Mereka berdua kemudian menuju unit apartemen milik Andreas, diantarkan oleh sopir keluarga Pak Bernardus yang kemarin mengantarkan ke hotel. Sepanjang perjalanan menuju apartemen, guru muda itu terdengar asyik bercengkrama dengan sopir tersebut. Berbeda jauh dengan Andreas yang selama ini dikenal oleh Joana, guru yang dingin dan minim bicara."Terima kasih banyak, Pak," kata Andreas ketika mobil yang mereka tumpangi telah tiba di di depan lobi apartemen.Andreas bergegas membuka pintu di sisinya lalu segera turun dari mobil. Pria muda itu kemudian sibuk membantu sang sopir menurunkan koper dari bagasi. Andreas tidak peduli, apakah Joana sudah turun atau masih berada di dalam mobil.Menyadari bahwa sang suami tidak peduli terhadap dirinya, Joana kemudian segera turun. Wanita belia itu mengedarkan pandangan lalu menatap bangunan tinggi di hadapan. Joana masih melihat-lihat keadaan sekeliling ketika Andreas menyenggol lengannya."Mau masuk bersamaku atau mau pulang kembali bersama sopir?
Cukup lama Joana berdiri mematung di sana, hingga kegelapan perlahan mulai menyelimuti bumi. Wanita belia itu baru beranjak masuk saat udara di luar mulai dirasa dingin. Ketika tiba di dalam, Joana melihat sang suami yang tadi ketiduran di sofa, sudah rapi."Mau ke mana, Bang?""Cari makan di warung angkringan. Kamu kalau lapar, pesan layanan antar saja sesukamu biar nanti aku yang bayar. Aku yakin, kamu enggak doyan makan di warung pinggir jalan karena seleramu pasti tinggi dan tidak sama dengan orang-orang seperti kami!" balas Andreas yang terdengar ketus.Joana sempat terkejut mendengar perkataan suaminya. Namun itu tidak berlangsung lama. Joana segera dapat menguasai keadaan dan memahami pria di hadapan."Enggak perlu makan di luar, Bang. Kalau ada bahan makanan, biar Jo masak aja." Tanpa menunggu jawaban, Joana bergegas menuju dapur lalu melihat isi almari penyimpanan."Jo buatkan nasi goreng, mau enggak, Bang?" tawar Joana kemudian, menoleh k
Berulang kali mendapatkan penolakan secara tersurat maupun tersirat seperti saat ini, juga kata-kata ketus dari sang suami, tetapi itu semua tidak menyurutkan tekad Joana untuk meraih hati suaminya. Entah karena dia adalah wanita yang bodoh dan bebal atau cinta yang telah membuat Joana tidak bisa berpikir menggunakan logika. Istri belia Andreas itu terus meneguhkan diri, akan berusaha hingga dia lelah dan kemudian menyerah untuk dapat menggapai cinta sang guru idolaSetelah Andreas menghabiskan makan malamnya, Joana bergegas mencuci piring dan peralatan memasak. Sementara pria berkacamata itu memilih menghabiskan waktu di balkon sambil melanjutkan pekerjaan tadi sore yang belum kelar. Joana kemudian menyusul sang suami dan duduk di samping Andreas setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Pekerjaan yang selama ini tidak pernah dia sentuh atau pun dia jamah."Masih lama, Bang?" tanya Joana, setelah cukup lama dia duduk terdiam di samping suaminya."Masih," bal
Joana mengerucutkan bibir dengan kesal. Dia memang sudah tahu sejak awal bahwa Andreas menikahinya hanya di atas kertas. Namun, tetap saja dia merasa kesal diperlakukan demikian."Jo tidur di sofa juga, ya." Joana langsung saja merebahkan tubuh di samping Andreas. Dia tidak peduli meskipun tempatnya sempit dan sesak."Apaan, sih, kamu, Jo? Tidur di ranjang sana!" usir Andreas, tetapi Joana bergeming.Andreas lalu beringsut dan duduk dengan wajah ditekuk. Sementara Joana masih rebahan dan merubah posisi menjadi telentang. Hal itu membuat aset berharga miliknya terlihat dengan jelas karena gaun yang dia kenakan sangat transparan.Pria muda itu menyugar kasar rambutnya. Andreas lalu beranjak dan pindah ke ranjang tanpa kata. Suami Joana tersebut segera merebahkan diri dan langsung memeluk guling lalu memejamkan mata."Abang! Jahat banget, sih! Pindah di situ enggak ajak-ajak!"Joana kembali melancarkan protesnya. Wanita belia itu kemudian menyu
Wanita belia itu lalu menghela napas panjang untuk mengurai kekesalan di hatinya. Joana menarik selimutnya kembali lalu memejamkan mata, mencoba untuk melupakan semua. Namun, itu hanya berlangsung sekejap saja karena Joana kemudian buru-buru bangun ketika mengingat bahwa dia kini sudah menjadi seorang istri dan harus menyiapkan segala keperluan suaminya."Ingat tujuan awal kamu, Jo. Kamu tidak boleh bermalas-malasan jika ingin mengambil hati suami kamu." Joana menyenangkan dirinya sendiri.Istri belia Andreas itu bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Keluar dari kamar mandi, Joana langung menuju almari penyimpanan di dapur dan mengambil roti tawar yang tersimpan di sana. Dia hendak membuat sandwich untuk sarapan mereka berdua.Setelah selesai membuat sandwich dengan isian sayuran, sosis dan telor, Joana kemudian membuatkan minuman untuk sang suami dan juga untuk dirinya sendiri. Dia bergegas mandi, setelah semua siap dan tertata di meja
Pagi ini, adalah pagi yang terindah menurut Joana. Meskipun semalaman dia belum berhasil menaklukkan sang suami dan tadi Joana juga sempat mendengar kata-kata ketus Andreas, tetapi apa yang baru saja dikatakan sang suami, membuat Joana merasa sudah memiliki hati pria itu seutuhnya.Dia merasa, kalau sang suami memberinya harapan. Untuk itu Joana berjanji dalam hati, akan terus berjuang. Berjuang untuk mendapatkan cinta dari sang guru yang sudah sangat lama dia idolakan.'Aku yakin banget, kalau Bang Andre sebenernya suka sama aku. Itu makanya, dia berkata begitu. Hanya saja, rasa gengsinya terlalu tinggi.'"Jumlahnya memang tidak sebanyak pemberian orang tua kamu, Jo, tapi aku akan berusaha untuk mencukupi. Kamu tidak perlu lagi minta sama orang tuamu." Suara Andreas berikutnya, mengurai lamunan Joana."Iya, Bang, ini sangat berarti bagi Jo." Wanita belia itu tersenyum tulus pada suami tampan yang dia gilai."Aku harap, kamu bisa mengikuti gaya hid
Joana dan sang sahabat terus bercanda, sambil berjalan menuju kelas. Siswi yang sudah menikah dengan diam-diam itu seperti tidak memiliki beban apa-apa, padahal jauh di dasar lubuk hatinya, Joana begitu merana."Jo. Kenapa Pak Andre selama ini tidak pernah memboncengkan kamu? Kamu 'kan bisa turun di halte depan sekolah. Teman-teman kita jarang, kok, yang menaiki kendaraan umum. Jadi, mereka tidak akan mengetahui kalau kalian berangkat dan pulang bareng."Melanie lalu menghentikan langkah karena mereka berdua hampir tiba di depan kelas. Sahabat terbaik Joana itu belum ingin memasuki kelas karena masih ingin ngobrol dengan istri Andreas. Obrolan yang tidak boleh didengar oleh teman-teman mereka yang belum mengetahui pernikahan Joana yang masih dirahasiakan."Kata Bang Andre, berisiko, Mel. Dari pada nantinya ribet kalau ada yang menyelidiki lalu lapor ke dinas, mending seperti ini saja," kilah Joana. Padahal yang sesungguhnya terjadi, sang suami tidak mungkin mau
Panas mentari yang menyengat, tidak menyurutkan langkah seorang wanita belia berseragam putih abu-abu menyusuri trotoar jalan. Sesekali, dia menendang batu kecil yang ada di hadapannya lalu tersenyum lebar. Entahlah, Joana merasa senang dan sedikit menghilang rasa sesak di dada, kala melakukan hal demikian.Ya, wanita belia berambut panjang itu adalah Joana. Siang ini, setelah Joana mengalami kejadian yang membuat hatinya sakit di sekolah, dia lebih memilih berjalan kaki untuk pulang ke unit apartemen milik suaminya. Joana ingin melepas dan membuang semua kejengkelan, kemarahan, dan kecemburuan pada suami tercinta.Wanita belia itu terlihat sangat menikmati perjalanannya siang ini. Sesekali dia berhenti dan ketika ada pengamen jalanan sedang bernyanyi, dia ikut bernyanyi. Wajahnya nampak sangat riang dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa saat ini dia sedang terluka hati."Makasih, Kak, udah ikut bernyanyi bersama kami. Suara Kakak bagus, jadi mereka banyak kas