-01 18:52:40

Bab 8 : Perubahan sikap

Bu Mira terkejut mendengar perkataan suaminya yang dinilai kasar. Tidak sepantasnya Pak Arya mengatakan hal itu. Ia maju satu langkah kemudian menarik tangan Pak Arya yang masih memegangi telepon.

"Ada apa?! Katakan! Aku harus tau apa yang sedang terjadi? Kedua anakku pergi gara-gara kau! Pasti gara-gara kau!" Pekiknya pada Pak Arya. Bu Sani menjatuhkan dirinya, lemas karena takut kehilangan kedua putrinya.

"Diam saja! Kau tidak akan mengerti!" Pak Arya kembali mengetikan sesuatu pada ponselnya, seperti memerintah seseorang. Namun, kali ini Ia hanya memerintah lewat pesan karena jika bicara lewat telepon, jelas Bu Sani akan mengetahui apa yang sebenatnya terjadi.

Bu Sani masih duduk di lantai. Memanjangkan kakinya, raut wajah putus asa ia tunjukan tak lain agar suaminya segera membereskan semuanya.

"Bangun! Aku akan segera menyelesaikannya! Tunggu saja!" Kata Pak Arya sembari melihat ke arah Bu Sani yang masih duduk di lantai.

Bu Sani berdiri kemudian menatap tajam Pak Arya kemudian bertanya, "Sampai kapan aku menunggu? Kenapa kau selalu menjadikan Tisa kambing hitam? Apa kau pikir dia tidak punya hati? Dia punya kehidupan yang harus Ia jalani juga. Dan semuanya akan kacau jika langkahmu dan anak buahmu sangatlah lamban!"

Terpaksa Bu Sani katakan hal itu pada Pak Arya. Karena Ia ingin semuanya berjalan baik-baik saja. Ibu mana yang mau kehilangan dua anakñya sekaligus. Tentu saja tidak akan ada Ibu yang seperti itu.

Bu Sani yang masih kesal, langsung bangkit dari duduknya dengan amarah masih membara di dadanya. Ia pergi dari hadapan Pak Arya karena merasa percuma Ia bicara dengan suaminya itu.

***

Sementara itu, Tira dan Alex sedang berada di mobil. Mereka berdua pergi menuju ke rumah Alex. Belum bertegur sapa setelah kejadian di rumah Tira tadi.

Alex melihat ke arah dimana Tira duduk, wajah Tira menunjukan jika dirinya marah. Namun, Alex baru kali pertama melihat Tira marah. Karena selama ini, Alex mengenal pribadi Tira yang lembut dan hampir tak pernah memperlihatkan kemarahannya.

"Ada apa? Kenapa kamu bersikap seperti itu pada bapak dan Ibumu? Pasti ada alasannya. Kenapa?" tanya Alex yang tangannya diletakan diatas tangan Tira.

Sontak Tira terkejut saat tangan Alex tiba-tiba saja ada di atas tangannya. Tira langsung berpura-pura mengambil ponsel dari tasnya hingga tangan Alex terlepas.

"Tidak. Aku tidak marah." Jawabnya dengan singkat sembari memainkan ponselnya. Kepalanya pun menunduk, tak berani menatap pada Alex.

"Jujur, akhir-akhir ini kamu banyak berubah. Apa aku yang salah menilai kamu? Atau memang wanita itu selalu berubah kapan saja?" tanya Alex sedikit tergelak. Ia ingin sekali melihat Tira tersenyum. Namun, Tira hanya diam. Seolah menunjukan tak tertarik dengan obrolan Alex.

"Wanita itu seperti bunglon. Tergantung situasi dimana dia hinggap," celetuk Alex tanpa beban.

Tiba-tiba saja Tira langsung tertawa mendengar lelucon yang Alex katakan. Padahal, Alex tak berniat melawak karena Ia hanya mengatakan apa yang Ia rasakan saja. Namun, Tira menganggap jika Alex tengah menghiburnya.

Tira tertawa sembari memegangi perutnya. Nyaris tak pernah Alex melihat Tira tertawa seperti itu sebelumnya. Selama berhubungan, Alex mengenal Tira yang pemalu bahkan saat Ia tertawa. Tira selalu menutup mulutnya dengan tangan saat tertawa.

Alex menghengikan mobil di sebuah tempat tongkrongan dimana Ia biasa melepaskan setres dari banyaknya tuntutan yang harus Ia jalani. Hingga Tira pun terkejut melihat dirinya tiba di tempat yang Ia pun tak asing.

Saat Alex menghentikan mobilnya, Tira menyoroti tempat itu dengan manik mata ke segala arah, memastikan semuanya tak akan ada yang mengenalinya. Detik berikutnya, Alex membuka pintu mobil kemudian mempersilahkan Tira untuk turun dari mobilnya.

"Makasih," katanya Tira yang kemudian merapihkan roknya.

Alex menggenggam tangan Tira kemudian membawanya masuk ke dalam caffe yang di sana banyak sekali muda mudi menongkrong. Caffe itu memang menjadi tempat tongkrongan kekinian. Tak heran, saat siang dan malam tak kalah ramai.

Tiba-tiba saja, Tira mengehntikan langkahnya karena Ia melihat seseorang yang Ia kenal ada di sana. Tira berjalan mundur dan menarik tangan Alex. Kemudian, terburu-buru membawa Alex ke luar dari sana tanpa menjelaskan apapun pada Alex.

"Ada apa? Kok kamu malah balik lagi ke parkiran sih? Kita nongkrong di sini dulu, yuk!" Ajak Alex yang kembali menarik tangan Tira.

Tira menatap dalam Alex dengan ekspresi kebingungan. Apa yang harus Ia katakan pada Alex kala itu. Yang jelas, Ia tak bisa berkata-kata.

"Mas, aku mau pulang aja. Aku pusing," kata Tira sembari memegangi perutnya.

Sontak saja Alex heran dengan tingkah Istrinya itu. Ia langsung menempelkan tangannya pada kening Tira. Memastikan suhu tubuhnya.

"Aku nggak sakit." Ucap Tira dengan nada datar. Hentakan kakinya menunjukan jika Tira serius dengan kata-katanya jika Dia dalam keadaan baik-baik saja.

"Mana mungkin nggak sakit. Kamu bilang pusing, tapi malah perut yang dipegang. Ah, kamu kecapean. Yasudah kita pulang saja, ya," ajak Alex pada Tira.

Alex langsung membukakan pintu mobil hingga Tira pun masuk ke dalam mobil itu. Alex merasa jika sikap Tira yang aneh bukan satu atau dua kali terjadi. Namun, kini Alex malah membuat kesimpulan soal keadaan Tira.

'Kenapa aku temukan kepribadian baru pada dirinya? Ah. Apa aku yang sakit kali ini?' Batinnya mulai pusing dengan simpulannya sendiri.

Alex yang masih bingung, langsung pergi menjalankan mobilnya. Membelah jalan memecah keramaian kota bersama dengan Tira.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di rumah. Alex langsung turun dari mobil kemudian ia juga membukakan pintu mobil untuk Tira. Setelah itu, Ia juga menurunkan koper yang merupakan barang-barang milik Tira.

Mereka berdua langsung masuk dan Alex terlihat sangat antusias karena Ibunya pasti akan sangat bahagia melihat Tira pindah hari ini juga.

"Bu!" Seru Alex melihat ke lantai atas tempat biasa Ibunya muncul.

Tak ada jawaban saat beberapa kali Alex memanggil ibunya sampai Alex dan Tira berjalan menuju ke ruang tengah.

"Ibu, lagi apa sih?" Tanya Alex. Ia terkejut saat melihat Ibunya sedang bersantai di sana.

"Apa kamu berhasil bawa istrimu pindah?"

"Lihat saja sendiri!" Jawab Alex.

Bu Sani menoleh ke arah Alex. Ia tersenyum saat dapati Tira ada di sana dengan membawa koper di tangannya.

Ia bangkit dari duduk nyamannya kemudian antusias langsung merangkul Tira. Bahagia sekali karena Tira pindah ke rumahnya hari itu.

"Ibu seneng banget kamu bisa ada di sini. Semoga betah ya, tinggal bareng Ibu." Ucapnya sembari membawa Tira duduk bersamanya.

Tiba-tiba saja, Bu Sani meraba sesuatu dari bawah meja kemudian mengambil sesuatu dari kolong meja. Ia memberikan itu pada Tira.

"Ini, ada paket untukmu," kata Bu Sani sembari memberikan apa yang Ia pegang sedari tadi.

Tira memasang wajah terkejut karena dirinya tak merasa memesan sesuatu di aplikasi berbelanja.

"Coba buka! Ibu ingin tau apa isinya itu," tegurnya pada Tira.

Tira menatap dalam pada Bu Sani, sedikit takut juga saat membawa paket itu. Ia letakan paket berwarna hitam itu di pangkuannya. Karena Bu Sani memaksa, terpaksa ia pun langsung merobek pelastik dan di sana ada ...

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Suami Kembaranku   Bab 54 : Malam terindah menjadi bumerang

    Bab 54 : Malam paling indah menjadi bumerang“Perusahaan Ayahmu bangkrut akibat ulahnya sendiri, Tisa.”“Apa maksud Om?” tanya Tisa bingung dengan apa yang dikatakan olehPak Joni. Pak Joni seolah tak salah dalam hal ini. Pak Joni malah menyalahkan Ayahnya.“Iya, Sa. Ayahmu korupsi di perusahaan kami. Para Investor menarik semua dana yang mereka berikan dan berpindah ke perusahaan Om.”“Benarkah? Apa Om punya buktinya?”Pak Joni langsung mengambil beras dari runagannya dan memberikannya pada Tisa. Tisa melihat memang benar apa yang dikatakan oleh Pak Joni saol Ayahnya itu. “Jika Ayah korupsi, lalu uangnya kemana? Kami nggak pernah loh Om, liat uang segeda ini.”“Entahlah soal itu. yang jelas, Ayahmu sering berurusan dengan Mommy Queen yang seorang Bandar obat-obatan terlarang.”Tisa semakin tercengang mendengarnya. Tubuhnya lemas saat mengetahui soal itu. sedikitpun Ia tak percaya namun itu bukan tanpa bukti. Bukti-bukti foto juga ditujukan oleh Pak Joni. Ingin sekali Tisa percaya pada

  • Menikahi Suami Kembaranku   Bab 53 : Apa yang terjadi?

    Bab 53 : Apa yang terjadi?Tisa mengepalkan tangan di bawah meja dan ingin sekali melayangkan beberapa pukulan pada waita iblis itu. Namun, Ia tak mau gegabah karena bisa saja nyawa Ibunya dalam bahaya jika Ia melakukan tindakan seenaknya.Tisa masih bisa menahannya hanya demi keselamatan Ibunya saja. Bahkan Ia tak menyangka kalau Ayahnya mengenal sosok Mommy Queen.“Lepaskan istriku!” pekik Pak Arya dengan tegas. Nada suaranya menggema di ruangan vvip itu. amarahnya memuncak pada saat Mommy Queen menghinanya. Pak Arya menegaskan jika dirinya tak bisa dipermainkan.“Kau menyayanginya?” tanya Mommy Queen dengan ekspresi mengolok Pak Arya.“Bukan urusanmu! Dia Ibu dari anak-anakku! Tak ada alasan bagiku untuk tidak menyayanginya! Urusanmu bukan dengannya, tapi denganku! Lepaskan dia!”“Ha ha ha, siapa kau? Yang berani memerintah Mommy Queen. Tidak semudah itu, Arya dwi pangga!” jawab Mommy Queen dengan manik mata penuh dendam membara. Entah apa yang terjadi pada mereka di masa lalu.“K

  • Menikahi Suami Kembaranku   Bab 52 : Sang Penolong

    Bab 52 : Sang penolong. Dalam suasana kerisauan soal Ibunya yang tiba-tiba saja diculik Mommy Queen, ada tamu yang datang ke Rumah Pak Arya. Pak Arya juga masih memejamkan matanya dan Ia belum tau kalau istrinya diculik. Tisa berinisiatip untuk membukakan pintu, sementara Tira menunggu di Sofa. Ia juga penasaran, siapa yang datang ke Rumahnya. Detik berikutnya, Tisa terkejut melihat kedatangan Alex yang begitu tiba-tiba sekali. Tisa langsung mempersilahkan masuk dengan harapan Alex membawa kabar gembira bagi keluarganya. Namun, saat Alex masuk ke Rumah Tira malah berekspresi sebaliknya dari Tisa. Yah, mungkin karena alex yang menunjukan banyak perubahan siakap padanya. Makanya, Tira merasa kecewa dengan Alex. Kali ini, Alex ditemani oleh Rendi saat datang ke Rumah mereka. “Mau ngapain? Bukannya kita udah nggak akan bisa bersatu? Bukannya keluarga kamu menginginkan Tisa?” tanya Tira bernada sinis pada Alex juga menatap tak suka ada Tisa. Tisa hanya menatap sekilas pada Tira. Ia j

  • Menikahi Suami Kembaranku   Bab 51 : Penculikan Ibu

    Bab 51 : Penculikan IbuTisa terbengong. Takut salah bicara pada Tira. Di lubuk hatinya, Ia masih menyisakan sedikit rasa cinta untuk Alex. Namun, Ia berusaha menutupinya karena takut Tira terluka."Kok nanya aku?" Ucap Tisa dengan nada candaan saat Tira bertanya pendapatnya soal keinginan Pak Joni dan Bu Sani."Iyalah! Mereka mau kau yang jadi menantunya. Gimana?""Mana bisa aku kepikiran hal seperti itu? Ah! Kau ini!" Tisa menyikut Tira, ingin menegaskan jika dirinya tak punya perasaan sedikitpun pada Alex."Baiklah kalau kau tak suka, ya nggak papa. Yang jelas, aku rasa Alex juga sudah tas cinta padaku. Apalagi, setelah aku kembali.""Apa? Kau merasa Alex seperti itu? Berengsek sekali jika sampai hal itu benar adanya. Lihat saja nanti! Aku akan berikan dia pelajaran jika sampai Ia tak menikahimu. Kau tenang saja, ya?"Tira tak menjawab lagi. Di pikirannya sekarang hanya menginginkan satu hal yaitu kembali menadapatkan perhatian Alex seperti sebelumnya.Tira malah insecure dengan pe

  • Menikahi Suami Kembaranku   Bab 50 : Tau semuanya

    Bab 50 : Tau semuanya.Tisa dan Tira duduk di ruang tamu setelah Alex memersilahkan mereka untuk masuk. Sementara itu, Alex pun segera memberitahukan Ibunya jika Tisa dan Tira berkunjung ke rumah mereka.Saat Alex memanggil Ibunya, Bibi membawa sesuatu dari dapur dengan ekspresi kebingungan saat melihat kedua orang wanita cantik dengan penampilan yang berbeda."Silahkan," kata Bibi sembari menyajikan makanan kecil juga minuman di atas meja.Tira hanya membalas senyum pada Bibi, sementara Tisa diam tak bereaksi apa-apa. Saat ingin menegur pun Tisa menahannya. Ia tak ingin menunjukan kedekatannya dengan anggota keluarga Alex. Ia terlalu takut rasa itu kembali hadir, Ia juga menyadari kalau rasa yang baru saja hadir itu akan musnah seketika hanya karena kebodohan Tira.Detik berikutnya, Bu Sani tiba di ruang tamu. Tisa melihat wanita paruh baya itu lemas di atas kursi roda. Manik matanya berkaca-kaca saat Bu Sani memandangi Tisa. Tisa mencoba membuang tatalannya dan memilih melihat ke ar

  • Menikahi Suami Kembaranku   Bab 49 : Maaf, aku khilaf!

    Bab 49 : Maaf, aku khilaf!Tisa terbengong mendengar ucapan dari Tira. Ia tak menyangka kalau Tira akan mengatakan hal yang membuatnya gagu apalagi saat Tira seolah memaksanya.Tisa belum menjawab ajakan Tira. Ia hanya mengambilkan makanan dan meletakannya di pangkuan Tira yang sebagian tubuhnya masih ditutupi selimut tebal."Makanlah yang banyak. Buktikan pada Ayah juga kalau kau serius mau membantunya. Jika aku punya cara lain untuk membantu Ayah, aku pasti akan lakukan. Hanya saja, kau tau kan sifat Ayah itu sangat keras. Ia bahkan sampai tega membentak dan memukul jika kita sampai salah langkah.""Bukan itu, Sa. Aku hanya ingin menagih janji Alex padaku. Sebuah janji yang tak akan pernah mungkin aku hapus begitu saja.""Janji?" Lagi-lagi Tisa tertegun, pikirannya menerka apa yang menjadi ganjalan Tira."Tisa, aku bisa saja melepaskan Alex dan bisa juga mencari pria yang jauh lebih kaya juga mapan. Aku mampu melakukannya. Tapi ..," Tira tak melanjutkan kata-katanya. Ia kembali menu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status