Suara petugas hotel yang mengantarkan mereka berdua, mengurai lamunan mesum Joana. Gadis belia itu kemudian merapatkan pejaman matanya.
"Silakan, Mas. Ini kamar untuk Mas Andre dan Nona Jo, seperti yang telah dipesan oleh Nyonya Anggie." Setelah membuka pintu kamar dengan lebar, seorang wanita cantik berseragam petugas hotel segera mempersilahkan Andreas untuk masuk ke dalam kamar luas tersebut.
"Saya permisi dulu, Mas Andre. Kalau butuh sesuatu, Mas Andre bisa telepon layanan customer," pamit petugas hotel tersebut, setelah menyimpan acses card ke tempat penyimpanan di samping pintu.
Andreas hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Pria itu lalu merebahkan tubuh Joana di atas ranjang empuk yang bertabur mawar merah. Andreas berdiri di samping ranjang sambil geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan takdir hidup yang harus dia jalani sekarang.
Pria muda itu lalu melipat kedua tangan di dada. Tatapannya lurus tertuju ke arah Joana. 'Dia masih sanga
Joana cemberut mendengar Andreas memanggilnya bocah. "Jo bukan bocah Bang. Kalau enggak percaya, Jo akan buktikan pada Bang Andre kalau Jo sudah bisa bikin bocah. Ayo, kita mulai!" tantang Joana yang kemudian berdiri.Andreas mendengkus kesal. "Jangan mimpi, Jo!'" Kenapa, sih, bicaranya masih ketus aja," rajuk Joana yang kemudian kembali mendudukkan diri di sofa.Sejenak keheningan tercipta di kamar hotel mewah tersebut. Andreas masih berdiri mematung di tempatnya dengan tatapan yang terlihat kesal ke arah Joana. Sementara gadis belia yang baru saja dinikahi oleh sang guru matematika itu pura-pura tidak melihat ekspresi suaminya."Jo laper, Bang. Kita 'kan, belum makan malam." Suara Joana mengurai keheningan.Wanita belia nan seksi itu berbicara dengan bibir mengerucut, membuat bibir tipisnya yang diwarnai kemerahan nampak menggairahkan. Namun, sepertinya pria bertampang dingin di hadapan, sama sekali tidak tergoda untuk menikmati benda kenyal yan
Joana lalu segera mengejar dan menarik lengan suaminya. Tenaga Joana yang kuat meskipun tangannya kecil dan seperti tidak bertenaga, membuat mereka berdua kini saling berhadapan di ambang pintu kamar. Joana kembali menjalankan misinya dengan mengeluarkan air mata buaya."Maafkan Jo, Bang. Jo bingung, bagaimana cara mendapatkan perhatian dari Bang Andre?"Andreas menghela napas panjang. "Dari awal, aku sudah mengatakan kepadamu, Jo, kalau aku tidak menyukaimu!" tegasnya.Joana mengangguk, mengerti. "Jo tahu itu, Bang. Tapi, tidak ada salahnya 'kan, kalau Jo berjuang?" Joana menatap sang suami penuh harap dan dengan netra yang masih berkaca-kaca."Silakan, tapi jangan pernah menyesal jika ternyata perjuangan kamu akan sia-sia dan kamu hanya membuang-buang waktu saja!""Terima kasih, Bang. Jo tidak akan pernah menyesal. Kalaupun gagal, setidaknya Jo sudah berusaha dengan maksimal." Joana kembali tersenyum ceria, seolah tidak pernah terjadi apa-apa seb
Andreas yang hendak langsung merebahkan tubuh, mengurungkan niat lalu mengambil selimut dan bermaksud menutupi tubuh Joana. Ketika kembali ke sofa, Andreas mencoba membangunkan gadis belia yang kini sudah sah menjadi istrinya. Namun, wanita belia itu bergeming dan sama sekali tidak meresponnya. Andreas lalu menepuk pelan lengan Joana yang terbuka."Astaga. Dingin sekali kulit Joana," gumam Andreas ketika telapak tangannya menyentuh kulit Joana. Pria muda itu terlihat mulai khawatir. Bagaimana tidak khawatir? Dia saja yang mengenakan pakaian lengkap kedinginan, apalagi istrinya itu mengenakan gaun terbuka?Dia amati wajah wanita belia itu yang ternyata sangat pucat. Andreas lalu memegang tangan Joana dan memastikan denyut nadinya, lemah. Hal itu membuat Andreas menjadi semakin panik.Dia mencoba menepuk pelan pipi Joana, tetapi wanita yang hanya mengenakan gaun tipis itu tidak memberikan respon. "Jangan-jangan, dia pingsan?" Pikiran buruk mulai menyelimuti hati A
Andreas hanya berdecak dan kemudian segera menuju sofa tanpa kata. Melihat jam masih menunjukkan pukul empat dini hari, Andreas bermaksud melanjutkan tidurnya. Tidak berapa lama kemudian, terdengar suara dengkuran halus yang menandakan bahwa pria muda itu telah kembali terlelap ke alam mimpinya.Di atas ranjang, Joana masih senyum-senyum tidak jelas. Masih dapat dia rasakan kehangatan tubuh kekar Andreas yang tadi memeluknya erat. Beruntung dia sudah terbangun cukup lama dan dapat menikmati kehangatan tubuh Andreas."Andai dia sedikit saja memiliki perasaan terhadapku, aku yakin dia pasti tergoda untuk melakukan lebih padaku," gumam Joana sambil membuka selimut dan melihat tubuhnya yang polos tanpa busana."Dasar, laki-laki aneh! Yang gurih dan halal sudah di depan mata, malah dianggurin!" gerutu Joana yang kemudian kembali menarik selimut dan merebahkan diri dengan benar. Dia pun ingin melanjutkan tidurnya karena tidak mau terjaga sendirian.Andreas terb
Sejenak, keheningan tercipta di dalam kamar pengantin nan mewah itu. Masing-masing nampak sibuk dengan pikiran sendiri, mereka hanya saling diam dan membisu. Baik Andreas maupun Joana, tidak ada yang mengeluarkan suara untuk memulai berbicara."Sebaiknya, kita segera berkemas dan pulang ke unit apartemenku." Perkataan Andreas mengurai keheningan. Andreas ingin segera mengajak Joana untuk pulang ke unit miliknya agar dia bisa terbebas dari wanita belia itu dan menyibukkan diri dengan pekerjaan."Bang, kita 'kan masih punya waktu sampai sore!" protes Joana yang masih ingin menghabiskan waktu berduaan dengan sang suami di tempat istimewa, meskipun malam pertamanya semalam tidaklah seistimewa yang dia harapkan."Kalau kamu masih mau di sini, silakan!" Andreas segera beranjak dan kemudian mulai mengemasi barangnya yang tidak seberapa.Mau tidak mau, Joana pun ikut beranjak lalu ikut mengemas barang miliknya. Wanita belia tersebut melakukannya dengan sangat terpaksa. Hal itu disadari oleh A
Mereka berdua kemudian menuju unit apartemen milik Andreas, diantarkan oleh sopir keluarga Pak Bernardus yang kemarin mengantarkan ke hotel. Sepanjang perjalanan menuju apartemen, guru muda itu terdengar asyik bercengkrama dengan sopir tersebut. Berbeda jauh dengan Andreas yang selama ini dikenal oleh Joana, guru yang dingin dan minim bicara."Terima kasih banyak, Pak," kata Andreas ketika mobil yang mereka tumpangi telah tiba di di depan lobi apartemen.Andreas bergegas membuka pintu di sisinya lalu segera turun dari mobil. Pria muda itu kemudian sibuk membantu sang sopir menurunkan koper dari bagasi. Andreas tidak peduli, apakah Joana sudah turun atau masih berada di dalam mobil.Menyadari bahwa sang suami tidak peduli terhadap dirinya, Joana kemudian segera turun. Wanita belia itu mengedarkan pandangan lalu menatap bangunan tinggi di hadapan. Joana masih melihat-lihat keadaan sekeliling ketika Andreas menyenggol lengannya."Mau masuk bersamaku atau mau pulang kembali bersama sopir?
Cukup lama Joana berdiri mematung di sana, hingga kegelapan perlahan mulai menyelimuti bumi. Wanita belia itu baru beranjak masuk saat udara di luar mulai dirasa dingin. Ketika tiba di dalam, Joana melihat sang suami yang tadi ketiduran di sofa, sudah rapi."Mau ke mana, Bang?""Cari makan di warung angkringan. Kamu kalau lapar, pesan layanan antar saja sesukamu biar nanti aku yang bayar. Aku yakin, kamu enggak doyan makan di warung pinggir jalan karena seleramu pasti tinggi dan tidak sama dengan orang-orang seperti kami!" balas Andreas yang terdengar ketus.Joana sempat terkejut mendengar perkataan suaminya. Namun itu tidak berlangsung lama. Joana segera dapat menguasai keadaan dan memahami pria di hadapan."Enggak perlu makan di luar, Bang. Kalau ada bahan makanan, biar Jo masak aja." Tanpa menunggu jawaban, Joana bergegas menuju dapur lalu melihat isi almari penyimpanan."Jo buatkan nasi goreng, mau enggak, Bang?" tawar Joana kemudian, menoleh k
Berulang kali mendapatkan penolakan secara tersurat maupun tersirat seperti saat ini, juga kata-kata ketus dari sang suami, tetapi itu semua tidak menyurutkan tekad Joana untuk meraih hati suaminya. Entah karena dia adalah wanita yang bodoh dan bebal atau cinta yang telah membuat Joana tidak bisa berpikir menggunakan logika. Istri belia Andreas itu terus meneguhkan diri, akan berusaha hingga dia lelah dan kemudian menyerah untuk dapat menggapai cinta sang guru idolaSetelah Andreas menghabiskan makan malamnya, Joana bergegas mencuci piring dan peralatan memasak. Sementara pria berkacamata itu memilih menghabiskan waktu di balkon sambil melanjutkan pekerjaan tadi sore yang belum kelar. Joana kemudian menyusul sang suami dan duduk di samping Andreas setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Pekerjaan yang selama ini tidak pernah dia sentuh atau pun dia jamah."Masih lama, Bang?" tanya Joana, setelah cukup lama dia duduk terdiam di samping suaminya."Masih," bal