Share

Bab 6

Author: Oyenart
last update Last Updated: 2021-06-28 18:04:21

Gila. Mungkin itu adalah kata yang tepat menggambarkan karakter Theo yang mudah membuat keputusan tapi selalu menepatinya. Seperti malam ini ketika Brisia menggandeng lengan Theo yang membawanya bertemu beberapa dewan direksi perusahaan Parson Group.

Ini adalah kali pertama bagi Brisia menghadiri acara makan malam khusus para pebisnis hebat. Untungnya Brisia memiliki kepribadian supel hingga ia tak kesulitan beradaptasi dengan situasi seperti malam ini.

“Hallo, maaf saya datang terlambat!”

Brisia membeku ketika mendengar suara pria yang familiar di telinganya, sementara itu orang-orang menyambut kehadirannya dengan ramah.

“Hai Pak Jonathan! Saya kira ga bakalan datang, padahal malam ini special banget loh Pak!”

Mendengar Elios menyebut nama Jonathan membuat Brisia membulatkan matanya, ia bahkan sampai berhenti mengunyah potongan daging di dalam mulutnya.

“Kenapa, El? Special apanya nih?” Jonathan nampak semangat, membuat Brisia benar-benar mematung. Theo yang menyadari perubahan sikap Brisia segera memperhatikan Jonathan. Ia tahu pasti Jonathan ada hubungannya dengan perubahan sikap Brisia.

“Nih Pak, anda sudah kenalan belum sama calon istrinya Theodore? Namanya Brisia Prameswari, keturunan Indo-Belanda ini Pak, produk unggulan!” jelas Elios.

Ucapan Elios yang mengada-ngada membuat Theo terhenyak.

Gila kali nih anak! Blasteran Indo-Belanda darimananya? Kalo kehidupannya sih emang udah terjajah kayanya, ya … meski tampangnya oke juga, masuklah memenuhi standar pendamping generasi Parson

Jonathan segera melihat gadis yang duduk di sebelah Theo. Matanya terbelalak ketika gadis yang memiliki nama yang sama dengan gadis yang dicintainya adalah benar-benar sahabatnya. Tanpa di duga Brisia hanya melempar senyum pada Jonathan dan melanjutkan santapannya seolah mereka bukan orang yang saling kenal.

Brisia merasa malu sekaligus kasihan pada Jonathan yang tidak tahu apa-apa karena sampai sekarang Brisia belum sempat memberitahu apapun tentang hal ini, juga mengabari Jonathan bahwa Brisia memberitahu pada Jessy bahwa hubungan mereka selesai. Jonathan harus mempersiapkan diri jika Jessy Kembali terobsesi padanya.

Lain halnya dengan Jonathan yang merasa hatinya sakit seperti terkoyak, ia tidak mengerti kenapa Brisia melakukan hal ini. Tapi Jonathan tak mau gegabah, ia hanya bisa diam diantara orang-orang yang berbahagia. Jarak antara Jonathan dan Brisia hanya terhalang satu meja, namun ia merasa perbedaan yang sangat jauh diantara mereka. Pria berlesung pipi itu hanya mampu melihat gadis yang dicintainya dirangkul oleh pria lain tanpa bisa melawannya.

Brisia Prameswari katanya? Apa Brisia menipu orang-orang ini? Atau dia yang menipuku selama ini?

***

Dreeekk!

Seorang gadis mengerjapkan matanya ketika indra pendengarannya menangkap sebuah suara pergesaran pintu lemari. Penglihatannya masih buram, namun ia yakin bahwa ia menangkap sosok seorang pria berdiri memunggunginya dengan punggung polos yang terekspos sempurna sementara sehelai handuk menutupi bagian bawahnya.

“Apa ini?!” Brisia terlonjak ketika matanya dengan jelas melihat seorang pria sedang memakai baju di hadapannya.

Pria itu berbalik, melipat tangannya di dada sementara kemeja putih yang ia pakai belum terkancing semua, sedangkan handuk putih masih melingkar dipinggangnya menutupi bagian bawah tubuhnya.

Brisia tergagap, melihat sosok Theo berada di hadapannya. Rambut basah, dada bidang dan perut kotak-kotak yang memperlihatkan otot sempurna miliknya, membuat Brisia berdebar tak karuan. Ia memedarkan tatapan panik keseluruh penjuru ruangan. Kamar ini berbeda dengan kamarnya, ini kamar yang asing bagi Brisia.

“Dimana ini? Ke-kenapa aku bisa–”

“Drama!”

“Hah?!” pekik Brisia ketika Theo memotong ucapannya barusan. Theo mendekati Brisia dan mencondongkan badannya hingga Brisia bisa mencium aroma mint maskulin dari tubuh Theo.

“Kamu lupa semalam minum sampai bertingkah memalukan di depan dewan direksi?”

“Hah?!”

“Kamu juga lupa sudah muntah di jas milik saya?”

“Hah??!”

Brisia mengkerutkan keningnya, kedua bola matanya beralih ke sisi kiri berusaha mengingat kejadian semalam.

Terakhir kali yang dia ingat adalah ketika salah satu rekan bisnis Theo mengajak mereka minum, tanpa ragu Brisia meneguk habis segelas red wine sampai ia cegukan. Bodohnya gadis itu malah meminum lagi segelas cairan sepat bercampur rasa berry untuk menghilangkan cegukannya, alhasil ia tak bisa mengendalikan pikiran dan tingkah lakunya.

“Jangan minum lagi, kamu udah mabuk! Kamu ga bisa minum, ya?” tanya Theo sambil berusaha mengambil gelas di tangan Brisia. Seperti hilang akal dan putus urat malu, Brisia malah bergelayut di tubuh Theo dan memuja wajah serta tubuh Theo.

“Kamu itu ganteng tapi hobinya marah-marah! Senyum~ bibir ini harusnya senyum, bukan ngata-ngatain aku!”

“Apa sih…? Hehe, dia bercanda, dia suka niruin dialog di drama-drama yang suka dia tonton!” jelas Theo gelagapan, dia tak mau citra dirinya jadi buruk hanya karena omong kosong Brisia. Sementara para tetua dewan direksi malah asik menonton mereka dan memperburuk suasana.

“Nona~ kalau Theodore bicara kasar, hisap saja mulutnya supaya yang tertinggal cuma kata-kata manis!”

Theo membulatkan matanya mendengar ucapan Tuan Marquiss, pria beruban yang dihormatinya namun kali ini ingin sekali Theo sumpal mulutnya.

“Gitu ya? Kalau aku hisap gak akan ada kata-kata kasar lagi?” tanya Brisia dengan nada manja, sedangkan para tetua malah semakin mendukung Brisia untuk melakukan hal itu.

“Hisap aja Nona~ kalau gak di coba kan gak tahu, hahahaha~”

Sial, apa-apaan nih?!

Brisia mengkerucutkan bibirnya, dengan mata terpejam memajukan wajahnya mendekati wajah Theo. Theo membulatkan matanya, detik berikutnya Theo menjepit bibir ranum milik Brisia dengan telunjuk dan ibu jarinya.

“Nnngghh!!!” Brisia meronta membuat Theo melepaskan bibir itu.

“Tuh kan kamu itu pria kasar! Sakit tahu, bisa pelan-pelan gak?” Brisia memukul otot perut Theo dan membuatnya tercengang.

“Wuah?? Perut kamu kok bagus gini? Apa bentuknya kaya potongan roti sobek tiap kali aku sarapan? Wahh aku jadi pengen nyicip!” setelah ocehannya Brisia malah memukuli otot perut Theo layaknya samsak tinju membuat tawa semua orang pecah dan wajah Theo merah menahan malu.

Saat itu Jonathan datang menarik tangan Brisia, mengajaknya pulang.

“Lepasin tangan kamu dari calon istri saya!” tegas Theo dan menarik Brisia ke dalam pelukannya, membuat Jonathan melepaskan tangan Brisia.

“Maaf Pak, sepertinya saya mabuk.” Jonathan tak mau berdebat dan reputasinya menjadi jelek di acara makan malam informal bersama jajaran direksi dan rekan bisnisnya, hingga ia memilih untuk mengalah dan meninggalkan Brisia dengan Theo.

Theo memastikan Jonathan Kembali ke tempatnya sementara Brisia sibuk menepuk-nepuk punggung Theo.

Kali ini apalagi?

Theo melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Brisia yang berwarna kemerahan.

“Kamu kenapa? Kamu mau mun–”

“Hooeeekk!!”

Terlambat, kali sebagian isi perut serta red wine yang Brisia minum mendarat sempurna di jas bermerek milik Theo, membuat Theo memijat pelipisnya dan menatap gadis yang tersenyum tanpa dosa dihadapannya.

Melihat perubahan ekspresi Brisia yang sepertinya telah ingat kejadian semalam membuat Theo menyentil dahi Brisia.

Cetaks!

“Aw!” pekik Brisia seraya mengusap dahinya.

“Hah …,” Theo menghempaskan nafas beratnya.

“Saya sempat terkesan dengan cara kamu menghadapi orang-orang itu, tapi kamu memiliki banyak kelemahan dan ga bisa mengatasinya.”

Kedua mata Brisia bergerak-gerik ketika menerima tatapan tajam dari Theo. Pupil Brisia menciut melihat iris mata Theo yang kecokelatan menatapnya begitu dalam. Suara husky milik Theo kembali terdengar menelisik gendang telinga gadis di hadapannya.

 “Mulai saat ini kamu tinggal disini dan belajarlah lebih banyak bagaimana cara menjadi istri Tuan Parson. Karena pendamping Tuan Parson, bukan wanita sembarangan!”

“Kamu harus banyak belajar, berpikir dan bertindak selayaknya pendamping hebat Tuan Parson,” sambung Theo.

“Dan berbicara kasar seperti Tuan Muda Parson?” cela Brisia, menyunggingkan senyum di bibir ranumnya membuat Theo terpancing.

“Cuma saya yang boleh bicara seperti itu. Tapi kamu gak suka, ya? Hm … masih ingat saran Tuan Marquiss cara ngilangin ucapan kasar buat saya?”

Nona~ kalau Theodore bicara kasar, hisap saja mulutnya supaya yang tertinggal cuma kata-kata manis!

Suara pria tua itu tiba-tiba terdengar kembali ditelinga Brisia, membuat gadis itu membulatkan matanya sehingga Theo menyeringai.

“Mau coba?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Tuan Parson   Bab 36

    “Aku hamil ….”Dengan tangan gemetar wanita itu menunjukkan tiga buah alat tes kehamilan yang sudah ia gunakan beberapa hari terakhir. Hasilnya? Tetap sama, dua garis merah tercetak jelas pertanda bahwa ada nyawa lain yang bersemayam dalam tubuh kecil miliknya.Layaknya pasangan lain, pria itu tersenyum tetapi bukan sneyum tulus maupun senyum bahagia, senyuman yang dibingkai dengan lesung pipi itu menunjukkan rasa puas karena aksi liciknya akan segera dimulai.“Kamu mau cek ke dokter, atau langsung kerumah barumu?” tawar pria bersuara baritone lembut, sementara gadis dihadapannya tetap bergeming.Tak!Pria itu melempar sebuah kartu creadit, menghempas keras pada paha gadisnya, seraya bangkit dan membenarkan jasnya dia berujar,“Sesuai kesepakatan kita, itu bayaranmu dan mulai sekarang pergilah pada kekasihmu, nikmatilah hidup mewah serta tempat yang seharusnya menjadi milikmu, kamu sudah menantinya, bukan

  • Menikahi Tuan Parson   Bab 35

    “Elena hamil? Kamu serius?”Mata tajam Theo menatap lekat manik cokelat milik Brisia, semenjak Theo menjemputnya dengan mobil sport miliknya, Brisia tak tahan lagi untuk berbagi informasi dengan suaminya.“Tapi Elena ga mau bilang usia kehamilannya, tapi sepertinya sudah menginjak bulan ketiga, melihat perutnya yang mulai membuncit. Bagi super model sekelas Elena, tentu saja dia akan menjaga bentuk tubuh, bukan?”Theo tak menanggapi, ia hanya fokus pada jalanan yang ada di hadapannya tetapi pikirannya kini menjadi bercabang.Apa benar anak yang dikandung Elena milik Elios? Apakah ini salah satu alasan kuat mengapa mereka menikah dengan cepat? Jika memang itu benar-benar anak Elios, keturunan parson generasi ke empat, maka akan mengancam posisi itu! Ck, dasar Elios si bedebah!***Senyum Brisia merekah saat Theo membawanya pulang ke apartement milik Theo, tempat yang mengurung Brisia sebelum ia sah menjadi ist

  • Menikahi Tuan Parson   Bab 34

    Sebuah pesawat maskapai ternama akhirnya tiba di negara tujuan. Sinar matahari yang terik seperti membakar lapisan kulit Brisia yang seputih susu. Syukurlah kacamata hitam yang bertengger di hidungnya dapat menyelamatkan kedua mata indahnya dari teriknya intensitas cahaya yang ia terima.Sebuah mobil classic Roll Royce Sweptail kepunyaan Theo telah bertengger, salah satu pintunya terbuka dengan seorang pengawal berdiri di sisinya, siap untuk mengantar Tuannya kembali ke kediaman mereka.Dingin dan hening, inilah hal yang membuat Theo nyaman. Kedua mata tajam itu terpejam untuk sesaat, membuang rasa lelah selama di perjalanan atau sekedar mempersiapkan diri untuk sesuatu hal yang baru.“Theo, hp-mu sepertinya ada panggilan masuk!” ujar Brisia, suara sopran itu mengusiknya. Theo tahu ada panggilan masuk ke ponselnya, ia berusaha tak mempedulikannya tetapi Brisia malah menyadarkannya.Diambilnya benda persegi panjang pipih itu dari saku celana, s

  • Menikahi Tuan Parson   Bab 33

    Dia mau apa sih? Dia mau cium? Di tengah kerumunan kaya gini? Apa Brisia gak waras?Pertanyaan Theo terjawab detik berikutnya saat Brisia mendekatkan mulutnya ke daun telinga Theo.“Aku haus!” jawab Brisia, ia menarik diri sembari menunjukkan senyum tiga jari.“Jadi?” Theo seolah tak peka dengan permintaan istrinya, dia mulai kesal karena kegerahan dan merasa sumpek berada di tengah keramaian, belum lagi tingkah aneh istrinya yang hampir saja membuat dia salah tingkah.“Kamu tunggu di sini, aku mau beli minum sebentar!” ucap Brisia seraya berdiri.Secepat kilat Theo menyambar tangan Brisia, membuat gadis itu tertahan dan menoleh ke arahnya. “Apa?”“Kamu tunggu di sini, saya saja yang beli. Ingat, jangan kemana-mana sampai saya kembali!” titah Theo seraya bangkit dan meninggalkan Brisia.Kedua mata Brisia masih saja mengekor pria itu, sampai Theo berada di sebuah boot

  • Menikahi Tuan Parson   32

    “Hwaaa …!”Teriakan Brisia seolah mewakili seluruh kepenatan yang ia timbun selama ini. Kedua tangannya diangkat keatas, sesekali matanya terpejam saat roller coaster yang dia naiki menukik tajam. Sementara beberapa helai rambut miliknya melambai-lambai mengganggu wajah tampan seorang Theodore, memasang wajah datar tanpa ekspresi ketakutan atau antusias seperti pengunjung lain. Bagi Theo, tugasnya adalah mendampingi dan menjaga Brisia, suami yang harus rela bersabar mengikuti semua keinginan sang istri untuk mencoba hampir seluruh wahana di taman hiburan.Padahal satu jam yang lalu ketika insiden rambut Brisia menyangkut di kancing celana Theo tepat saat itu pula kedua orangtuanya melakukan video call, panik? Tentu saja! Tapi bukan Theo namanya jika tak pandai mengontrol ekspresi dan berkilah. Dengan mengorbankan memotong rambut Brisia agar rambut istrinya bisa terlepas dari lilitan kancing celana Theo, kini wanita itu terkesan imut karena memiliki p

  • Menikahi Tuan Parson   Bab 31

    Malam masih panjang, tetapi seorang gadis masih terjaga. Dia tak bisa terlelap sedikit pun, yang mampu ia lakukan kali ini hanya duduk di pembaringan, menatap kosong langit kelam yang membentang di balik jendela dan sesekali menoleh pada pria yang terlelap di sampingnya. Tidur dengan nyenyak tanpa busana, hanya selimut tebal tanpa corak yang menutupi tubuh mereka.Pergolakan hati gadis itu semakin menjadi-jadi, diambilnya sebuah ponsel butut dan mengirimi pesan tak henti pada seseorang, mencoba mencari pelampiasan tapi orang yang ia hubungi tak pernah meresponnya, tentu saja hal itu semakin membuat gadis berpipi tembam itu kecewa. Bulir-bulir bening dari kedua mata sipitnya semakin lama semakin deras, ia hanya mampu menggigit bagian selimut untuk menyembunyikan isak tangisnya.Kak Theo, aku mohon selamatkan aku!***QiqiLand Hotel.Suara pengering rambut terdengar dari bilik kamar mandi, Theo tahu betul bahwa istrinya sudah hampir selesai

  • Menikahi Tuan Parson   Bab 30 (!)

    “Ini kali terakhir saya meminta, bersediakah kamu mengandung anak saya …?”..Tubuh Brisia bergerak kikuk tak tentu arah menahan diri untuk tak menggeliat maupun sekedar mengeluarkan desahan akibat sentuhan abstrak jari-jari jenjang Theo. Beberapa kali gadis itu menggigit bibirnya sendiri ketika tubuhnya dihujani kecupan panas dari bibir seksi milik suaminya.Deru nafas dan dentuman jantung seakan berlomba-lomba menyeret Brisia dalam jurang kenikmatan. Untuk pertama kalinya, gadis itu tak tahu apa yang harus dia lakukan, dalam pikirannya ia tak mau melakukan ini, dia belum sepenuhnya percaya pada Theo yang pandai bermain peran, pria manipulative dan ambisius, Brisia tak ingin menyerahkan mahkotanya secepat ini.Tetapi, ketika pikirannya sibuk menimbang penilaiannya yang naif, di sisi lain Brisia menginginkan lebih, segala hal yang Theo lakukan padanya kali ini seakan menjadi candu yang memabukkan. Secara naluri Brisia pun menikm

  • Menikahi Tuan Parson   Bab 29

    “Aaaaa~ wah, hebat!” ungkap Theo saat istrinya memakan lahap sesendok penuh makanan yang ia suapi. Brisia hampir saja tersedak karena porsi yang Theo berikan sungguh banyak. Setelah Theo berhasil berbohong dengan mulus pada ibunya, Brisia hanya mampu mengiyakan dan meladeni segala permainan Theo.Sampai saat keduanya berpamitan untuk pulang karena jam besuk sudah berakhir, selain itu lambat laun hari pun mulai gelap. Theo kembali tak mengacuhkan istrinya, ia jalan duluan sambil menyeret koper menyusuri trotoar mencari hotel tempat mereka menginap.Sedangkan Brisia? Gadis itu jelas bermuka masam. Theo kembali ke sifat asal, selalu tak acuh dan malah menganggap Brisia transparan, sama sekali tak peduli bahwa gadis itu kesulitan menyeret barang bawaannya.Brisia berhenti, kakinya kesakitan. Dia melepas heels yang membuat kakinya pegal seharian. Dilihatnya lagi punggung suaminya telah menghilang, namun ia tak panik. Jika dia kehilangan jejak Theo, Brisia

  • Menikahi Tuan Parson   Bab 28

    “Hah, sialan!” umpat seorang wanita tua di dalam ruang kerjanya. Ada tiga buah botol alhokol berjejer di mejanya, dua di antaranya sudah teguk habis oleh Anne seorang diri.Sudah sejak sore hari Anne menghabiskan waktunya di ruang kerja, berkutat dengan segala masalah yang tertimbun dibenaknya, semakin ia memikirkan segala masalahnya, semakin besar pula Anne membenci putri tirinya. Andai saja anak itu tidak bertemu keluarga Parson, tentu saja perusahaan tidak akan drop seperti ini.Pernikahan Brisia dengan Tuan Muda Parson itu berdampak besar bagi perusahaan, semakin hari semakin sulit untuk mendapat relasi dan investor, beberapa kali tim audit datang dan memeriksa keuangan perusahaan, hanya karena Anne menyembunyikan putri tirinya maka spekulasi tentang penggelapan uang yang di lakukan Anne pun bermunculan.“Hah!”Anne mendorong ketiga botol minuman alcohol itu, suara pecahan botol terdengar nyaring sampai ke luar ruangan. Tepat s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status