Seluruh tubuh Megan membeku, dengan sudut matanya ia melirik ke arah Nicholas yang mencoba membagi konsentrasi antara dirinya dan jalanan di depan. "Siapa?Megan hanya menggeleng singkat dan menjawab dengan kebohongan, "Jelita." Yang disusul geraman dari seberang. Megan tak peduli meski ia bisa merasakan kemarahan Mikail. Ia bahkan bisa membayangkan seperti apa wajah pria itu. Gurat-gurat kemarahan yang menggaris dengan keras di seluruh permukaan wajah pria itu. Dengan kedua tangan yang mengepal dan menyusup desisan tajam pria itu, "Jelita kau bilang?"Megan menelan ludahnya dan bulu kuduknya merinding. Ketakutan mulai memanjat naik ke dadanya. Tetapi kemudian wanita itu sadar bahwa Mikail bukan lagi suaminya. Yang bisa mengatur-atur kehidupan nya. Apalagi peduli apakah ia tidur dengan Nicholas atau tidak. "Apa dia khawatir kau tidak pulang semalam?" tanya Nicholas lagi. "Hmm, tapi aku sudah dewasa, bukan. Aku bisa melakukan apa pun yang kusuka," jawab Megan kemudian."Aku sedang d
Hanya untuk beberapa saat, Megan sempat terjatuh dan tenggelam dalam lumatan menggairahkan tersebut. Tetapi wanita itu segera tersadar dengan cepat. Megan kehilangan napasnya dan mendorong tubuh Mikail yang semakin mendesak dan menghimpitnya. Hanya demi kesia-siaan. Tubuh Mikail lebih besar dan tinggi, kekuatan pria itu jelas mendominasinya dengan tanpa daya. Megan bisa merasakan kemarahan dalam setiap lumayan pria itu. Tak memberinya pilihan untuk menolak setiap sentuhan bibir pria itu yang menjelajahi bibir dan mulutnya. Kelihaian pria itu masih sama dan terasa begitu familiar. Megan kehilangan pijakan, dan genggaman di pinggang menahan tubuhnya meluruh ke lantai. Mikail hanya berniat memberi pelajaran, tetapi rasa manis yang ia sesap dari bibir Megan lebih membuatnya tak berdaya. Menjadi candu yang sudah tertanam dan merasuk ke dalam tulang sumsumnya. Mikail menyumpah dalam hati.Lumatannya semakin dalam dan panas, merenggut seluruh udara yang masuk ke dalam tenggorokan. Hingga w
Setelah berpose dengan beberapa produk brand ternama, berganti pakaian dengan jumlah yang tak terhitung, pada akhirnya sesi pemotretan dan pengambilan gambar tersebut selesai ketika hari menjelang malam."Kau baik-baik saja?" Nicholas berjalan di samping Megan sembari mengulurkan botol mineral dingin yang sudah dibuka tutupnya.Megan menghela napas pendek, menatap botol tersebut dan menerimanya. Sekarang, ia tak akan sungkan-sungkan untuk menerima segala jenis perhatian Nicholas. Menyenangkan pria itu dengan cara yang sama seperti Nicholas berusaha memenangkan hatinya.Megan mengangguk sambil memaksa satu senyuman untuk pria itu.Nicholas ikut tersenyum. "Baguslah. Hasil fotonya tidak pernah mengecewakan seperti biasanya."Megan mengangguk lagi. "Kau sangat menikmatinya, kan?"Nicholas terkekeh pelan. Tentu saja, pekerjaannya tak pernah terasa lebih baik dan menyenangkan dari yang pernah ia lakukan. Dan semua itu karena Megan Ailee, yang disempurnakan dengan hubungan mereka yang semak
Setelah memastikan penampilannya sempurna di depan cermin, Megan mengambil ponselnya di nakas dan mengetikkan pesan singkat pada Nicholas. 'Aku sudah siap.'"Kau akan keluar?" tanya Jelita yang sudah membawa nampan berisi makan malam untuk Megan. Menatap dengan kesal pada Megan. Megan memutar tubuhnya, menatap namanya tersebut dan meringis penuh penyesalan. "Maaf, aku tak sempat memberitahumu."Jelita mendesah lirih, memberengut kesal. "Kau selalu lupa memberitahuku jika memiliki jadwal dadakan, Megan," gerutunya sambil meletakkan nampan di meja. Kemudian berjalan menghampiri Megan, dengan kedua mata yang memicing tajam. Mengamati penampilan Megan dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kau akan makan malam dengan seseorang?"Megan menghindari tatapan menelisik Jelita dengan mengambil tasnya di meja. Membuka dan terlihat berpura-pura memastikan semua barangnya ada di dalam sana. "Aku harus pergi sekarang. Jangan tunggu aku pulang. Kembalilah ke apartemenmu," ucapnya kemudian berjalan
"Tante cantik?" Kedua mata Kiano membulat sempurna melihat Megan yang baru saja melewati pintu putar. Langkahnya yang seharusnya kembali dari arah lorong tempat toilet berada, berputar ke arah kedatangan Megan. Dengan senyum semringah yang memenuhi wajahnya. Akan tetapi, seseorang dari arah seberang menabraknya, dan saat pandangannya kembali mencari keberadaan Megan. Megan sudah menghilang. Dengan wajah kecewanya, kepala Kiano berputar. Mencari keberadaan Megan dengan dia. Hingga salah satu pengawal Megan menemukannya dan membawanya kembali ke salah satu ruang pribadi tempat ayahnya berada. Kali ini, di keesokan malamnya. Begitu Kiano masuk ke dalam restoran yang sama. Pandangannya berputar mencari. Saking fokusnya mencari, membuat anak kecil itu terselip oleh langkahnya. Mikail yang tepat berada di samping depan sang putra, menangkap tubuh mungil itu dengan sigap. "Perhatikan langkahmu, Kiano!" peringatan Mikail pada sang putra. Yang masih sempat melirik ke kanan dan ke kiri sebe
Megan duduk di kursi yang ditarik kan oleh Nicholas dan membalas pria itu dengan sebuah senyuman lembut. Kemudian Nicholas berjalan ke seberang meja dan menarik kursi untuk dirinya sendiri. "Kau ingin memesan menu makananmu sendiri atau biarkan aku melakukannya untukmu?" tanya Nicholas mulai membuka buku menu yang sudah disiapkan di hadapannya juga Megan. "Aku akan melakukannya sendiri. Terima kasih." Megan membuka buku menu miliknya. Sedangkan Nicholas mengangkat tangan ke arah pelayan yang menunggu dengan sikap siaga di samping pintu. Dan keduanya sibuk menentukan menu makanan masing-masing. Setelah pelayan menulis menu masing-masing, pelayan tersebut berpamit dan meninggalkan keduanya dalam sekejap. "Kau memesan udang mentega?" Salah satu alis Megan terangkat, penuh kecurigaan yang menyelimuti tatapan wanita itu. Di acara makan malam mereka yang terakhir, Nicholas memerankan menu makanan sehat yang setiap hari di sajikan oleh Jelita untuknya dan selalu ia pesan di mana pun ia h
Kaki Mikail terselip di antara celah pintu sebelum Megan berhasil menutup pintu apartemen. Dengan kekuatan prianya, Megan jelas kalah untuk mendorong mundur pria itu.Hanya butuh sedikit kekuatan yang dikerahkan oleh Mikail untuk membuka pintu dan menerobos masuk ke dalam apartemen. "Kuyakinkan padamu, Megan. Berteriak hanya akan membuat situasi kita berdua semakin sulit," peringat Mikail saat bibir Megan sudah bergerak akan berteriak meminta pertolongan.Mulut Megan kembali terbungkam, tetapi ia tak kehilangan akal. Tangannya yang memegang ujung tas, bergerak menyelinap. Tetapi sebelum berhasil menyentuh ponselnya, dalam satu gerakan gesitnya. Tas tersebut sudah berada dalam kuasa Mikail."Apa yang kau lakukan, Mikail?" Megan menggunakan kedua tangannya menggapai tasnya yang dirampas oleh Mikail. "Berikan padaku!"Mikail mendengus keras. "Agar kau bisa meminta pertolongan pada Nicholas?"Megan berjinjit. Dengan tubuhnya yang tinggi tetap saja tinggi tubuh Mikail masih jauh lebih ting
Pesta ulang tahun Kiano berjalan dengan sangat lancar. Kebahagiaan yang terpancar dari wajah bocah kecil itu menular memenuhi seluruh tamu undangan yang datang. Mulai dari kerabat dekat dan teman sekolah Kiano. Potongan kue pertama diberikan Kiano pada Mikail, dan potongan kedua … anak mungil sempat meragu saat memberikannya pada Alicia. Karena Nicholas satu-satunya tamu yang tidak datang.Mikail sendiri meyakinkan pada putranya bahwa Nicholas sedang memiliki urusan yang mendadak. Sehingga tidak sempat mengabari akan ketidak hadirannya. Tetapu akan tetap mengirim hadiah untuk anak itu.Setelah acara utama selesai, Mikail mendapat satu isyarat singkat bahwa pengawalnya teah berhasil mengamankan Nicholas. Mikail pun memastikan putranya sibuk dengan teman-temannya sebelum ia pergi meninggalkan keramaian pesta menuju ruang kerjanya. Tempat Nicholas dan anak buahnya menunggu.“Jadi semua ini rencanamu?!” sembur sepupunya begitu Mikail muncul dari pintu yang dibuka. Hendak menghambur ke