"Hus kuda, hus kuda." Eliza berkata sambil menarik baju Nathan. Sedangkan Noah yang berada di atas punggung Daddy, tertawa ngakak. Tangan kecilnya melingkar di leher sang Daddy."Daddy sudah capek nak," kata Nathan sambil merangkak. Pria yang merupakan Presdir di sebuah perusahaan besar di asia tenggara, mau menjadi kuda poni untuk putra kesayangannya. Nathan memakai costum kuda poni berwarna ungu. Sedangkan Noah, terlihat sangat lucu dengan baju Koboy nya. Sejak tadi pria berwajah tampan itu harus bersedia menjadi kuda. Jika Noah di turunkan dari punggungnya, maka bayi tampan itu akan menangis."Noah belum mau turun Daddy," kata Eliza sambil memegang tubuh bayi tersebut agar tidak terjatuh. "Habis satu putaran sudah ya," kata Nathan yang kembali merangkak.Hari ini hari libur, Eliza sengaja menghabiskan waktunya untuk bermain sepuasnya dengan Noah. Begitu juga Nathan, pria itu memanfaatkan hari libur untuk bermain dengan putra kesayangannya.Eliza tertawa setiap kali melihat ekspre
Dengan langkah pelan Sandy masuk ke kamar sang papa. Sebelum Marwan sakit, kamar ini biasa ditempati tamu. Namun sejak Ridwan sakit, Wati memindahkan kamarnya di sini. Kamar yang tidak begitu besar, namun tetap nyaman. Kamar ini juga tertata rapi dan bersih.Begitu masuk ke dalam kamar ia melihat sang papah yang duduk di kursi roda. rambut pria itu belum terlalu banyak ditumbuhi uban, meskipun usianya sudah 55 tahun. "Papa," panggil Sandy.Pria yang sedang duduk termenung sambil memandang ke luar jendela itu tampak terkejut ketika melihat putra bungsunya."Kamu datang ke sini?" Tanya Marwan."Iya pa, beberapa bulan ini aku sangat sibuk dengan proyek pembangunan hotel, jadi tidak sempat melihat papa," kata Sandy sambil menarik kursi plastik dan duduk di sebelah Marwan.Marwan sedikit tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Tidak apa, papa sudah terbiasa sendiri."Hatinya sedih ketika mendengar jawaban dari sang papa. Namun ada sesuatu hal yang membuat Sandy terkejut ketika melihat
Pria yang saat ini datang, seorang pengacara yang dipakai oleh Marwan untuk mengurus perceraiannya bersama dengan Wati. "Papa, apa papa ingin bercerai dengan Mama?" Sandy benar-benar terkejut ketika mendengar percakapan antara Marwan dan juga pengacara. Niatnya datang menemui sang papa untuk curhat, namun mengapa jadi seperti ini. Apa lagi Marwan sudah memutuskan menceraikan mamanya."Mamamu bukanlah wanita yang baik. Semakin lama aku bersamanya maka dosaku akan semakin banyak. Sebagai seorang suami aku harus menanggung dosa yang dilakukan oleh istriku. Karena suami adalah imam. Dan aku tidak mau lagi menanggung dosa yang telah diperbuat oleh wanita itu. Aku tidak ingin menanggung dosa yang dilakukannya hingga sampai akhir usiaku." Marwan berkata sambil mengusap pundak putranya.32 tahun membina rumah tangga, bukanlah waktu yang singkat. Mau seperti apapun sifat buruk istrinya, masih terus di terimanya. Namun mengapa Marwan harus menceraikan Wati disaat ia dalam keadaan lumpuh seper
Sandy duduk termenung sambil memandang sang papa. Ia tidak menduga bahwa permasalahan rumah tangga kedua orangtuanya sudah separah ini. Bahkan rumah tangga yang sudah dibina selama 32 tahun harus berakhir dengan perceraian. "Bagaimana dengan Eliza, apa sudah kembali?" Tanya Marwan dengan senyum mengejek. Sandy menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa meminta Eliza untuk pulang ke Jakarta pa." Sandy menundukkan kepalanya. "Kenapa? Bukankah bonusmu sudah keluar? Kau sudah mengirimkan Eliza uang kan untuk dia bisa pulang lagi ke sini?'Sandy diam sejenak. Dihirupnya udara panjang kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan. Dadanya sakit dan juga sesak setiap kali mengingat Mirna yang sudah mengambil uangnya tanpa izin. Karena uang itu Eliza tidak bisa kembali. Lalu bagaimana kondisi Eliza di sana? Sedangkan dia tidak bisa menghubungi Eliza. Kepalanya berdenyut nyeri setiap kali mengingat permasalahan rumah tangganya yang begitu sangat rumit."Ada apa? Apa Eliza tidak mau kembali?"
"Aku sangat mencemaskan Eliza, tapi aku tidak tahu seperti apa kondisinya, nomor handphonenya sudah tidak bisa aku hubungi."Bukankah kau bisa melacak keberadaan istrimu lewat emailnya?"Sandy menggelengkan kepalanya. "Eliza tidak punya email karena aku memberinya handphone jadul bekas mama."Marwan tertawa mendengar perkataan dari sandi. "Keputusannya sudah sangat bagus. Dia lebih baik pergi daripada menderita. Disini bukanlah surga untuknya melainkan neraka. Istri keduamu itu sama persis seperti mamamu. Karena itu mereka sangat akur.""Pa aku mencintai Eliza, aku tidak ingin Eliza pergi.""Mencintai tidak akan tega menyakiti. Jika kau mencintai istrimu, kau akan selalu melindunginya. Ketika mama berserta kakak-kakakmu memukulnya, kaulah yang berdiri di depan untuk melindunginya. Ketika orang memakinya, kaulah yang pasang badan untuk membelanya. Bukannya selama ini kau selalu diam dan menyaksikan apapun yang dilakukan oleh mamamu, kakak-kakakmu terhadap istrimu?"Mulut Sandy bergeta
"Kamu bawa apa?" Marwan tersenyum dan memandang ke dalam tempat makan."Tadi aku masak sub iga sapi, katanya mas pengen sub iga sapi?" Wanita itu tersenyum dan menyuapi Marwan makan."Terimakasih," jawab Marwan sambil tersenyum."Tadi pengacara datang ke sini, surat perceraian sudah selesai." Marwan berkata sambil mengunyah nasi di dalam mulutnya."Apa mas yakin ingin bercerai dari ibu?" "Tentu saja," kata Marwan dengan yakin. Pria itu kembali mengunyah daging sapi yang disuapi wanita cantik tersebut. Marwan bersyukur memiliki sahabat seperti Hermawan. Karena nyatanya, temannya itu yang sudah menyelamatkan hidupnya. Hermawan datang mengunjungi Marwan 4 bulan yang lalu. Dilihatnya kondisi Marwan yang sangat memprihatikan. Pria itu tidak terus dan dibiarkan didalam kamar dalam kondisi tubuh yang kotor. Bahkan Marwan sudah dua hari tidak mengganti pempes nya. Melihat sahabatnya diperlakukan dengan sangat buruk oleh istrinya, Hermawan langsung mengaji seorang perawat cantik berusia 3
Eliza menggulung rambutnya ke atas. Setelah itu dia turun ke bawah dan langsung menuju ke dapur. "Tumben minta nasi goreng malam-malam," Eliza berbicara sendiri sambil mencari bahan-bahan yang dibutuhkannya untuk membuat nasi goreng. Setelah mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan, Eliza mulai sibuk dengan bahan-bahan tersebut. Ini untuk pertama kalinya ia memasak di masion ini. Karena itu rasa masakannya tidak boleh mengecewakan. Eliza sangat fokus dengan pekerjaannya sehingga tidak menyadari bahwa ada seorang pria yang saat ini sedang mengamati setiap gerak-geriknya. "Ternyata dia semakin cantik kalau sedang memasak," gumam Nathan. Secara diam-diam dia memuji kecantikan ibu susu dari putranya.Andaikan Eliza istrinya, sudah pasti Nathan akan langsung memeluknya dari belakang. Akan dihirupnya Arom wangi dari tubuh wanita cantik tersebut. Tidak terlewatkan ciuman dibibir dan leher Eliza. Otak cerdas Nathan mulai trevelling ke alam penuh gairah. Duda satu anak itu dengan cepat men
Eliza sudah menata dua piring nasi goreng hasil masakannya di atas meja. Sedangkan Nathan hanya diam sambil memandang nasi goreng yang terlihat lezat."Ayo mas dimakan nasi gorengnya." Eliza berkata ketika sudah menuang air mineral ke dalam gelas. "Iya kata Nathan." Pria itu mulai menyendok kan nasi goreng ke dalam mulutnya. Begitu juga dengan Eliza. "Gimana mas, enak kan?" Eliza berharap rasa masakannya tidak mengecewakan dan cocok di lidah Nathan.Jika mengatakan rasa masakan Eliza tidak enak, jelas Nathan berbohong. Karena jujur saja nasi goreng masakan Eliza sangat lezat. Dan tidak kalah dengan rasa masakan chef di mansion. Namun tetap saja Nathan tidak bisa mengakui kelezatan dari nasi goreng yang dibuat oleh Eliza. "Enak kan mas?" Eliza masih menunggu jawaban dari Nathan. Menurut lidahnya nasi goreng ini sangat lezat dan rasanya sangat pas di lidah. Namun tentu saja selera manusia berbeda. "Tidak enak," jawab Nathan yang menghentikan makannya Dan meletakkan sendok serta gar
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah