/ Romansa / Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif / Bab 5. Rasanya Tidur dengan Reyvan?

공유

Bab 5. Rasanya Tidur dengan Reyvan?

작가: Angsa Kecil
last update 최신 업데이트: 2025-05-30 14:27:36

"Kenapa masih diam? Cepat kancingkan? Atau aku-"

"Ya!" ketusnya. Amber menghentak napasnya. Matanya menajam. Bibirnya mengatup rapat menahan kesal. Lalu dengan cepat, tangannya meraih sisi kanan dan kiri kemeja Reyvan. Satu per satu, kancing itu dia kaitkan, sampai semua terpasang rapi.

Reyvan diam. Reaksi Amber membuatnya terkejut. Ada sensasi aneh saat tangan kecil itu tanpa sengaja menyentuh dadanya. Sejenak, dia sendiri seperti kehilangan kata.

Amber selesai mengancingkan semuanya. Lalu, dia menatap wajah suaminya yang masih mendadak kaku. "Sudah. Apalagi? Jangan aneh-aneh!"

Reyvan menarik napas panjang. "Tunggu aku di bawah."

"Hem." Amber berbalik dan keluar dengan langkah cepat.

Begitu keluar dan menutup pintu kamar itu, Amber langsung menyentuh dadanya. Dia menunduk dan menghembuskan napas berat.

Huufff ....

Jantungnya masih berdebar. Tadi dia berusaha sekuat mungkin agar tidak goyah. Tapi, aroma tubuh Reyvan sempat membuatnya hampir kacau.

"Amber!" panggil seseorang dari arah sana

Amber menoleh cepat. Tubuhnya jadi menegang. "Mama ...."

Dia Tania, ibunya Reyvan. Wanita itu berjalan angkuh mendekat. Langkahnya anggun, tubuhnya dilapisi busana branded warna nude, dengan rambut disanggul elegan dan kakinya ditopang sepatu hak tinggi.

Tania berdiri di depan Amber.

"Sebenarnya kamu nggak pantas memanggilku Mama. Tapi, aku nggak punya pilihan lain dan harus tetap mendengar panggilan itu saat ini."

Amber menunduk, tangannya saling meremas.

"Reyvan di mana?" tanya Tania dingin.

"Sedang bersiap untuk meeting pagi ini," jawab Amber pelan.

Tania tersenyum miring, sorot matanya menyiratkan penghinaan. Dia menatap Amber dari ujung ke ujung.

"Bagus. Sekarang ikut aku."

Amber berjalan di belakangnya, menuju balkon di lantai itu.

Di balkon itu, Tania berdiri tegak, memandangi taman belakang yang luas. Amber berdiri satu langkah di sampingnya, menjaga jarak.

"Kamu tahu kenapa bisa berada di rumah ini?"

Amber menarik napas perlahan. "Karena jadi istri Reyvan."

Tania mendengkus pelan. "Tepatnya, jadi istri sementara. Sampai media bosan membicarakan kalian. Setelah itu, kamu harus bercerai. Keluarga kami tidak akan pernah menerima anak buangan, yang bahkan dulu sempat tidak diakui ayahnya sendiri."

Amber menelan ludah. Dadanya terasa nyeri. Tapi wajahnya tetap tenang.

Dia menatap lurus ke taman. "Baik. Aku paham, Ma. Mama tidak perlu khawatir. Pernikahan ini pun bukan sesuatu yang aku inginkan."

Tania berbalik, menatapnya dari ujung kepala hingga kaki. "Kamu lumayan pintar. Ingat baik-baik yang kamu katakan tadi. Tinggalkan Reyvan nanti. Dan selama kamu jadi istrinya, jangan berani menggodanya, apalagi berani naik ke ranjangnya."

Amber mengangguk.

Tania melangkah pergi, tapi baru satu langkah, dia kembali menoleh. "Satu lagi. Jangan coba-coba memanfaatkan kebaikan Opa hanya karena kemarin beliau merestui kalian."

Amber tersenyum tipis. "Baik, Ma. Terima kasih atas peringatannya."

Tania pergi dan tak selang lama, Reyvan keluar dari kamarnya.

Di lantai bawah. Reyvan menatap dari lantai atas.

"Dia. Bukannya dia Viona? Yang seharusnya jadi mempelai wanitanya? Kenapa dia muncul di rumahku sekarang?"

Dan di lantai bawah itu. Amber berdiri di depan Viona.

"Bagaimana rasanya tidur dengan pria yang seharusnya jadi suamiku, Amber? Aku yakin, kamu pasti belum pernah merasakan sentuhannya. Reyvan nggak akan berselera dengan wanita licik sepertimu. Apalagi dengan caramu merebut kursi pelaminanku."

Amber menatap datar Viona yang tersenyum sinis dengan kekehan remeh. Drama baru Viona!

Kemarin, Viona pergi menghilang tanpa jejak. Sekarang pagi-pagi malah muncul di rumah Reyvan. Permainan apa yang direncanakannya?

Hanya dalam waktu singkat, setelah pernikahannya dengan Reyvan, Amber langsung mendapat predikat buruk. Dan semua itu ramai di postingan media sosial yang mengomentari pernikahannya.

[Amber mencelakai mempelai wanitanya, sampai tidak bisa hadir di pernikahan.]

[Dia anak haram tak tahu diri yang merebut calon suami sodaranya.]

[Amber berambisi menikah dengan tuan Reyvan karena ingin menguasai hartanya saja. Dia menghalalkan segala cara agar bisa naik ke ranjang tuan Reyvan.]

Ya, semua itu yang dikatakan orang-orang pada seorang Amber. Dia bak pemeran antagonis di tengah ketegangan dua keluarga besar. Namun, wanita itu malah membisu, tak mencoba menyanggah ocehan publik.

Bahkan seorang Reyvan pun tidak peduli dengan persepsi publik soal dirinya. Tidak ada yang membantunya untuk mengklarifikasi atau menyanggah.

Amber menghentakkan heels 5 sentinya, mengikis jarak pada Viona.

"Viona, mau tahu gimana rasanya sentuhan Reyvan? Tanyakan sendiri pada suamiku. Kenapa malah tanya padaku. Kebetulan, darah perawan di malam pertama kami masih ada. Dan yang pasti Dion-mu itu tak sebanding Reyvan-ku. Oh, kamu mau lihat darah perawanku?"

Rahang Viona mengerat dengan mata melebar tegang. Napasnya kian berat memburu. Dia juga mencengkram dua kepalan tangannya.

"Diam, Jalang murahan! Aku nggak akan percaya omong kosongmu itu. Reyvan nggak mungkin mau menyentuhmu. Mana dia sekarang?! Dia harus tahu seperti apa wanita yang jadi istrinya saat ini!" teriak Viona geram. Dia tak terima kalau Reyvan menerima Amber.

Amber tersenyum tipis. "Terserah apa yang kamu pikirkan, Vio. Salahmu sendiri pergi di hari pernikahan. Dan bukan salahku Reyvan jadi milikku. Jadi, sekarang silahkan pergi dari rumah ini sebelum aku bilang pada publik seperti apa kelakuanmu sebenarnya!" Matanya menajam.

"Berani kamu mengancam dan mengusirku. Siapa kamu, hah?! Memangnya Reyvan mau percaya sama ocehanmu?!" sentak Viona dengan mata nyalang.

Dagu Amber sedikit diangkat. "Siapa aku? Kamu masih tanya siapa aku? Aku istri sah Reyvan Kalingga yang pernikahannya disaksikan banyak tamu undangan!" lantangnya.

Emosi Viona makin menjadi-jadi. Dia tak terima dengan pengakuan Amber. Dadanya bergemuruh panas.

"Sejak kedatanganmu ke rumahku, aku seperti dapat kutukan sial."

Tangan Viona cepat melayang dan mendarat di pipi Amber.

"Akh!" Amber sampai memalingkan wajahnya karena terlalu keras.

Viona tersenyum tipis menatap tangannya yang juga terasa panas. Rasanya puas sekali bisa menampar Amber .

"Jangan lupa dimana posisimu, Amber. Kamu cuma anak haram pembawa sial yang disuruh papa untuk jadi pengantin penggantiku. Dan cuma sementara!" Viona menunjuk wajah Amber .

Napas Amber makin berat. Dia menatap tajam Viona sambil tertawa merutuki dirinya. Sejak dulu, dia terbiasa diperlakukan buruk oleh orang di sekitarnya.

"Posisi? Kamu yang harusnya sadar pada posisimu, Vio. Di rumah ini, aku nyonya dan kamu cuma-"

"Viona?" Suara bariton memecah perdebatan.

Amber dan Viona cepat menoleh ke arah tangga. Di sana, Reyvan melangkah tegas dengan mata nyalangnya.

"Reyvan." Viona tersenyum pada pria itu.

Amber hanya membolakan matanya.

Sedang Reyvan, tetap dingin tak peduli. "Mau apa kamu datang kemari? Bukankah pesta pernikahannya sudah kemarin? Dan kamu telah melewatkannya."

Mata Viona mendadak berkaca-kaca. "Maaf, semuanya jadi kacau, Rey. Aku terlambat. Tapi itu bukan kesalahanku." Tangis Viona pun pecah.

Reyvan masih diam menatap tangisan Viona. Lalu, tatapan tajamnya beralih pada Amber yang hanya diam saja dengan wajah jengah.

Viona mengusap air matanya. "Semuanya gara-gara Amber dan ibunya, Reyvan. Aku nggak rela dia yang berdiri di pelaminan menggantikanku."

Amber membelalak tajam. Gara-gara dia? Bagaimana ceritanya?

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 173. Tergantung Usahamu

    Reyvan menatap tajam dan mencebik. "Siapa yang mau diskusi kerjaan. Ya soal produksi anak!""Permisi, Pak." Prama langsung balik kanan. Menyesal bertanya.'Memang bos nggak ada akhlak! Sedikit saja paham perasaan orang!' gerutu Prama dalam hati.Lalu, Reyvan menatap arah balkon.-----'Dia mau kemari?' batin Amber dengan jantung berdegup kencang. Buru-buru dia mundur dan duduk bersandar di kursi rotan panjang, berpose seolah tampak natural, mata terpejam seperti sedang menikmati angin laut.Reyvan berjalan cepat ke balkon, langkahnya penuh percaya diri. Senyum lebarnya melengkung, memancarkan aura cool yang selalu dia bawa ke mana pun.Begitu melihat istrinya, dia bak mendapat semilir angin setelah terkena panas harian. “Ehem! Sorry. Ada pekerjaan penting yang harus aku bahas dengan Prama. Kamu nggak marah, kan?” Dia menarik kursi dan langsung duduk di dekat istrinya.Amber masih menutup matanya, tidak menanggapi. “Hem ….”Dalam hatinya, gelombang resah menyesak. 'Bahas Deandra di be

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 172. Bisik-bisik

    “Kamarmu di sebelah kamar Deandra?” Reyvan terheran kaget. Dia bicara pakai volume lirih. Takut istrinya mendengar apa yang mereka bicarakan.Prama mengangguk kecil. Dia juga memperkecil volumenya. “Benar, Pak. Saya mengambil kamar di lorong yang sama dengan kamar Nona Deandra. Dari sana, saya bisa mengawasi semua gerak-geriknya. Bukannya itu yang Anda mau?”Dari sana, Amber sengaja mencuri dengar. Tapi jangkauan telinganya tidak bisa mendengar jelas. Kini matanya menegang. 'Apa yang sedang mereka bicarakan? Apa Reyvan masih membahas soal semalam dengan Prama? Apa Reyvan tidak punya privasi? Kenapa dari tadi malah seperti pamer dengan percaya dirinya soal efek semalam?' batinnya. Yang mengira suaminya senang bercerita soal malam panasnya dengan Prama.Reyvan mengetuk meja dengan jemarinya. “Hemm, bagus. Sekarang, apa rencanamu untuknya? Aku sedang tidak bisa berpikir. Kamu tahu sendiri kalau sejak datang di tempat ini, aku sangat sibuk menjaga istriku.”Menjaga? Prama bertanya pada di

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 171. Ya Ampun Reyvan ....

    Amber duduk bersandar headboard di sisi suaminya. Dia penasaran apa yang akan dikatakan mertuanya, lebih penasaran lagi dengan apa yang akan dikatakan Reyvan. Apa akan jujur kalau mereka sudah- “Kenapa kemarin tidak menemui Mama? Mama sudah menunggumu saat di kediaman, dan sekarang pun Mama sedang ada di rumahmu, tapi kamu di mana?!” teriak Tania melengking. Amber menegang, tangannya mencengkeram selimut. Dadanya sedikit sesak. Hidup dengan Reyvan tanpa restu, apakah mungkin? Bagaimana jika keluarga besar Kalingga akan selamanya menolaknya? Akh, tidak bisa. Pasti ada caranya. 'Pesona apa yang tidak bisa mereka tolak?' batin Amber. Mulai berpikir keras. Reyvan malah tenang, suaranya pun datar. “Oh, lagi ngadon ....” Mata Amber membelalak tegang. Enteng banget suaminya bilang. Di sana, mata Tania melotot. “Ngadon apaan? Ngomong yang benar! Cepat temui Mama sekarang!” teriaknya. Tawa pendek keluar dari Reyvan. “Bulan madu, Ma. Sekalian bikin adonan cicit, sesuai pesanan Opa.” Ambe

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 170. Unboxing Juga

    Amber berdiri gugup di tengah kamar dengan lingerie tipis yang melekat di tubuhnya. Cahaya temaram lilin menyorot lekuk siluetnya, membuat wajahnya semakin memerah. Jantungnya berdebar hebat, hampir tak sanggup menahan gelombang rasa malu bercampur gugup.Tatapan Reyvan membeku. Matanya menyapu setiap inci tubuh istrinya dengan gejolak yang ditahan. Nafasnya tercekat. Lingerie itu … entah bagaimana Amber bisa mau memakainya, tapi kini sosok istrinya begitu mempesona dan menggoda di depan mata.Tak bisa mengendalikan diri lagi, Reyvan pelan mendekat. Dalam satu gerakan, bibirnya menyambar bibir Amber.Ciuman itu begitu dalam, membuat Amber terbelalak sesaat, lalu matanya terpejam mengikuti arus. Tubuhnya bergetar, tangannya refleks menempel pada dada bidang suaminya.Dengan gerakan pelan, Reyvan meraih pinggang Amber dan mengangkat tubuh istrinya.Amber terperanjat, kedua tangannya mencengkeram bahu Reyvan erat. Lalu, pria itu membaringkannya perlahan di atas ranjang. Sorot mata Reyva

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 169. Lingerie itu, Dipakai Juga

    Amber menutup mulutnya yang ternganga, matanya membelalak tak percaya saat pintu kamar resort terbuka.Honeymoon suite itu seakan membuat napasnya berhenti sejenak. Ruangan luas dengan jendela kaca menampilkan laut biru yang berkilau di bawah sinar matahari senja. Ranjang king-size, di atasnya tertabur kelopak mawar merah yang membentuk hati. Balkon terbuka langsung menghadap pantai dengan suara debur ombak yang menenangkan. Amber tercengang, hatinya bergetar haru, matanya berkaca-kaca, dan senyum lebarnya tak mampu dia sembunyikan.Reyvan menatap puas wajah istrinya yang bersinar. Senyum samar melintas di bibir pria itu.Lalu, Reyvan mendekat, kedua lengannya melingkari pinggang Amber dari belakang. “Kamu suka?”Amber menoleh sedikit, menatap wajah tampan suaminya yang kini bertumpu di atas pundaknya. Dia mengangguk. “Makasih, aku suka.”Pelukan itu terurai perlahan, berganti dengan tatapan dalam. “Istirahatlah sebentar. Nanti akan kuajak keliling tempat ini.”Amber mengangguk. Tubu

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 168. Mohon Bantuanmu, Membuat Cicit

    “Honeymoon. Kita akan berangkat sekarang ke luar negeri.”Dada Amber langsung mendesir tak karuan. Rasanya bak tersengat energi yang menciptakan gelenyar-gelenyar rasa berbunga-bunga, tapi gugup tak karuan. Sedang Reyvan menghela napas panjang dengan wajah tenang, aura cool tetap dia jaga. Tatapannya datar, seolah biasa saja. Padahal di dalam kantong celana, tangannya meremas-remas gugup tak terkendali.Belum ada jawaban. Istrinya itu malah mematung, membuat pria itu semakin gelisah.“Jangan kecewakan Opa. Di usianya itu, harusnya beliau sudah punya cicit minimal lima. Tapi satu pun belum ada. Aku sebagai cucunya merasa bersalah. Dan aku .…” Napas Reyvan tersendat, sorot matanya menatap lurus pada Amber, dengan segudang perasaan tak karuan. “Mohon bantuanmu. Karena aku tidak bisa mengabulkan keinginan Opa sendirian.”Ya jelaslah, Reyvan tidak bisa membuat adonan cicit seorang diri. Itu bukan pekerjaan yang bisa dilakukan solo. Harus ada pasangannya. Harus ada Amber.“Bu-bulan madu?”

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status