Share

Bab 42

Author: Iyustine
last update Last Updated: 2025-12-27 16:00:46

“Eh, ada komplain nggak jamuan makan kami kemarin?” Laura menepuk tangan Faya. Seakan dia meminta perhatian penuh. “Kasih masukan dong, itu EO punya adikku, baru merintis.”

“Mm… perfect sih menurutku. Makanan oke, penataannya juga oke.”

“Soal valet parking gimana?” potong Laura.

“Valet parking?” Faya melebarkan mata seketika. Bukankah kemarin Revan yang menyambut kedatangan setiap mobil? Berarti Revan….

“Iya.” Laura mengangguk-angguk, tampak wajahnya sedikit berubah. “Kamu ada komplain juga soal petugasnya ya?”

“Ah, nggak kok. Bagus dia, ramah.” Faya berderai ringan. Namun setelahnya dia menyadari tawanya terlalu nyaring.

“Serius? Beberapa tamu ada yang kasih masukan, katanya petugasnya agak lama. Memang sih salah kami valet parking dijadikan sa

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 43

    Alex melebarkan kelopak matanya seraya menahan napas. Perlahan cekalannya pun mengendur dengan sendirinya. Bola mata lelaki itu bagai terkunci, sama sekali tidak bergerak.Sementara Yasmin malah terkikik. Dia tidak buru-buru melepaskan diri. Melainkan tampak memutar pergelangan tangannya, sehingga kini justru dia yang memegang tangan Alex. “Sentuh saya lagi, Pak Bos ganteng. Sentuhlah sesuka hati Pak Bos….”Alex spontan berkelit. Dengan gerakan gesit dia mendorong tubuh Yasmin, dan sekretarisnya itu terjungkal. Rok selutut yang dikenakan Yasmin tersingkap seluruhnya. Membuat pangkal paha putihnya terekspos nyata.Yasmin terlihat menunduk, menutup mulutnya.Alex menahan napas. Mengira Yasmin menangis. Namun sedetik kemudian dia mendengar tawa tertahan dari mulut sekretarisnya itu.Perempuan berambut pendek itu terlihat merapikan roknya dengan gerakan yang amat lambat. Dia mendongak. Tersenyum lebar. “Saya nggak keberatan dipecat hari ini juga, Pak Alex. Asal tiduri say—”“Diam!” benta

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 42

    “Eh, ada komplain nggak jamuan makan kami kemarin?” Laura menepuk tangan Faya. Seakan dia meminta perhatian penuh. “Kasih masukan dong, itu EO punya adikku, baru merintis.”“Mm… perfect sih menurutku. Makanan oke, penataannya juga oke.”“Soal valet parking gimana?” potong Laura.“Valet parking?” Faya melebarkan mata seketika. Bukankah kemarin Revan yang menyambut kedatangan setiap mobil? Berarti Revan….“Iya.” Laura mengangguk-angguk, tampak wajahnya sedikit berubah. “Kamu ada komplain juga soal petugasnya ya?”“Ah, nggak kok. Bagus dia, ramah.” Faya berderai ringan. Namun setelahnya dia menyadari tawanya terlalu nyaring.“Serius? Beberapa tamu ada yang kasih masukan, katanya petugasnya agak lama. Memang sih salah kami valet parking dijadikan sa

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 41

    “Kamu bersantailah hari ini, Faya. Jangan memikirkan apa-apa. Siapa tau terapinya berhasil kali ini.” Papa Agusto tersenyum.“Terima kasih, Pa.” Faya mengangguk.Mama Vero spontan berdehem. “Bukan hanya Faya. Sebaiknya, kita semua juga jangan memikirkan apa-apa, apalagi berharap yang terlalu muluk.”“Aku boleh pergi dulu, Pa? Ada rapat pagi hari ini.” Alex melihat jam tangannya sebentar. Dia langsung bangkit ketika melihat sang papa mengangguk.Faya ikut bangkit. “Aku bantuin Mas siap-siap ya.”“Oke.” Alex menjawab lirih. Terdengar seperti nada orang malas.Mereka berdua pergi menuju luar dengan saling diam.Sebenarnya tidak ada yang perlu disiapkan sama sekali. Di jaman yang serba online ini, bahkan Alex pergi ke kantor hanya membawa ponselnya saja.Faya menjejeri Alex setelah beberapa langkah mengambil posisi di belakang. “Kenapa Pap nggak senang? Mungkin ini pertanda bagus, aku belum pernah telat selama ini loh.”“Aku harus gimana? Bersorak?” Alex melirik sekilas. Wajah lelaki itu

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 40

    “Mama akan ke rumah Sofia besok, minta maaf secara resmi. Jangan sampai Sofia punya pikiran untuk mengurungkan niatnya menjadi istri Alex. Karena hanya dia yang cocok dengan keluarga kita.” Vero melirik sang suami. Ingin melihat respon Agusto.Ternyata Agusto mengangguk. Lalu mencium punggung tangan istrinya. “Nah, Mama nggak akan kehilangan Sofia hanya karena gadis itu nggak ada di sini lagi kan? Mama masih bisa bertemu dia di luar rumah.”“Ya baguslah kalau Papa nggak melarang.” Vero bangkit. Langsung berjalan menuju pintu.Sejak diperkenalkan kepada keluarga Chandra, Veronica memang dituntut untuk mematuhi semua ucapan Agusto. Mendiang mama mertuanya, alias ibu kandung Agusto, yang turun langsung mendidiknya.Mama mertuanya itu selalu mengingatkan bahwa dia tidak boleh membantah, menyela atau merespon negatif saat Agusto sedang berbicara.&l

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 39

    “Kamu menginginkannya, Sayang?” desis Alex di telinga Faya. Sementara tangannya menelusup di bawah bra milik istrinya. Menemukan milik Faya yang kenyal. “Katakan, katakan kamu ingin.”“Ah… P-pap… a-aku… agh….” Faya merintih saat Alex meremas kedua buah dadanya. Sama sekali tidak ada rasa enak, hanya sakit. Remasannya terlalu kencang, terasa bagai akan meledak berantakan.Tangan Alex yang berotot bergerak melepas bra milik Faya, lalu dengan cepat turun untuk menarik celana dalamnya. Membuat tubuh sang istri kini sama-sama polos seperti dirinya. Masih dengan gerakan super cepat yang mendominasi, Alex berhasil membuat Faya membungkuk dan membuka kakinya.“Agh… ah….” Faya lebih kencang merintih, sebab Alex sudah mulai maju mundur menghunjam daerah sensitifnya. Ritme-nya cepat, menghentak-hentak tanpa jeda. Sesekali dada milik Faya terasa ditarik dan diremas sekuat tenaga.“Ah… P-pap….” Faya kesakitan.Perih tak terkira. Namun dia tidak berani protes, harus terus mendesah untuk mengesanka

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 38

    “Ya, Pa.” Faya yang sedianya sudah menapaki dua anak tangga, kembali turun. Berjalan memangkas jarak dengan papa mertuanya.“Faya, Papa harap, kamu benar-benar serius mengikuti terapi-mu,” kata Papa Agusto. Menatap sang menantu dari balik kacamatanya. “Tapi mungkin, kamu juga harus mulai menyiapkan ruang iklas.”Faya mengangguk. Menelan ludah. Andai Papa Agusto mengetahui apa yang sebenarnya dia sebut sebagai terapi. Dan andai lelaki ini tahu siapa yang sebenarnya bermasalah dalam hal ini.“Keputusan soal pernikahan kedua untuk Alex, bukanlah ancaman untuk rumah tangga kalian. Justru itu akan memberi kebahagiaan baru, makanya Papa infokan sejak awal, supaya kita saling mengerti satu sama lain.” Lelaki enam puluh dua tahun itu menghela napas sejenak.“Tapi hal itu jangan dipikirkan sekarang. Toh pernikahan kedua belum tentu ada, jadi fokus saja pad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status