Share

Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan
Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan
Author: Pricorna

Suara Mencurigakan

Author: Pricorna
last update Last Updated: 2023-09-10 22:18:22

Aga menajamkan pendengaran dengan melekatkan telinganya di daun pintu.

Benar!

Seseorang di dalam sana sedang merintih kesakitan. Baru akan memutar handel, dia menepuk dahinya pelan.

"Udah tengah malam ini, jangan-jangan malah ada yang ehem-ehem di dalam. Bodo amat lah." Dia bermonolog.

Niat awal ke kamar mandi, dia lanjutkan. Berhubung toilet di kamarnya sedang rusak dan kamar mandi yang ada di luar hanya ada satu-satunya di sebelah sini, dia terpaksa harus mengambil jalan memutar.

Setelah selesai dengan hajatnya, Aga berniat kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur tapi suara dari kamar yang lagi-lagi harus di lewatinya membuat rasa penasaran kembali menghampiri.

Kamar No 7.

Ini adalah kamar gadis yang beberapa hari ini di incarnya. Anak kos baru yang telah mencuri perhatian sejak hari pertamanya datang.

Tubuh seksi dan rambut hitam panjang ditambah dengan kulit putih bersih, wajah tirus dengan hidung mungil, tidak terlalu mancung. Bibir tipis yang merona alami yang selalu terlihat basah, membuat jiwa playboy_nya meronta-ronta.

Tiba-tiba saja ide jahil muncul di kepalanya. Kalau memang gadis itu sedang berbuat mesum, dia bisa sekalian meminta jatah. Kalau tidak, dia bisa mengancam untuk memberitahukan pada warga. Mereka pasti tidak akan mau sampai di arak massa.

Dia bisa berbuka setelah seminggu ini berpuasa karena pacarnya pulang kampung. Senyum tidak lepas dari wajah tampannya.

Aga melangkah mundur, mengendap-endap seperti maling. Ini sudah lewat tengah malam, sangat kecil kemungkinan akan ada orang yang lewat.

Ceklek.

Alisnya bertaut, ternyata pintunya tidak di kunci. Sungguh ceroboh, tapi ini bisa jadi keberuntungan baginya.

Kamar ini minim penerangan, Aga meraba-raba dinding. Setelah menemukan saklar, dia menekan saklar dan ruangan menjadi terang seketika.

Tapi, kok kosong?

Suara rintihan diselingi dengan suara gemericik air terdengar dari bilik kecil di sudut kamar. Bulu kuduknya tiba-tiba merinding, karena suara itu seperti sedang menahan sakit yang teramat sangat.

Aga melihat jam di dinding kamar menunjukkan pukul 3. Rasa penasaran kembali menguasai, tapi sebelum langkahnya terayun, pintu itu terbuka.

Seorang gadis dengan wajah dan rambut yang basah keluar dari sana. Hampir saja dia berteriak kalau saja tidak sadar bahwa ini sudah hampir pagi. Bisa-bisa dia yang dia arak keliling komplek oleh warga.

Wanita di depannya tak kalah terkejut karena melihat ada orang asing di kamarnya. Namun rasa sakit yang kembali datang membuatnya mengabaikan.

Gadis itu malah terpeleset saat mengambil langkah pertama dan hampir saja terjerembab karena air yang jatuh dari rambutnya menetes ke lantai. Bukan, bahkan bajunya juga sudah basah. Aga reflek berlari dan langsung menahan tubuhnya. Lelaki itu tampak kaget karena menyadari sesuatu.

Wanita ini sedang hamil!

"A..aku.." wanita itu terbata sambil menunjuk ke arah kasur yang tergeletak di sudut. Tanpa bertanya, Aga segera menuntunnya untuk berbaring di sana.

Apa ini?

Arga terkejut saat melihat tangannya terkena darah dan sayangnya dia terlalu bodoh untuk menyadari itu darah apa.

"Kau terluka," ujarnya panik. Gadis yang baru saja dipapahnya tidak bereaksi apapun.

"Apa yang terjadi?" tanyanya lagi. Dia bingung harus berbuat apa. Wanita ini seperti terserang asma. Apa karena perutnya yang semakin membesar. Kenapa Aga tidak menyadari sebelumnya?

Gadis ini bahkan tidak terlihat hamil sebelumnya, ataukah memang perut yang membesar bisa disembunyikan? Otaknya benar-benar tidak bisa diajak untuk berpikir.

"Aku... aku akan melahirkan," ujarnya dengan terbata sambil meringis.

"Ha?!" Suara Aga tanpa sadar meninggi karena kaget mendengar pengakuan barusan.

"Diamlah!" Bentaknya dengan dada naik turun.

"Bantu aku, atau keluar saja dari sini." Wanita di depannya semakin kehabisan napas. Lelaki itu semakin bingung, sebejat-bejatnya dirinya tidak mungkin bisa meninggalkan wanita yang sedang sekarat ini sendiri.

"Apa yang harus kulakukan?" Aga berlutut sambil memandangi tangannya terkena darah tadi.

"Ambilkan kain di dalam keranjang itu." Dia menunjuk ke atas lemari. Dengan sigap Aga bangkit untuk mengambilnya, tapi karena sadar tangannya masih kotor, dia mencucinya dengan cepat di kamar mandi dan kembali mendekat ke arah wanita tadi dengan keranjang berisi kain yang masih terbungkus plastik.

Wanita di depannya perlahan mulai tenang, dia memilih satu bungkusan dan menyobeknya. Ada beberapa kain panjang dan handuk. Dia meletakkannya secara asal di lantai kemudian kembali meremas alas kasur.

Aga mengacak rambutnya frustasi, wanita di depannya sedang berjuang menahan rasa sakit yang tidak terkira. Sampai akhirnya Aga tersentak saat tangannya di cengkram dengan kuat. Kuku-kuku panjang menancap menembus kulitnya.

Ingin berteriak tapi tidak mungkin, dia akan membuat perhitungan dengan ayah bayi ini nanti. Karena tidak adanya pria itu dia yang harus menggantikan posisinya untuk menerima cakaran wanita ini.

"Bukakan celanaku." Ucapnya tertahan. Posisi berbaring dengan perut besar yang kesakitan membuatnya tidak leluasa bergerak.

"Bukakan celanaku, Bodoh!" Sebuah tamparan mendarat di pipi Aga, karena pria itu masih terdiam tapi sesaat kemudian melakukan permintaan wanita itu dengan cepat.

Mimpi apa dia sampai harus bertemu dengan perempuan yang akan melahirkan ini. Aga membuang pandangannya agar tidak melihat aset wanita itu.

Mimpi? Apa ini mimpi?

Aga segera menepis pikirannya, tidak mungkin mimpi bisa memberikan sensasi sakit seperti ini. Dia memandang pergelangan tangannya yang sedikit mengeluarkan darah dengan pinggiran yang membiru.

Perhatiannya kembali teralih pada sosok yang sedang mengeram menahan sakit. Dia menoleh ke arah pintu, Aga segera paham dan langsung menutupnya.

"Kita harus ke rumah sakit," ujarnya . Dia sudah mulai bisa berpikir dengan jernih. Akan sangat berbahaya kalau melahirkan disini. Tidak ada yang bisa menjamin kesehatan ibu dan bayinya. Bisa-bisa dia malah jadi tersangka nantinya. Aga menggeleng kuat.

"Aku sudah tidak sanggup." Suara wanita yang baru saja akan di bopongnya melemah. Arga menghentikan gerakannya.

Hanya sepersekian detik, wanita itu berteriak sampai membuat Aga kaget. Dia seperti mengerahkan sisa tenaganya dan kembali mencengkram lengan lelaki di sampingnya.

Posisinya yang berbaring membuat Aga tertunduk. Lelaki itu mengikhlaskan lengannya menjadi pelampiasan. Aga sampai menegangkan urat lehernya karena menahan perih.

Tidak lama, terdengar lengkingan suara bayi yang keluar dari sela-sela selangkangan wanita itu. Cengkramannya terlepas. Wajahnya terlihat lega walau dadanya masih naik turun.

Mereka terkejut dan menoleh bersamaan karena pintu kamar yang tiba-tiba terbuka.

"What the...?" Beberapa penghuni kos sudah berjejer di depan pintu.

"Astaga! Apa-apan kalian ini?" Ibu kos mereka melangkah masuk.

"Agaaa!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Kejutan

    “Percayalah, Alina. Kau tidak akan menyesal, Ervan yang sekarang sudah sangat jauh berbeda.” Sandi melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Pria berkepala plontos itu cukup senang karena tidak ada drama lagi untuk membawa pergi Alina dari rumah itu. Bahkan, kekasih Ervan ini dengan sukarela memintanya untuk menjemput.“Apa kau punya kekasih, Sandi?” Wanita bergaun kuning gading yang duduk samping kemudi itu seolah tidak mempedulikan ucapan Sandi tadi. Dia melempar pandangan keluar jendela sejak pertama memasuki mobil, tidak sedikit pun menoleh pada pria kekar di sebelahnya. “Kenapa kau menanyakan hal itu?” Alis pria itu bertaut, menoleh sebentar, kemudian kembali fokus pada jalanan di depan.“Kau jawab saja.”“Tidak.”“Pantas saja.” Alina tersenyum miris sambil memperbaiki duduknya, pandangannya beralih ke depan.“Apa kau tidak ingin memiliki seorang pendamping?” “Kenapa kau bertanya hal seperti itu?”“Agar kau mengerti bahwa perihal hati tidak bisa dipaksakan.”“Apakah ini tentang

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan    Keputusan

    Alina membersihkan luka di sekujur tubuh Aga dengan air mata berlinang. Hati-hati sekali dia mengusap setiap bagian yang luka dan memar dengan kain lap yang sudah diperas setelah dicelupkan ke air hangat. Suaminya hanya bisa meringis karena bibirnya sedikit robek, jadi tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir yang hampir setiap pagi mengecup lembut dahi Alina.Sepanjang malam Alina terjaga dengan menatap langit-langit kamar. Sesekali dia memperhatikan Aga yang memejam. Entah suaminya itu benar-benar tertidur atau hanya sedang berusaha menghindari kontak mata dengannya.Air mata Alina kembali menggenang saat mengingat putranya, dia yakin bahwa Ervan tidak akan melukai Langit. Namun, sebagai seorang ibu yang 24 jam selalu menemani sang putra, tentu saja tetap khawatir karena Langit pasti akan menangis saat menyadari ibunya tidak berada di dekatnya.***“Pergilah.” Aga duduk dengan menyandar ke kepala tempat tidur. Menatap Alina sepanjang hari ini dengan menghabiskan waktu di d

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Pilihan

    "Apa kelebihan dia dibanding aku?" Wajah Ervan merah padam. Bagaimana tidak, sang kekasih yang hampir setengah gila dicarinya selama ini, dengan mudahnya menolak merajut kembali impian mereka dulu. Sungguh sebuah penantian sia-sia dan sangat menyakitkan."Jawab, Alina!" Suara lantang kembali menggelegar, menggema ke seluruh ruang yang tidak terlalu luas itu. Alina semakin mengeratkan pelukan saat Langit kembali menjerit, terkejut dengan suara besar lelaki yang menjadi lawan bicara ibunya."Tidak ada." Alina menelan ludah. Tidak pernah dia melihat Ervan semengerikan ini. Meskipun tubuh tinggi kekarnya membuat banyak orang merasa takut, pria itu selalu memperlakukannya dengan lembut. Perlakuan yang membuat dirinya menyerahkan diri sepenuhnya lepada pria yqng memiliki tatapan setajam elang itu."Maaf. Aku tahu, aku yang bersalah di sini." Alina menjawab dengan gugup. "Tapi, apa kau tahu, bagaimana rasanya melahirkan sendirian? Tidak mengenal siapa pun yang bisa dimintai tolong. Sedangka

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Tidak Lagi Sama

    "Maaf." Aga duduk di tepi ranjang menatap tubuh telungkup Alina yang sesenggukan. Sedangkan Langit, ikut menangis sambil memeluk leher sang bunda. Seakan paham bahwa wanita yang melahirkannya itu sedang tidak baik-baik saja.Hampir 5 menit Aga menunggu, namun Alina belum juga merespon. Dia menyesal karena sudah keterlaluan memperlakukan istrinya."Alina ...." Pria itu sedikit memelas, membuat wanita yang sudah dua tahun membersamainya itu akhirnya duduk. Membawa Langit ke pangkuan, seolah melarang sang putra menghampiri sang Ayah."Aku yang seharusnya minta maaf." Alina mengusap kasar wajahnya dengan sebelah tangan dan memeluk Langit, sulit untuk bersikap baik-baik saja di saat dia tidak tahu kenapa dia harus disalahkan, "Aku tidak akan menemuinya," tegasnya lagi, sebelum Aga mengucapkan sesuatu kembali.Aga bergeming. Di satu sisi, dia merasa senang karena itu berarti Alina tidak ingin kembali bersama mantan kekasihnya. Namun, di sisi lain? Sebagai seorang ayah, dia tentu tidak bisa

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Haruskah bertemu?

    "Jadi, kau menghilang karena pria itu?" Tatapan dingin Sandi membuat wajah Alina memucat. Dengan tangan yang saling menggenggam di pangkuan, wanita dengan dres rumahan itu duduk dengan gelisah, menyesalkan sikap sang suami yang memenuhi permintaan pria berkulit sawo matang di sampingnya ini agar mereka bisa bicara berdua saja.Angin malam yang bertiup kencang, membuat tubuhnya semakin menggigil, mereka memang duduk di bangku teras yang terbuka. Entah kenapa, Aga tidak membiarkan mereka untuk berbicara di dalam saja, apa sebenarnya yang sedang di pikirkan suaminya itu?"Bukan aku yang menghilang, dia yang meninggalkan aku." Alina menjawab pertanyaan itu dengan suara bergetar, dia ketakutan. Sangat ketakutan. Dan saat seperti ini, dia sangat mengharapkan Aga berada di sisinya untuk menenangkan, namun tidak ada tanda-tanda pria itu akan menyusulnya ke sini. Dan itu membuat Alina sangat kecewa. Berbagai pikiran buruk mulai mengganggu pikirannya."Kau tahu, kan? Dia sedang berusaha agar

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Siapa?

    Hari demi hari berjalan dengan begitu cepatnya. Tanpa terasa, Aga dan Alina telah menjalani biduk rumah hampir tiga tahun lamanya tanpa halangan yang berarti.Aga menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab serta perhatian membuat Alina begitu bersyukur karena takdir telah mempertemukan mereka. Tidak ada lagi pembicaraan tentang masa lalu, semuanya terkubur bersama kebahagiaan yang mereka nikmati bersama, meski bobot tubuh Alina merosot drastis karena Langit yang semakin aktif.Sore itu, Alina sedang menemani Langit untuk bermain di pekarangan sambil menyiram beberapa tanaman bunga. Sampai akhirnya, wanita berambut panjang itu merasa bahwa ada seseorang di balik pohon yang tumbuh di seberang jalan seperti memperhatikan mereka.Ini bukan kali pertama, dia juga sudah menyampaikan hal ini kepada sang suami, namun, tanggapan Aga tidak seperti yang diharapkan, pria itu beranggapan bahwa itu hanyalah pemulung yang biasa berkeliaran di sekitaran komplek.Alina masih ingin mendebat sebenar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status