"Tidak pernah ada yang menolak kami. Bahkan mommy pun tidak bisa." Mike tersenyum jahil. Anak itu tahu kalau Fay tidak menyukai mereka tapi terpaksa membawa mereka bersamanya.
Fay cemberut. "Itu hal yang berbeda. Tuan Goldwin tidak bisa dipaksa begitu saja menerima kalian.""Dia tidak bisa menolak jimat keberuntungannya." Mata Mika berkedip-kedip lucu. "Dia sudah beruntung sejak lahir. Tidak perlu jimat keberuntungan. Lagipula kudengar sekarang dia sedang menjalin hubungan dengan nona muda dari keluarga Haines. Aku tidak yakin ada gadis muda yang mau menjadi ibu tiri kalian." Fay mencoba mengingat nama gadis itu, tapi gagal. Cade Goldwin memang selalu menjadi berita utama. Bahkan jika dia meludah pun, para wartawan akan dengan senang hati menjadikannya headline.Yaik! Fay jijik sendiri dengan permisalan yang dibuatnya. Oke, dia memang berlebihan. Tapi memang Cade selalu membuat kehebohan jika dia berganti pacar. Sudah berapa banyak? Sepuluh? Sebelas? Fay mengetuk kepalanya sendiri karena telah membiarkan pikirannya keman-mana. Sama sekali bukan urusannya.Kedua anak di seberangnya mengerutkan alisnya yang bagus. Mereka tidak senang mendengar kata-kata tentang ibu tiri."Apa daddy akan segera menikah?" Mike bertanya hati-hati."Mana aku tahu." Fay mengedikkan bahunya. Dia senang melihat tampang imut itu menjadi kesal. "Tapi tentu saja suatu hari tuan Goldwin akan menikahi seorang gadis muda kaya yang manja yang tak akan menyukai anak kecil selain anaknya sendiri."Kemudian Fay memajukan badannya, memasang tampang mengejek. "Saat itu, kalian akan disingkirkan." Setelahnya Fay tersenyum puas melihat raut cemas kedua anak itu."Apa Mommy akan menyingkirkan kami kalau Mommy punya anak sendiri?" Mika terlihat hampir menangis saat menanyakannya."Itu tergantung sikap kalian. Kalau kalian menjadi anak yang patuh, mungkin aku akan berbaik hati dan memasukkan kalian ke dalam kartu keluarga. Kalau tidak….""Kami akan patuh." Mike menyela cepat."Baguslah. Kalau begitu mulai saja dari sekarang." Fay sangat haus dan meraih botol minum dari tas yang dibawanya tadi ke mall."Apa itu berarti kau setuju menjadi istri daddy?" Fay langsung tersedak dan menyemburkan air yang tengah diminumnya tepat ke arah dua anak itu.***Cade Goldwin sedang berdiri di kantornya yang luas menghadap pada pemandangan kota Axton di bawahnya. Bukan pemandangan yang telah dilihatnya setiap hari itu yang membuatnya berlama-lama berdiri di sana. Selembar foto lama berada di tangannya. Itu adalah foto dirinya yang tengah terlelap di ranjang hotel. Bahkan tanggal pengambilan gambar tertera di sudut atas foto. Sebuah pagi di enam tahun yang lalu.Dia bahkan lupa wajah gadis itu. Yang dia ingat hanyalah bahwa dia memerlukan seseorang sebagai pelampiasan hasrat yang menggulung di dalam tubuhnya yang dibawa serta oleh obat itu. Seseorang telah memasukkan perangsang ke dalam minumannya. Si pelaku berpikir dengan cara itu bisa mengendalikan seorang Cade. Jangan pernah bermimpi. Sayangnya untuk menghindari jebakan itu, seorang gadis asing menjadi korban. Cade juga kehilangan jejaknya.Dia sudah mencarinya. Dan tulisan tangan ini memberitahu bahwa gadis itu telah tiada. Tapi dia meninggalkan buah cinta semalam itu. Dua sekaligus!Cade penasaran kenapa gadis itu tidak memintanya bertanggungjawab.. Pintu diketuk dari luar. Tanpa membalikkan badannya Cade menyuruh si pengetuk masuk. Dia tahu Langdon akan datang. Jadi tanpa menoleh dia sudah tahu siapa yang tengah mendorong pintu dan melangkah masuk ke kantornya."Bagaimana?" tanya Cade pada sang asisten."Anak itu memang anak kandung Tuan. Semua hasil penyelidikan ada dalam dokumen ini." Langdon maju mendekati meja dan meletakkan sebuah amplop besar di atasnya. Cade memejamkan mata sejenak. Dia kecewa dengan kenyataan bahwa gadis itu telah tiada. Namun dia cukup puas dengan adanya dua anak itu. Dia punya kesempatan untuk menebus kesalahannya."Kau boleh pergi," ujarnya kemudian.Langdon pamit dan meninggalkan ruangan itu. Sepeninggal sang asisten, Cade membalikkan badan dan beranjak ke mejanya. Diraihnya amplop yang tadi dibawa Langdon dan membuka isinya. Ada foto gadis bernama Audrey itu. Lebih banyak lagi foto sepasang anak kembarnya. Anak mereka. Salinan dokumen kelahiran. Hasil tes DNA. Beberapa lembar dokumen yang memuat segala sesuatu tentang mereka. Kemudian sebuah foto lain. Seorang gadis lain. Seorang gadis yang kini bersama Mike dan Mika. Fay Willmer. Cade mengabaikannya. Dia tidak tertarik. Sepasang anak kembar itu lebih membuatnya antusias. Lama diamatinya sebuah foto. Mengelus permukaannya yang halus dan membayangkan sedang menyentuh kulit kedua bocah itu.Apa yang akan dikatakan ibunya? Wanita itu pasti akan kegirangan. Sudah lama dia mendesakkan sebuah pernikahan pada Cade yang usianya telah menyentuh angka tiga puluh hanya demi mendapatkan beberapa cucu. Kini Cade tidak perlu lagi menerima tekanan dari ibunya. Mike dan Mika lebih dari cukup untuk membungkam mulut rewel nyonya besar Goldwin.Pintu kantor tiba-tiba terbuka tanpa didahului sebuah ketukan. Seorang wanita muda melangkah masuk dengan anggun.Cade mengangkat wajahnya dari permukaan meja. Dia tidak suka dengan cara Pricilla memasuki kantornya. Diam-diam dia mengembalikan lagi foto dan dokumen ke dalam amplop lalu memasukkannya ke dalam laci. Bukan karena takut rahasianya ditemukan. Cepat atau lambat dia harus mengumumkannya juga ke publik. Tak ada yang bisa menolak anaknya. Tidak juga Pricilla. Hanya saja untuk saat ini dia ingin menyimpannya dulu. Mulut Pricilla bisa lebih pedas dari cabai jika hatinya tidak senang. "Cade, aku bermaksud pergi ke Bella's House untuk mengambil gaun yang kupesan dan lewat kantormu. Kupikir tidak ada salahnya mampir sebentar. Aku juga membeli makan siang untukmu." Pricilla tampak percaya diri saat bicara. Dia meletakkan tas kertas berisi beberapa kotak makan di atas meja dekat sofa. Sekilas melirik jam digital di meja Cade. "Apa kau mau makan sekarang?""Aku masih ada pekerjaan. Tinggalkan saja di sana." Cade mengawasi gadis itu sambil menautkan kedua lengan. Dia sedang tidak ingin dikunjungi. "Kau pergi saja ambil gaunnya. Aku tidak ingin diganggu."Jelas dan tegas. Cade tidak suka berbasa-basi. Pricilla menghentikan gerakannya menata kotak makan. Dia tidak percaya dengan pendengarannya. Sebagai kekasih resmi Cade Goldwin, dia sedang diusir dari kantor lelaki itu.Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu