Share

Bab 613

Author: Liazta
last update Last Updated: 2025-09-12 20:37:17

“Anisa, besok ke sekolah pakai taksi saja. Opa lebih tenang kalau kamu berangkat dengan taksi,” ucap Marwan sambil menatap cucunya penuh cemas. Meski Anisa sudah berkali-kali bilang bisa mandiri, tapi hati seorang kakek tetap saja tak tega melihat wajah cucunya yang lelah setelah seharian berjuang.

Anisa tersenyum hangat, lalu menggeleng pelan. “Tidak usah, Kek. Kalau pakai taksi, sekali jalan bisa Rp40.000. Pulang-pergi sudah Rp80.000. Sayang sekali, uang segitu kan besar. Lebih baik ditabung untuk kebutuhan yang lebih penting.”

Naik ojek online, pergi Rp20.000 dan pulang pergi, Rp40.000 perhari dikalikan 22 hari. Ini nominal yang sangat besar sekali opa."

Ia berhenti sebentar, lalu menambahkan dengan mata berbinar. “Lagi pula, kalau naik busway untuk pelajar kan gratis. Dari halte ke rumah tinggal tambah ojek, itu cuma sekitar Rp7.000. Jauh lebih hemat, kan Kek?”

Marwan hanya diam memandang wajah cucunya. Jika Anisa sama seperti anak normal lainnya, ia tidak akan secemas ini. Namun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 615

    Di dalam kamar yang sunyi, Yura merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ponsel masih ia genggam erat, seolah benda kecil itu adalah satu-satunya penghubung dengan Michael. Air matanya sudah mengering, tapi hatinya masih terasa sesak."Kenapa selalu aku yang berusaha? Kenapa bukan dia? Apa dia benar-benar sudah lupa…?" batinnya bergema, menyayat-nyayat.Ia menatap layar ponsel sekali lagi, jari-jarinya menyusuri nama Michael di daftar kontak. Hanya sebuah panggilan, Yura… hanya satu sentuhan, dan kamu bisa dengar suaranya lagi. Namun logika dan hatinya bertarung hebat. Logikanya berkata jangan merendahkan diri lagi, hatinya menjerit rindu.Yura menarik napas panjang, lalu memeluk ponselnya erat ke dada. Seakan dengan begitu, ia bisa mendekap Michael dalam wujud yang paling sederhana. Matanya perlahan terpejam, tenggelam dalam rasa lelah dan kerinduan.Namun tengah malam, tubuhnya gelisah. Yura terbangun, masih dengan ponsel yang ia peluk erat. Matanya setengah terbuka, lalu refleks menyal

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 614

    Rizky duduk tenang di kursinya, menikmati makan malam sederhana bersama keluarga yang ia cintai. Sesekali ia mengangkat kepala, menatap tiga perempuan cantik yang selalu membuat hatinya penuh rasa syukur, dan cinta. Kiara, Aishwa, dan Yura. Di rumah ini, dokter berwajah manis itu merasa dirinya lelaki paling beruntung dan paling tampan, karena dikelilingi cinta mereka.“Ais, bagaimana sekolahmu tadi?” tanya Rizky dengan nada ringan, kebiasaan yang selalu ia lakukan setiap kali makan malam bersama.“Semuanya berjalan aman terkendali, Ded.” Aishwa menjawab sambil mengacungkan jempol, wajahnya cerah.Rizky menyipitkan mata penuh selidik. “Apa hari ini kamu tidak membuat masalah?”Gadis remaja itu cepat-cepat menggeleng. “Kalau ada masalah di sekolah, guru pasti langsung hubungi Deddy, kan?” katanya polos, membuat Kiara tersenyum kecil.Tanpa banyak bicara, Kiara mengambil sepotong daging dan meletakkannya ke piring Aishwa, lalu menyendokkan lagi ke piring suaminya. Senyum tipis menghiasi

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 613

    “Anisa, besok ke sekolah pakai taksi saja. Opa lebih tenang kalau kamu berangkat dengan taksi,” ucap Marwan sambil menatap cucunya penuh cemas. Meski Anisa sudah berkali-kali bilang bisa mandiri, tapi hati seorang kakek tetap saja tak tega melihat wajah cucunya yang lelah setelah seharian berjuang.Anisa tersenyum hangat, lalu menggeleng pelan. “Tidak usah, Kek. Kalau pakai taksi, sekali jalan bisa Rp40.000. Pulang-pergi sudah Rp80.000. Sayang sekali, uang segitu kan besar. Lebih baik ditabung untuk kebutuhan yang lebih penting.”Naik ojek online, pergi Rp20.000 dan pulang pergi, Rp40.000 perhari dikalikan 22 hari. Ini nominal yang sangat besar sekali opa."Ia berhenti sebentar, lalu menambahkan dengan mata berbinar. “Lagi pula, kalau naik busway untuk pelajar kan gratis. Dari halte ke rumah tinggal tambah ojek, itu cuma sekitar Rp7.000. Jauh lebih hemat, kan Kek?”Marwan hanya diam memandang wajah cucunya. Jika Anisa sama seperti anak normal lainnya, ia tidak akan secemas ini. Namun

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 612

    Senja turun perlahan ketika Anisa duduk di halte bus. Rambutnya sedikit berantakan tertiup angin sore, sementara kedua tangannya meremas erat tali tas di pangkuannya. Tatapannya lurus ke arah jalan, menanti busway yang akan membawanya pulang.Tak lama, bus berhenti tepat di depannya. Orang-orang segera bergegas naik, sebagian bahkan saling berebut agar bisa duduk.Anisa menarik napas panjang. Dengan tekad bulat, ia melangkah maju ke pintu bus. Namun langkahnya tak semudah yang lain. Kaki besi magnetik yang menopang tubuhnya membuat setiap gerakan terasa kaku. Setiap kali ia mengangkat kaki, ada beban yang menuntut tenaga lebih besar.Tangannya menggenggam pegangan bus erat-erat. Satu kali, dua kali, ia berusaha menaiki tangga. Keringat mulai merembes di pelipis kening, napasnya tersengal.Orang-orang di belakang mulai tidak sabar. Ada yang mendecak, ada pula yang berbisik-bisik dengan nada sinis. Namun Anisa tetap menunduk, berusaha menutup telinganya dari suara-suara itu.Aku bisa. A

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 611

    Aishwa kembali dengan es krim di tangannya, wajahnya berseri-seri seolah semua lelahnya hilang begitu saja. Ia menjilat es krim itu sambil tertawa kecil, lalu naik ke motor Noah.“Enak banget, Mas. Mau coba?” tawarnya sambil mengulurkan es krim.Noah melirik sekilas, lalu menggeleng. “Makan aja sendiri. Aku nggak suka manis.”“Bohong! Kemarin aku lihat Mas makan cokelat, lho.” Aishwa mencibir sambil tertawa kecil, lalu melahap lagi es krimnya.Noah hanya mendengus pelan. “Kalau kamu nggak cepat habisin itu, es krimnya keburu meleleh di jok motor.”Aishwa langsung panik, buru-buru mempercepat makannya. Noah menggeleng sambil menyalakan mesin motor."Pakai helm." Noah berkata sambil menyerahkan helm kepada Aishwa. Namun gadis kecil itu tidak mengambilnya. Dan hanya fokus dengan es krim di tangannya.Noah menghembuskan napas kasar dan kemudian memakaikan helem di kepala Aishwa.Tak lama kemudian, mereka melaju di jalanan sore. Angin berhembus menyapu wajah Aishwa berantakan. Gadis itu te

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 610

    Anisa menatap kotak bekal di depannya cukup lama. Tangannya sempat ragu untuk membuka tutupnya. Ada rasa hangat yang menjalar di dadanya, bercampur dengan perasaan asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Akhirnya, dengan hati-hati, ia membuka kotak itu. Aroma masakan rumahan langsung menyeruak, sederhana tapi begitu menggugah selera. Ada nasi hangat, ayam goreng, dan tumis sayuran berwarna-warni.Air matanya kembali menetes. Sudah lama aku tidak merasakan makanan rumah… apalagi diberikan dengan tulus seperti ini.Dengan perlahan, ia menyuap sesuap nasi. Rasanya sederhana, tapi di lidah Anisa terasa begitu nikmat. Setiap suapan serasa meneteskan kembali kehidupan ke dalam dirinya yang selama ini terasa kering.Ia menunduk semakin dalam, takut ada yang melihat air matanya. Namun senyum tipis akhirnya muncul di wajahnya, senyum yang sudah lama terkubur.Sementara itu, dari jauh, Noah yang duduk bersama Leo di kantin melirik sekilas ke arah kelas melalui jendela besar. Ia melihat s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status