Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan

Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan

Oleh:  Pricorna  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
19Bab
199Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aga tidak menyangka, niat isengnya di malam itu menyeretnya pada sebuah kehidupan yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya. Dia memang penjahat wanita, tetapi untuk menikah? Sekarang, dia juga harus mempertanggungjawabkan sesuatu yang tidak pernah dia lakukan, menjadi seorang ayah bagi bayi yang ibunya saja baru dilihatnya beberapa kali.

Lihat lebih banyak
Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
19 Bab
Suara Mencurigakan
Aga menajamkan pendengaran dengan melekatkan telinganya di daun pintu.Benar!Seseorang di dalam sana sedang merintih kesakitan. Baru akan memutar handel, dia menepuk dahinya pelan."Udah tengah malam ini, jangan-jangan malah ada yang ehem-ehem di dalam. Bodo amat lah." Dia bermonolog. Niat awal ke kamar mandi, dia lanjutkan. Berhubung toilet di kamarnya sedang rusak dan kamar mandi yang ada di luar hanya ada satu-satunya di sebelah sini, dia terpaksa harus mengambil jalan memutar.Setelah selesai dengan hajatnya, Aga berniat kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur tapi suara dari kamar yang lagi-lagi harus di lewatinya membuat rasa penasaran kembali menghampiri.Kamar No 7.Ini adalah kamar gadis yang beberapa hari ini di incarnya. Anak kos baru yang telah mencuri perhatian sejak hari pertamanya datang.Tubuh seksi dan rambut hitam panjang ditambah dengan kulit putih bersih, wajah tirus dengan hidung mungil, tidak terlalu mancung. Bibir tipis yang merona alami yang selalu terlihat
Baca selengkapnya
Kenapa jadi Begini?
Aga menghembuskan napas berat, koper-koper Alina dia bawa ke satu-satunya kamar yang ada di rumah petak itu.Ya, Bu Rumi menyuruh mereka pindah dengan alasan yang menurut Aga sangat tidak masuk akal. Dia kembali merutuk diri, kenapa dia harus masuk ke kamar gadis itu malam tadi?"Untuk sementara, kalian tinggal di sini dulu." Suara Bu Rumi_ibu kos mereka terdengar tegas. Wajahnya tidak ramah, sangat berbeda dengan hari-hari biasa yang penuh canda setiap berhadapan dengan para anak kos-nya."Hubungi keluargamu untuk mempertanggungjawabkan semua ini." Bu Rumi melotot kepada Aga. Ibu kos yang sudah seperti ibu ke dua baginya itu terlihat sangat kesal."Tapi, Bu ...." "Kamu mau masih mau membantah?" Bu Rumi langsung menarik telinga Aga sebelum sanggahan terucap dari bibir pemuda tampan itu."Aduh, aduh. Ampun Bu," Aga meringis sembari mengusap telingannya berulang kali setelah Ibu kos-nya itu melepaskan jeweran."Selama ini, bukannya Ibu nggak tahu, ya. Kamu sering bawa perempuan nginap
Baca selengkapnya
Meminta Pertanggungjawaban
Aga menarik napas panjang setelah mendudukkan dirinya dengan sempurna di sofa ruang tengah. sedangkan wanita yang duduk berhadapan dengannya tampak menunggu kalimat yang akan keluar dari bibirnya."Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" Aga terlihat kesal, perempuan ini sungguh tidak peka, pikirnya."Tentang?" Alina menautkan kedua alisnya."Tentang semua ini," Aga mengacak rambutnya frustasi. Apakah wanita ini begitu tolol?"Kau tidak ingin memberikan penjelasan tentang mengapa kau membuatku terperangkap dalam masalahmu?! Atau, kau memang sengaja ingin menjebakku." Aga menatap Alina dengan tajam, wajah tampannya menyimpan amarah yang siap untuk dimuntahkan. Akan tetapi, dia masih berusaha untuk menahannya."Maaf...." Alina menunduk, tidak sanggup menatap lawan bicaranya. Sebenarnya, di juga tidak ingin melibatkan siapa pun dalam hal ini."Berhenti menggunakan kata itu." Aga memotong ucapan wanita didepannya, tidak mau menunggu kalimat itu tuntas terucap."Maksudku...." Alina menganhkat
Baca selengkapnya
Tanpa Komitmen
Aga menggeliat, dia mengerjap beberapa kali lalu meraba tempat di sampingnya. Kosong.Kemana Selvi sepagi ini? pikirnya. Dia kembali menarik selimut saat mendengar suara engsel pintu kamar mandi bergerak, kembali dia memejam dan pura-pura tidur.Hampir setengah jam melihat gadis itu mondar-mandir. Aga menyerah, dia merasa ada yang berbeda dengan kekasihnya hari ini."Kamu mau ke mana?" Aga akhirnya membuka mata. Dia menyibak selimut sedikit dan menyandarkan punggung di kepala ranjang."Oh, udah bangun kamu, Yank?" Selvi menoleh dan segera menghampiri lelakinya, dia duduk di pinggir dipan setelah melayangkan sebuah kecupan.Aga menelan ludah karena Selvi memakai pakaian yang sedikit terbuka di bagian dada. Baru saja dia akan menarik tangan kekasihnya, tetapi Livia menghindar lebih dulu."Aku ada pemotretan hari ini. Kamu sarapan sendiri ya," ujar gadis dengan lekuk tubuh nyaris sempurna itu."Tapi, kau sudah berjanji akan menemaniku hari ini." Aga sontak bangkit. Lelaki yang hanya men
Baca selengkapnya
Di luar Dugaan
"Dari mana saja kau?!!" Satu bentakan memecah indra pendengaran Aga. Tanpa menunggu lebih lama, Rosida menarik kuat daun telinga anak sulungnya. Sudahlah membuat malu seluruh anggota keluarga, anaknya itu masih berniat untuk melarikan diri."Kami sudah dua hari menunggu kedatanganmu Anak Durhaka!" Rosida semakin kuat menjewer telinga anaknnya. Tidak peduli dengan Aga yang terus meringis dan memohon agar sang Mama menghentikan tindakan konyolnya.Terlalu banyak orang di sini. Sepertinya, seluruh keluarga besar telah berkumpul kenapa wanita yang telah melahirkannya ini masih memperlakukannya seperti anak kecil?Aga masih bersungut-sungut saat neneknya datang menyelamatkan. Mengomeli putrinya karena telah menyakiti cucu kesayangannya."Ibu terlalu memanjakan dia. Lihatlah kelakuannya sekarang!" sentak Rosida. Bola matanya seakan melompat keluar saat menatap si sulung, "Dasar, Tak tahu malu!!""Kecilkan suaramu, kita tidak sedang berada di rumah. Kaulah yang tak tahu malu. Ajak dulu cucuk
Baca selengkapnya
Nikah Dadakan
Sudah di penghujung sore saat ayah dan anak itu menikmati secangkir kopi di teras. Seluruh penghuni rumah sedang keluar dan hanya menyisakan mereka berdua--serta Alina dan bayinya tentunya--yang terus mengurung diri di kamar."Papa juga tidak percaya padaku?" Aga menatap papanya yang tetap saja terlihat santai. Dia ingin seseorang untuk bertukar pikiran, dan menikahi Alina bukanlah sebuah rencana yang baik. Setidaknya, begitulah menurutnya.Lelaki paruh baya dengan rambut yang sudah ditumbuhi uban itu terkekeh, "Jangankan Papa, bahkan mamamu sendiri tidak yakin kau akan bertindak seceroboh itu.""Lalu? Apa maksudnya semua ini?" Aga memiringkan tubuhnya menghadap Mahdi. Apakah ini lelucon?"Umurmu sudah hampir kepala tiga dan kau masih mengelak untuk berumah tangga. Bukankah calon yang ditawarkan mamamu bukan perempuan sembarangan?""Pa, aku belum ingin terikat ....""Mama dan nenekmu telah memutuskan untuk memanfaatkan situasi ini. Jadi, terima saja. Kau tidak akan bisa mengelak lagi
Baca selengkapnya
Pengkhianat
"Kenapa?!!" Bentakan Aga membuat Silvi terlonjak kaget."Kenapa harus dengan dia?! Apa kau tidak bisa mencari pria brengsek lainnya di luar sana?!" suara Aga kian meninggi. Tubuh Silvi gemetar karena tidak menyangka Aga bisa marah semengerikan ini."Bajingan!" Aga kembali melayangkan pukulan terakhir sebelum meludahi wajah sahabatnya itu dan bangkit dari tubuhnya."Kalian benar-benar pengkhianat!" Giginya gemeretak dengan tangan yang terus terkepal. Bahkan, buku jarinyanya masih menyisakan tetes darah yang berasal dari mulut lelaki yang baru saja dia hajar.Silvi yang sebenarnya sudah mempersiapkan kata-kata untuk mewanti-wanti jika Aga mengetahui hubungannya dengan salah satu sahabat dekat kekasihnya itu, kini hanya bisa bungkam. Dia benar-benar ketakutan melihat kemarahan pria itu. Wajah cantik itu pucat pasi.Heru meringis dan mulai beringsut menjauh, wajahnya yang telah babak belur membuat Aga tersenyum sinis. "Pantas saja, kau begitu bersemangat saat menanyakat pekerjaannya. Das
Baca selengkapnya
Siapa Namanya?
Cahaya matahari pagi menembus kaca jendela, silau yang menerpa wajahnya membuat Aga mengernyit beberapa kali. setelah menggosok kedua matanya, pria yang tertidur di atas sofa itu merubah posisi sampai akhirnya benar-benar terbangun saat menyadari bahwa tubuhnya terjerembab ke lantai."Aduh!" Aga sontak bangkit dan kaget saat mendapati dirinya sudah berada di ubin dengan pakaian yang bertebaran di sisi kanannya. Kini, menyisakan celana boxer yang menempel di tubuhnya bagian bawahnya.Lagi, dia mengusap kasar wajah dan mengacak rambut yang sebenarnya memang sudah tidak karuan bentuknya.Menyadari sesuatu, dia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dan dia merutuk saat menyadari bahwa semua pakaiannya masih berada di kamar Alina. Mama dan neneknya yang memaksa Alina menyimpannya. Dan sialnya, dia belum sempat memindahkan.Tidak ada pilihan lain, dia mengintip dari dalam bilik kamar mandi untuk memastikan wanita penghuni lain di rumah ini tidak sedang keluar dari kamarnya.
Baca selengkapnya
Anugrah Langit Prawira
"Kau tidak meminta ayahnya untuk memberikan nama?" Aga menelan ludah setelah mengucapkan kalimat itu. Tiba-tiba saja rasa kecewa membuatnya tersenyum miris, dia baru menyadari bahwa bayi ini milik orang lain."Tidak." Alina memperbaiki duduknya yang tadi sempat miring ke arah Aga. Pertanyaan itu, dia tahu pertanyaan itu mengandung makna yang lain. Dan tentu saja Aga berhak menanyakan hal itu. "Apa kau keberatan jika aku memberinya nama?""Ha?""Ayah menitipkan sebuah nama untuk bayi ini sebelum beliau pulang."Alina terdiam. Pandangan matanya tertumpu pada dua kakinya yang mengenakan sandal rumahan pemberian adik perempuan Aga. Alina merasa kagum dengan keluarga Aga yang begitu perhatian kepadanya. Namun, dia sadar bahwa telah terlalu jauh menyeret Aga ke dalam masalah pribadinya, pria ini pasti mendapatkan masalah yang tidak sedikit sejak memutuskan untuk menolongnya malam itu."Aku akan memikirkannya nanti.""Kau menolak?""Ha?" "Kau menolak nama pemberian ayahku?""Bukan, maksud
Baca selengkapnya
Malam yang panjang
Aga menghela napas dan menutup laptopnya. Pandangannya teralih saat mendengar suara pintu kamarnya dibuka."Aku membuatkanmu kopi." Alina masuk dengan sebuah nampan di tangannya, "apa yang sedang kau kerjakan?""Mencari pekerjaan."Alina menaikkan sebelah alisnya, lalu duduk di kursi yang berada tidak jauh dari meja kerja Aga. "Kau dipecat?""Lebih tepatnya mengundurkan diri.""Apakah ini ada hubungannya denganku." Alina menampilkan wajah bersalah. Dia semakin tidak enak hati pada pria ini jika hal itu benar adanya."Tidak.""Lalu?""Hei! Kau terlalu banyak bertanya.""Aku istrimu," jawab Alina sambil menahan tawa."Baiklah, baiklah." Aga merenggangkan otot-ototnya dan bangkit dari duduk. "Jadi, apa yag ingin kau ketahui istriku?" Aga menaik-turunkan alisnya.Alina bergidik, seketika dia mengingat kejadian malam dimana Aga pulang dalam keadaan mabuk."Rekan kerjaku merebut pacarku."Alina menatap Aga seolah tak percaya."Tenang saja, aku sudah menghajarnya.""Apa itu alasanmu menerima
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status