Cahaya hangat matahari yang menerpa wajahnya, perlahan membangunkan Megan dari tidurnya yang terlalu lelap. Kelopak mata wanita itu bergerak membuka dengan perlahan. Mengerjap beberapa kali demi menyesuaikan dengan cahaya silau yang menusuk kedua matanya.Wajahnya meringis ketika rasa pusing menusuk di kepalanya. Hanya sedikit, tetapi rasanya sudah sejak lama Megan tidak bangun dengan cara seperti ini. Tangannya bergerak mengurut pelipis, meredakan pusing tersebut. Sembari pandanganya berputar dan menyadari bahwa ia tengah terbangun di tempat yang asing.Tak hanya tempatnya yang asing, tetapi firasa buruk seketika menerjang dadanya ketika Megan merasakan ada yang janggal dengan ... tubuhnya? Kedua mata Megan yang sudah terbuka sempurna, kini lebih lebar. Membuat Megan melompat terduduk.Megan mencoba meraba ingatan terakhirnya sebelum kesadarannya perlahan melayang. Menggali dan menggali lebih dalam lagi hingga menemukan ingatan terakhirnya akan kegelisahannya tentang Kiano yang me
Butuh beberapa menit bagian Megan untuk benar-benar berhenti dari isalan tangisnya. Kembali tenang dalam pelukan Nicholas. Usapan lembut Nicholas di kepala Megan pun berhenti. Pria itu menunduk ketika tubuh Megan bergerak menjauh mengurai pelukannya. Dan wajah mungil wanita itu bergerak terdongak, menatap wajahnya dengan emosi yang begitu dalam. Tangannya menyapa basah di bawah kedua katanya sembari berkata dengan suara lirih yang serak. "Kumohon jangan katakan apa pun kepada siapa pun tentang semua ini."Nicholas tak mengatakan apa pun. Seorang Megan Ailee tak pernah mengatakan sebuah permohonan kepadanya. Keangkuhan wanita itu begitu sulit dan tak pernah mampu ia gapai. Membuat Nicholas merasakan satu langkah pencapaian dalam meraih hati Megan. Dengan hati yang tersenyum bangga, pria itu menganggukkan kepala sembari berkata dengan suara lembut yang penuh dengan ketulusan. "Aku akan menganggap semua ini tak pernah terjadi. Bagaimana?"Megan sendiri dibuat terkejut dengan penawaran N
Tak hanya wanita hamil yang Megan temui di ruangan Mikail saat itu, dan sekarang Mikail terlihat keluar hotel bersama dengan wanita lainnya lagi. Di saat kekasih Mikail sedang hamil besar. Pemandangan yang terpampang jelas di hadapannya saat ini, membuat Megan teringat akhir hubungan Mikail dan dirinya yang semakin meruncing dalam kerapuhan. Layaknya telur di ujung tanduk. Mungkinkah Mikail juga memiliki hubungan dengan wanita lain saat ia tengah hamil Kiano? Pertanyaan tersebut tak mampu Megan tahan dan menggantung di atas kepalanya begitu saja. Ya, wajah tampan Mikail memiliki banyak alasan bagi wanita mana pun untuk jatuh cinta dengan pria itu. Tubuh seksi yang harus Megan akui lebih seksi dari NIvholas. Hanya saya, Mikail tak suka memamekan keseksian pria itu seperti yang selalu dilakukan oleh Nicholas. Jika Nicholas sadar betul akan kesempurnaan ketampana pria itu, Mikail sama sekali tidak menyadari hal tersebut. Yang sering kali menjadi bahan pertengkaran dalam hubungannya d
Seluruh tubuh Megan membeku, dengan sudut matanya ia melirik ke arah Nicholas yang mencoba membagi konsentrasi antara dirinya dan jalanan di depan. "Siapa?Megan hanya menggeleng singkat dan menjawab dengan kebohongan, "Jelita." Yang disusul geraman dari seberang. Megan tak peduli meski ia bisa merasakan kemarahan Mikail. Ia bahkan bisa membayangkan seperti apa wajah pria itu. Gurat-gurat kemarahan yang menggaris dengan keras di seluruh permukaan wajah pria itu. Dengan kedua tangan yang mengepal dan menyusup desisan tajam pria itu, "Jelita kau bilang?"Megan menelan ludahnya dan bulu kuduknya merinding. Ketakutan mulai memanjat naik ke dadanya. Tetapi kemudian wanita itu sadar bahwa Mikail bukan lagi suaminya. Yang bisa mengatur-atur kehidupan nya. Apalagi peduli apakah ia tidur dengan Nicholas atau tidak. "Apa dia khawatir kau tidak pulang semalam?" tanya Nicholas lagi. "Hmm, tapi aku sudah dewasa, bukan. Aku bisa melakukan apa pun yang kusuka," jawab Megan kemudian."Aku sedang d
Hanya untuk beberapa saat, Megan sempat terjatuh dan tenggelam dalam lumatan menggairahkan tersebut. Tetapi wanita itu segera tersadar dengan cepat. Megan kehilangan napasnya dan mendorong tubuh Mikail yang semakin mendesak dan menghimpitnya. Hanya demi kesia-siaan. Tubuh Mikail lebih besar dan tinggi, kekuatan pria itu jelas mendominasinya dengan tanpa daya. Megan bisa merasakan kemarahan dalam setiap lumayan pria itu. Tak memberinya pilihan untuk menolak setiap sentuhan bibir pria itu yang menjelajahi bibir dan mulutnya. Kelihaian pria itu masih sama dan terasa begitu familiar. Megan kehilangan pijakan, dan genggaman di pinggang menahan tubuhnya meluruh ke lantai. Mikail hanya berniat memberi pelajaran, tetapi rasa manis yang ia sesap dari bibir Megan lebih membuatnya tak berdaya. Menjadi candu yang sudah tertanam dan merasuk ke dalam tulang sumsumnya. Mikail menyumpah dalam hati.Lumatannya semakin dalam dan panas, merenggut seluruh udara yang masuk ke dalam tenggorokan. Hingga w
Setelah berpose dengan beberapa produk brand ternama, berganti pakaian dengan jumlah yang tak terhitung, pada akhirnya sesi pemotretan dan pengambilan gambar tersebut selesai ketika hari menjelang malam."Kau baik-baik saja?" Nicholas berjalan di samping Megan sembari mengulurkan botol mineral dingin yang sudah dibuka tutupnya.Megan menghela napas pendek, menatap botol tersebut dan menerimanya. Sekarang, ia tak akan sungkan-sungkan untuk menerima segala jenis perhatian Nicholas. Menyenangkan pria itu dengan cara yang sama seperti Nicholas berusaha memenangkan hatinya.Megan mengangguk sambil memaksa satu senyuman untuk pria itu.Nicholas ikut tersenyum. "Baguslah. Hasil fotonya tidak pernah mengecewakan seperti biasanya."Megan mengangguk lagi. "Kau sangat menikmatinya, kan?"Nicholas terkekeh pelan. Tentu saja, pekerjaannya tak pernah terasa lebih baik dan menyenangkan dari yang pernah ia lakukan. Dan semua itu karena Megan Ailee, yang disempurnakan dengan hubungan mereka yang semak
Setelah memastikan penampilannya sempurna di depan cermin, Megan mengambil ponselnya di nakas dan mengetikkan pesan singkat pada Nicholas. 'Aku sudah siap.'"Kau akan keluar?" tanya Jelita yang sudah membawa nampan berisi makan malam untuk Megan. Menatap dengan kesal pada Megan. Megan memutar tubuhnya, menatap namanya tersebut dan meringis penuh penyesalan. "Maaf, aku tak sempat memberitahumu."Jelita mendesah lirih, memberengut kesal. "Kau selalu lupa memberitahuku jika memiliki jadwal dadakan, Megan," gerutunya sambil meletakkan nampan di meja. Kemudian berjalan menghampiri Megan, dengan kedua mata yang memicing tajam. Mengamati penampilan Megan dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kau akan makan malam dengan seseorang?"Megan menghindari tatapan menelisik Jelita dengan mengambil tasnya di meja. Membuka dan terlihat berpura-pura memastikan semua barangnya ada di dalam sana. "Aku harus pergi sekarang. Jangan tunggu aku pulang. Kembalilah ke apartemenmu," ucapnya kemudian berjalan
"Tante cantik?" Kedua mata Kiano membulat sempurna melihat Megan yang baru saja melewati pintu putar. Langkahnya yang seharusnya kembali dari arah lorong tempat toilet berada, berputar ke arah kedatangan Megan. Dengan senyum semringah yang memenuhi wajahnya. Akan tetapi, seseorang dari arah seberang menabraknya, dan saat pandangannya kembali mencari keberadaan Megan. Megan sudah menghilang. Dengan wajah kecewanya, kepala Kiano berputar. Mencari keberadaan Megan dengan dia. Hingga salah satu pengawal Megan menemukannya dan membawanya kembali ke salah satu ruang pribadi tempat ayahnya berada. Kali ini, di keesokan malamnya. Begitu Kiano masuk ke dalam restoran yang sama. Pandangannya berputar mencari. Saking fokusnya mencari, membuat anak kecil itu terselip oleh langkahnya. Mikail yang tepat berada di samping depan sang putra, menangkap tubuh mungil itu dengan sigap. "Perhatikan langkahmu, Kiano!" peringatan Mikail pada sang putra. Yang masih sempat melirik ke kanan dan ke kiri sebe