Share

Bab 2. Daddy Si Kembar Adalah Cade Goldwin?

""Mommy, kami bertemu daddy. Dia memberi kami coklat." Mika mengacungkan sebatang coklat berukuran besar di tangannya.

Itu tidak sepenuhnya benar. Namun juga tidak bisa dikatakan salah. Coklat itu mereka ambil di sebuah supermarket untuk memancing keributan ke arah sebuah rombongan yang lewat.

Mereka mencari informasi tentang Cade Goldwin di internet begitu mendapatkan rahasia itu. Sebelum meninggal Ibu mereka memberikannya dan berpesan agar menyimpannya dari Fay Wilmer, gadis yang sekarang mereka panggil mommy.

"Mommy akan mengamuk." Begitu selalu Mike mengingatkan setiap Mika pikir Fay harus diberitahu.

Mungkin dia akan mendatangi Cade karena telah membuat Audrey, ibu si kembar menderita lalu membunuhnya. Namun yang akan terbunuh pasti bukan Cade Goldwin. Dia lelaki yang tidak bisa disentuh. Penguasa kota Axton itulah yang mungkin akan membunuh Fay.

Jadi mereka harus menahan diri untuk tidak memberitahu Fay demi keselamatan mommy mereka itu.

"Sudahlah. Berhenti bermain-main. Aku hampir saja mendatangi pos sekuriti dan meminta mereka mengumumkan tentang kehilangan kalian." Fay memeluk dua bocah itu dengan jantung yang masih tidak bisa tenang. Dia mengabaikan ucapan kedua anak itu.

Namun hanya sesaat. Begitu menyadari coklat yang tergenggam di tangan kedua bocah itu, Fay merasa jantungnya hampir jatuh ke lantai.

"Darimana kalian mendapatkan coklat-coklat ini?" Fay mengguncang bahu kedua anak itu. Dia membelalakkan mata dengan marah. "Kalian mencuri?"

"Mommy, tadi sudah kukatakan kalau daddy yang memberikannya pada kami." Mika merasa ketakutan. Dia tidak pernah melihat Fay semarah itu.

Fay menggeleng. "Tidak. Tidak mungkin. Kalian bohong!"

Bagaimana Fay bisa mempercayainya?

"Mika benar, Mommy. Kami tidak bohong. Tadi kami bertemu daddy." Mike mencoba menjelaskan. Dia lebih tenang dibanding adiknya

"Berhenti bermain-main, kataku!" Fay bangkit dari berjongkoknya dan menarik lengan kedua anak itu.

Mereka tidak memiliki uang untuk membayar coklat-coklat itu. Tidak mungkin mereka bertemu ayah mereka. Bagaimana mereka bisa saling mengenal kalau mereka tidak pernah tahu keberadaan masing-masing? Semua itu hanya imajinasi kosong anak-anak yang begitu merindukan kehadiran sosok seorang ayah.

Mike dan Mika ditarik ke arah supermarket besar. Mika sampai meringis ketika tangannya dicengkeram terlalu kencang. Saat masuk supermarket, Fay menanyakan pada seorang kasir, adakah kedua anak ini telah membayar untuk coklat-coklat itu.

Kasir itu sedikit kebingungan. Namun dia baru saja mendengar sebuah gosip menghebohkan beberapa menit yang lalu tentang sepasang anak kembar. Dia memanggil rekan yang tadi melakukan pengejaran.

"Nona, anak-anak ini memang tidak membayarnya, tapi ayah mereka yang memberikan. Jadi tidak ada masalah. Tuan Goldwin bahkan bilang kalau dia boleh mengambil apa saja." Karyawan itu sedikit mengubah ucapan Cade Goldwin tapi artinya tetap sama.

Tuan Goldwin? Cade Goldwin yang terkenal itu?

Fay keheranan. Dan bingung. Jangan katakan kalau sepasang anak kembar ini memiliki hubungan dengan lelaki itu. Dia tidak bisa membayangkannya. Pasti telah terjadi kesalahan di sini!

"Kalian bilang ayah mereka? Tuan Goldwin?" Fay memiringkan kepalanya, mengira telah salah dengar.

"Yaaah, sepertinya begitu. Kami juga tidak begitu jelas. Tapi mereka berdua memanggil tuan Goldwin dengan panggilan 'daddy'." Si karyawan juga tidak begitu mengerti situasinya. Namun dia tidak ingin mengambil resiko. Dia mendengar sendiri kata-kata yang diucapkan tuan Goldwin.

Fay menunduk melihat pada Mike dan Mika. Kedua anak itu sedang mendongak ke arahnya. Mike mengangguk membenarkan perkataan si karyawan.

Kepala Fay tiba-tiba menjadi pusing. Dia memijit kepalanya dengan sebelah tangan.

"Baiklah. Kurasa sudah cukup hari ini. Aku ingin mendengar penjelasan kalian di rumah."

Fay membalikkan badan. Tanpa menghiraukan dua anak itu dia melangkah meninggalkan supermarket. Mike dan Mika buru-buru mengiringkan di belakang. Keduanya sesekali saling pandang.

Gawat! Begitu isyarat yang dilemparkan Mike pada adiknya.

Aku tahu, mommy pasti sangat marah. Mika membalas isyarat itu dengan perasaan gentar.

Selebihnya tak ada satu kata pun ke luar dari mulut keduanya. Mereka hanya terus mengikuti Fay yang juga menutup mulutnya sepanjang perjalanan pulang.

Begitu sampai di apartemen, Fay menghempaskan diri di sofa. Mike dan Mika ikut duduk. Keduanya saling sikut sebentar sebelum seperti biasanya Mike juga yang akhirnya buka suara.

"Mommy kami memberi sebuah foto daddy."

Apa? Foto lelaki yang sudah membuat Audrey hidup menderita? Audrey bilang dia tidak memiliki bukti apa pun.

"Mommy kami tidak memberitahumu karena tidak ingin kau menemui daddy dan bertindak bodoh." Mike melanjutkan dan bicara seolah dia akan berbuat lebih pintar dibandingkan Fay.

"Jadi, di mana fotonya sekarang? Berikan padaku?" Fay mengulurkan sebelah tangannya pada kedua anak itu.

Mike menggeleng. "Sudah tidak ada pada kami."

"Hilang?" Fay penasaran dengan fotonya. Jangan-jangan dua bocah ini salah mengenali orang! Dia juga penasaran dengan keputusan Audrey yang menitipkan dua perusuh kecil ini tapi menyimpan sebuah bukti penting darinya. Apakah dia benar-benar terlihat bodoh?

"Kami dengar daddy akan mengunjungi Royal Town hari ini. Kami sudah memberikan foto itu padanya." Mike memberitahu kenyataannya dan mengulas sedikit senyum melihat rasa penasaran yang jelas di wajah Fay.

"Aah!" Fay mengepalkan kedua tangannya. Tidak tahu harus mengarahkan rasa kesalnya pada siapa.

"Lalu, apa kata laki-laki sialan itu?" Fay memaki Cade Goldwin di depan dua darah dagingnya yang alisnya segera berkerut begitu mendengar kata-kata kasar itu.

"Mommy, kau tak boleh berkata kasar tentang daddy." Mika kini tidak tahan untuk tidak menegur. Mommy mereka tidak pernah mengajari mereka membenci daddy. Semua hanyalah sebuah kesalahan. Mommy mereka sudah memaafkan daddy.

"Daddy kalian sudah membuat mommy kalian menderita." Fay mengingatkan kedua anak itu, meski tahu mereka masih terlalu kecil untuk mengerti.

"Tapi kalau bukan karena kesalahan itu, kami berdua tidak akan pernah ada."

Kata-kata Mike langsung membuat Fay bungkam. Apa yang mereka mengerti dari 'kesalahan' itu?

Namun tetap saja Fay tidak bisa membantahnya. Si kembar yang menggemaskan ini tidak akan pernah terlahir kalau bukan karena kecelakaan itu.

"Jadi, bagaimana respon daddy kalian?" Fay mengulangi pertanyaannnya dengan lebih sopan.

Mike mengangkat bahu kecilnya. "Tidak ada. Dia seorang yang bisa menyembunyikan perasaannya meski sangat terkejut. Kami memberinya waktu untuk menyelidiki. Saat daddy sudah yakin bahwa kami memang anak-anaknya, dia akan menjemput kami."

Fay berdecak kesal mendapati nada penuh kesombongan dari bocah itu. "Jangan terlalu yakin. Kalian pasti tahu tentang dia dari tulisan di internet. Siapa tahu dia tidak berminat dengan seorang anak. Apalagi yang kembar dan biang rusuh seperti kalian."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status