Nab 10 : Terbongkarnya identitas.Ceklek!Pintu kamar mandi terbuka dan dari sana Alex muncul dengan hanya mengenakan handuk yang Ia gunakan untuk menutupi sebagian tubuhnya."A ...!" Jerit Tira dengan lantang. Sontak saja Tira terkejut melihat Alex yang hanya memakai handuk saja. Tira menutupi matanya dengan kedua tangan dan membalikan badannya saat melihat pemandangan tak biasa. Namun, diam-diam dia membayangkan apa yang Ia lihat. Kulit putih bersih dengan proporsi tubuh kekar di bagian tangan juga perut yang berbentuk persegi bagai roti sobek membuatnya terdiam membisu. 'Nyaris sempurna,' batinnya.Sementara itu, Alex segera memakai pakaian yang buru-buru Ia ambil dari lemarinya. Buru-buru juga Ia pakai celana ketat karena terkejut dengan teriakan Tira."Sudah! Aku sudah ganti baju. Lagian, kenapa kamu nutupin mata sih? Bukannya kita suami istri? Ah, aneh sekali," ucap Alex tampak heran namun Ia langsung merapihkan rambiutnya yang basah."It-itu .. itu karena aku belum terbiasa."
Bab 11 : Sebuah perjanjianTira memilih bungkam dan menunduk. Bahkan manik matanya tak berani melihat pada Ibu mertuanya."Nggak kok, Bu. Kami berdua nggak kenapa-napa. Mari makan," ajak Alex langsung menyambar apa yang ada di hadapannya kemudian Ia makan.Diam-diam Tira melihat Alex dengan ujung matanya dan kembali menunduk berkonsentrasi pada makanan di hadapannya.Semuanya makan malam dengan senda gurau diantara Alex, Bu Sani dan Pak Joni. Berbeda dengan Tira yang sedang merasa takut jika identitasnya terbongkar.'Apa yang harus aku lakukan agar Alex tetap menjaga rahasiaku? Aku harus tau kelemahannnya. Aku tidak ingin Ia tau kalau aku sangat takut semuanya terbongkar. Aish! Jika bapak tau, aku akan mati ditangannya. Dasar kau Tisa! Ceroboh!' Batinnya terus meracau.Dan makan malam pun selesai. Pak Joni meninggalkan meja makan karena ingin bristirahat lebih awal. Sementara Alex pergi lebih dulu tanpa mengatakan apapun dan di sana hanya ada Ibu dan juga Tira."Tira, kamu sedang ber
Bab 12 : Siapa kau sebenarnya?Manik mata Tisa masih terbelalak saat menerima pesan itu. Bibirnya dengan otomatis merekah saat menatap layar ponselnya. Sesekali manik matanya membayangkan sesuatu. Namun akhirnya Ia buru-buru mematikan ponselnya dan memasukannya ke dalam tas yang rencananya akan Ia bawa. Kemudian, Tisa berjalan ke arah luar rumah. Tisa menuruni anak tangga dengan tergesa, dan tak sengaja kakinya terpeleset dikarenakan terlalu terburu-buru saat turun.Tira terpelintir hendak jatuh ke lantai bagian bawah anak tangga. Namun, dengan sigap Alex menangkap tubuh mungilnya. Menyentuh pinggang Tisa hingga sesuatu terasa saat itu.Debaran jantung yang sangat kencang juga manik mata diantara Tisa dan Alex membuat mereka saling melihat wajah masing-masing dengan begitu dekat.'Ah. Dia adik iparku!' Tegas Alex yang langsung melepaskan tangannya yang tadi menyelamatkan Tisa dari bahaya."Aduh!" Pekik Tisa karena jatuh ke atas lantai.'Tega sekali dia menjatuhkanku! Padahal jelas-je
Bab 13 : Bertemu seseorangTira menundukan kepalanya saat Bu Sani bertanya. Ia juga masih memegang dengan erat tas yang ada di tangannya. Keringat dingin mulai keluar dari sekujur tubuhnya. 'Apa yang harus aku katakan pada Ibu? Dasar ceroboh!' Katanya dalam hati menyesali apa yang baru saja Ia lakukan.Sementara itu, Bu Sani terus maju ke arah dimana Tira berada. Ia berdiri di hadapan Tira kemudian mendongakan wajah Tira dengan hati-hati. Tiba-tiba saja Bu Sani merangkul Tira dengan sangat erat.Sementara, Tira masih bingung dengan apa yang terjadi pada Bu Sani. 'Ini ada apa sih sebenarnya?' Batinnya bertanya-tanya."Kau sempurna, Nak. Ibu tak usah khawatir lagi jika bepergian. Ibu baru tahu kalau kamu itu pandai bela diri. Dimana kamu belajar semua itu?" Tanya Bu Sani yang langsung mengambil tas yang ada pada tangan Tira."Soal itu ..., aku tidak sehebat yang ibu pikirkan." Ucapnya terbata-bata. Ia tak menyangka jika Bu Sani tak mencurigainya. Tira bisa bernapas lega."Ah. Kau ini s
Bab 14 : Tisa ketahuanTisa terbengong jika orang yang paling ingin Ia hubungi ada di hadapannya. Ya, Meta yang sedari tadi ingin Ia hubungi."Tisa!" Tegur Meta mengerutkan kedua alisnya."Meta?! Kenapa kau di sini?" ucap Tira terbata-bata."Harusnya, gue yang nanya. Lo kemana aja? Napa kemaren lo nggak dateng?" tanya Meta menyelidik.Tisa melihat kesekelilingnya dan Ia langsung menarik tangan Meta dan membawanya ke luar Restoran. Mereka berdua pun duduk di kursi belakang Resto yang kebetulan tak ada siapapun di sana."Apa yang terjadi?" Meta menatap Tisa dari bawah ke atas dan Ia tersenyum seolah meledek Tisa."Diam! Jangan tatap gue kayak gitu! Singkirkan pandangan lo!" Pekik Tisa memperingatkan sahabatnya, Meta."Ini lo nggak salah? Pake baju, ya ampun! Gue pangling, Sa." Ujar Meta tergelak saat memperhatikan Tisa."Lo bisa kan jaga rahasia ini dari siapapun? Gue nggak mau lo bilang apa yang terjadi, apalagi sama Aris. Jangan pokoknya!" Ancam Tisa pada Meta."Tapi kenapa? Bukannya
Bab 15 : Tisa melihat TiraAris berdiri beberapa menit, kemudian duduk kembali. Kali ini, Ia berjongkok di lantai tepat dihadapan Meta. Ia menyeka air mata yang menetes. Kemudian mereka berdua saling berpandangan satu sama lain."Kenapa? Jangan katakan hal yang akan membuatmu sakit. Bisa?" Ucap Aris pada Meta dengan mengelus pipi lembutnya.Meta memejamkan matanya sembari memikirkan sesuatu hingga Ia mengucapkan,"bantu aku kali ini saja. Temui Ani dan berkencanlah dengnnya. Itu yang akan membuatku lega. Ani sudah membantuku dengan memberiku uang."Hening beberapa saat, namun Aris masih fokus pada Meta. "Kenapa kau meminta bantuannya?"" Apa kau bisa memberiku uang, sekarang? Aku harus realistis karena Ibuku sedang memertaruhkan nyawanya! Pergilah padanya. Tolong!" Lirih Meta meminta pertolongan, agar Aris pergi berkencan dengan Ani.Meta mendorong tubuh Aris hingga Aris terpental dan sedikit terjatuh ke latai dengan posisi tangan masih menopang badannya. Meta pun berdiri kemudian meni
Bab 16 : Bertemu diam-diamTira membuka pintu mobil yang Ia naiki kemudian menghadang sebuah mobil yang Ia curigai. Tira dengan berani mengepalkan tangan dan menggedor beberapa kali kaca mobil itu. Namun bukannya dibuka, mobil itu malah melaju dengan cepat menerobos lampu merah."Sialan!" Ucapnya berusaha mengejar namun lampu hijau sudah menyala dan mobil di belakangnya membunyikan klakson hingga semuanya seakan memarahi Tira.Mau tak mau, Tira langsung masuk kembali ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menuju ke arah rumah. Tira lupa, jika dirinya bersama dengan Bu Sani yang sedari tadi Ia abaikan. Bu Sani masih menatapnya dengan penuh tanya, dan Tira yang kaku hanya terdiam takut. Takut jika Bu Sani memarahaninya, lebih jauh lagi tau penyamarannya.'Mati gue kalo sampe Ibu tau identitas gue sebenarnya!' Katanya dalam hati."Ada apa? Kamu kenal mereka?" Tanya Bu Sani pada Tira bernada khawatir. Beruntung Bu Sani tak curiga. 'Tira kok kayak cowok ya?' Batin Bu Sani mulai curiga."Me
Bab 17 : Adu mulut (Bunglon vs hidung belang)Hingga Tisa akhirnya menendang Alex hingga tubuh Alex terjatuh dan Ia memekik kesalitan. Tentu saja aksi Tisa itu mendapatkan banyak sorotan dari orang-orang di sekitaran caffe. Akhirnya, Tisa pun membantu Alex untuk berdiri dan duduk."Kau ini laki-laki atau perempuan? Main tendang sembarangan. Untung nggak kena punyaku!" Celetuk Alex sembari kesal. Ia juga memperhatikan kesekeliling dan meminta maaf atas kejadian tadi."Terserah Lo mau ngomong apa! Gue nggak perduli! Lagian, anggap itu peringatan karena lo berani pegang masker gue!" Tegas Tisa.'Baru gue pegang maskernya, gimana kalo pegang tangannya. Ni cewek beda banget sama Tira. Beda seratus delapan puluh derajat!' Batinnya sembari tetap kesal karena ulah Tisa."Gue ngajakin Lo kemari cuma mau bilang, kalo gue tadi siang ngeliat Tira. Dia sepertinya menuju bandara dan seseorang membawanya. Dia benar-benar diculik.""Kenapa nggak dari awal bilang? Kita bisa lapor polisi. Beres kan?! N