"Asik sekali ya sepertinya? Sehingga kamu tidak menyadari keberadaan saya di sini. Sejak tadi saya sudah berdiri di sini loh." Pria berwajah manis itu memandang Eliza sambil tersenyum kecil. "Dokter Rizki." Eliza tidak menjawab pertanyaan dokter tersebut dia justru memanggil namanya. "Baguslah Saya kirain kamu sudah lupa dengan nama saya ternyata nggak ya." Dokter Rizki berkata dengan candaan. Eliza tertawa kecil ketika mendengar perkataan dokter berwajah malas itu. "Mana mungkin saya lupa. Dokter salah seorang, orang yang tidak pernah Liza lupakan." Eliza berkata dengan tersenyum inut. Bagi Eliza ucapannya hanyalah sebagai candaan namun berbeda dengan dokter Rizki. Pria itu begitu senang ketika mendengar pengakuan Eliza. Bahkan dokter berwajah manis itu sampai tersipu malu."Janji ya tidak boleh melupakan saya." Jatuh cinta berjuta rasanya seperti itulah yang dirasakannya. Padahal baru saja berpisah dengan Eliza namun dokter itu seakan tidak bisa menahan kerinduannya. Sudah beru
Mawar, Hermawan dan juga Nathan sampai ke acara pernikahan Sandy dan juga Mirna. Kehadiran mereka di sini langsung di sambut Wati dengan hebohnya.Mawar tersenyum sinis ketika melihat wajah teman sosialitanya tersebut. Selama ini Wati selalu bersikap baik dan sok akrab terhadapnya, namun setelah melihat kebusukan hati Wati, sepertinya ia tidak berniat untuk dekat seperti dulu. Karena Mawar benci melihat orang-orang yang munafik.Pesta pernikahan ini memang digelar dengan mewah. Kehadiran keluarga millionaire itu tentunya membuat Wati semakin senang dan juga bangga. Hermawan dan Nathan, merupakan pengusaha terkenal. Begitu juga Mawar, yang merupakan desainer busana ternama. "Jeng Mawar, nggak nyangka datang juga. Padahal aku gak yakin loh kamu mau datang ke pesta kecil-kecilan seperti ini." Wati berkata dengan nada merendah."Siapa yang bilang kalau ini pesta kecil. Menurut saya pesta pernikahan ini sangat mewah sekali." Mawar berkata dengan senyum mengejek."Ya kalau dibandingkan de
Sandy kewalahan ketika mengangkat tubuh besar ibunya. Apakah ini karma dari istri pertama, atau memang hanya musibah. Tiba-tiba saja ia terbayar wajah Eliza.Apakah selama ini ia sudah terlalu kejam terhadap Eliza?Apakah selama ini ia sudah menjadi suami yang zalim. Tiba-tiba saja Sandy mempertanyakan sikapnya terhadap istri pertama. Dulu dengan sangat gigih dan penuh keyakinan ia berjuang mendapatkan Eliza. Meskipun orang tua serta keluarganya menentang, namun Sandy tetap menikahi Eliza. Tapi entah mengapa rasa cintanya mulai goyang sejak kehadiran Mirna.Lagi- lagi Sandy terus saja bertanya didalam hatinya. Namun rasa bersalah itu hilang dalam sekejap ketika mengingat kutukan yang ucapan Eliza untuk calon anaknya."Aduh sakit, sakit sekali." Wati terus saja menangis. Apa lagi ketika menantunya tidak mengangkat kakinya dengan baik."Tahan ma, aku akan langsung panggil dokter," kata Tina."Sakit sekali, mama tidak tahan." Wati terus saja menangis sambil memandang kakinya. Suara tang
"Sayang jangan marah, Eliza tidak tahu kalau kamu tidak membolehkan orang memetik bunga." Hermawan mengusap tangan istrinya "Tante aku akan ganti semua bunga yang dipetik Eliza, Tante jangan marah ya, kasihan dia." Rizky berkata dengan memohon. Volume suaranya juga di buat sekecil mungkin agar Eliza tidak mendengar."Mami, bunga pasti akan tumbuh lagi jadi mami tidak perlu mempermasalahkannya." Nathan ikut serta membela Eliza.Setelah melihat seperti apa suami Eliza beserta keluarganya, Nathan merasa kasihan terhadap Eliza. Walau bagaimanapun dia sangat membenci yang namanya perselingkuhan.Mawar memandang ketiga pria tampan itu secara bergantian. "Sayang, bukannya aku membela Eliza, tapi," ucapan Hermawan terjeda ketika melihat sorot mata istrinya. "Tante kasihan Eliza, jangan dimarahin ya." Eliza berdiri sedikit jauh dari Mawar, hingga ia tidak mendengar apa yang sedang mereka perdebatkan."Ibu, ada apa?" Eliza kembali mendekat dan tersenyum memandang Mawar. Wajahnya terlihat sa
Mawar memandang Eliza dengan mengerutkan keningnya. "Apa maksudnya, menggeleng dan mengangguk?""Ibu boleh bantu tapi boleh juga nggak." Eliza kemudian tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Jika seandainya tidak bertemu dengan keluarga Hermawan, Eliza tidak tahu seperti apa kehidupannya saat ini. Mungkin sai sampai sekarang Eliza masih tidur di taman rumah sakit kemudian mencari pekerjaan di saat pagi hingga sore hari. "Saya ingin bantu deh. "Mawar mengambil satu tangkai bunga dan mengambil bunga yang lain kemudian digabungkan. "Ini bunganya untuk letak di mana saja?" Mawar memandang keempat vas bunga yang sudah terisi air. "Di kamar ibu di ruang tamu kamar Liza dan juga kamar Noah. Noah sangat suka melihat warna-warna seperti ini. " Eliza senang ketika membayangkan mata bulat Noah yang sedang memandang bunga.Mulut mawar membulat ketika mendengar jawaban dari Elisa. Setelah merangkai bunga dan memasukkannya ke dalam vas masing-masing Eliza menyisakan tiga tangkai bunga mawar k
"Jika kamu menyetujui dua syarat dari saya, saya akan memberikan kebebasan kamu melanjutkan pendidikan untuk menjadi seorang dokter. Seluruh biaya akan saya tanggung. Masalah gaji, saya tidak akan memotong sepeserpun. Semua angaran biaya yang dikeluarkan akan menjadi tanggung jawab saya. Bagaimana?" Mawar berkata dengan tersenyum.Jika Eliza bisa membaca mimik wajah orang lain, ia akan melihat senyum yang tercetak di wajah Mawar penuh dengan kelicikan.Eliza diam dan masih menimbang syarat apa kiranya yang akan diminta oleh Mawar. Setelah pengalaman buruk yang diberikan oleh Wati, membuat ia harus berjalan dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. "Bagaimana apa mampu dengan dua syarat dari saya? Hanya dua saja." Mawar berkata sambil mengibaskan tangannya. "Sebelum saya setujui, apa boleh tahu apa saja syaratnya Bu?" Eliza bertanya terlebih dahulu. Setelah memutuskan pastinya tidak akan bisa mundur karena itu dia harus memilih mendengarkan terlebih dahulu. "Syarat yang pertama ka
"Eliza, ini pengacara saya, pak Tom. Beliau salah satu pengacara terbaik di Indonesia." Mawar mengenal pengacaranya kepada Eliza."Halo pak, saya Eliza." Eliza tersenyum dan memperkenalkan dirinya."Saya Tommy Kurniawan tapi lebih dikenal dengan nama Tom." Pengacara itu tersenyum."Pak Tom sudah membuat surat perjanjian yang harus kamu tanda tangani. Silahkan dibaca terlebih dahulu." Mawar memberikan surat yang sudah di siapkan untuk Eliza Eliza melihat 2 poin seperti yang tadi dikatakan oleh Mawar dan kemudian denda yang harus ia keluarkan ketika melanggar salah satunya. "Untuk bercerai dengan mas Sandy, saya tidak bisa melakukannya dalam waktu dekat ini bu. Apa boleh saya melakukan gugatan cerai 6 bulan lagi." Eliza memandang Mawar. Agar proses perceraian cepat, Eliza membutuhkan banyak bukti untuk di ajukan ke pengadilan. Eliza juga harus menyiapkan uang membayar hutang terhadap Wati. "Kenapa?" Tanya Mawar. "Saya ingin menenangkan pikiran dulu Bu. Saya juga ingin fokus dengan
Bagaikan seorang nona muda, Eliza diperlakukan dengan sangat istimewa. Bahkan untuk mendaftar ke universitas ternama yang di Indonesia, ia tidak perlu repot melakukannya. Semuanya sudah diselesaikan asisten Mawar. Eliza cukup mempersiapkan diri untuk mengikuti tes seperti calon mahasiswa siswa lainnya."Bagaimana, apa sudah siap?" Mawar bertanya sambil tersenyum. Jika dilihat penampilan Eliza saat ini, pasti tidak akan ada yang percaya bahwa wanita itu sudah memiliki suami dan anak. Eliza terlihat seperti gadis SMA yang memakai baju seragam berwarna putih dan rok hitam.Eliza menganggukkan kepalanya. "Tapi Liza gugup mi."Eliza sudah merubah panggilannya terhadap Mawar, sesuai dengan perintah wanita paruh baya tersebut."Wajar saja gugup, papi yakin Eliza pasti bisa." Hermawan berkata dengan semangat menggelora. Padahal mereka baru mengenal Eliza, tapi mengapa rasa sayangnya sudah seperti sayang terhadap anak sendiri."Iya Pi, Liza pasti bisa. Liza juga sudah belajar selama 2 Minggu
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah