"Kau sudah mengembalikan Marc dan Gebara pada Kak Damon dan Kakak ipar?" tanya Ben ketika melihat Sera masuk dalam kamar. Sera menganggukkan kepala, air mukanya terlihat datar dan tatapannya sedikit memicing dan malas; terkesan tengah marah dan kesal secara bersamaan. "Kenapa?" tanya Ben lagi saat menyadari raut muka Sera yang terlihat tengah menahan marah. "Ada yang mengganggumu, Humm?" "Ya, mantan istrimu menggangguku," ketus Sera, meraih bantal lalu melemparnya ke arah Ben yang duduk di ranjang. "Kau pernah menikah dan kau tidak mengatakannya padaku. Sebenarnya maumu apa, hah?"Mata Ben sedikit membulat, wajahnya mendadak kaku dan beberapa detik dia terlihat panik serta khawatir. Shit! Sera tengah hamil dan dia tak ingin masalah ini mempengaruhi kesehatan istri dan bayi dalam perut Sera. "Kau punya mantan istri. Kenapa kau menutup-nutupinya dariku? Apa yang kau rencanakan, Pak Ben yang terhormat? Jujur saja, sampai detik ini aku tidak tahu alasan kenapa kau melakukan semua ini
"By the way, kau menangis karena apa? Cemburu-- atau … kau takut kehilanganku karena kau mulai mencintaiku, heh?"Sera mengerjab beberapa kali, mengatur wajah untuk tak terlihat gugup dan agar biasa saja. Meskipun sejujurnya pertanyaan Ben tersebut sudah membuat jantungnya dalam sana berdebar kencang. 'Asal jawab saja.' batin Sera, diam-diam meneguk saliva secara kasar. "Jangan kepedean!" Sera berkata ketus, "aku menangis karena aku … aku mengidam ingin menangis. Udah, aku nggak mau drama lagi," cerocos Sera sembari turun dari pangkuan Ben. "Aku ingin tidur," ucapnya kemudian, naik ke atas ranjang dengan langsung membaringkan tubuhnya di sana. Ben berdecis geli, ikut merebahkan tubunnya di sebelah Sera– menarik perempuan tersebut untuk tidur dalam pelukannya. "Caramu mencintaiku sangat unik, Sera. Dan aku sangat menyukainya.""Aku tidak mencintai Pak Ben. Jangan kepedean," bantah Sera, memutar bola mata dengan jengah. "Kalau begitu, katakan jika aku tidak mencintaiku sembari menat
Setelah pernikahan mereka, Ando memilih memisah dari keluarganya– dia memutuskan untuk tinggal rumah miliknya sendiri dengan istrinya, Aulia. Dia menikahi perempuan ini karena perasaan iba dan tanggung jawab atas perbuatannya pada Aulia. Oleh sebab itu, setelah menikahi Aulia, sikap Ando pada perempuan itu terkesan cuek. Sebab dia tidak mencintai Aulia. "Tuan Ando, aku sudah memasak sarapan. A--apa Tuan tidak sarapan lagi?" tanya Aulia, gugup setengah mati ketika berhadapan dengan suaminya tersebut. Hidupnya jauh lebih baik setelah menikah dengan Ando. Hanya saja, suaminya ini sangat cuek padanya. Dari hari pertama mereka menikah, Ando belum pernah sekalipun mau menyentuh masakan yang dia buat. Mereka bahkan pisah kamar. "Tidak." Ando berkata datar, "maaf, aku sudah terlambat," lanjutnya dengan menoleh ke arah jam tangannya. 'Padahal masih jam setengah tujuh.' batin Aulia murung. "Kalau begitu Tuan Ando bawa saja bekal ke kantor. Aku sudah menyiapkan bekal untuk sarapan dan maka
Hingga tiba-tiba saja …."Aulia, bekalnya man--" Aulia spontan menoleh ke arah ambang pintu, menatap seorang pria yang terdiam di sana dengan raut muka yang sulit dijelaskan. Sadar akan keadaannya, Aulia buru-buru menyekat air mata yang sempat membasahi pipi. Dia berusaha untuk tersebut ke atas Ando, berdiri kemudian menghampiri suaminya tersebut. Dia memilih menunda untuk memakan bekal sarapan untuk suaminya tersebut. Ah, sepertinya Ando kembali karena ada hal penting. Mungkin handphone atau dokumennya tertinggal. "Ada apa, Tuan Ando? Ada yang ketinggalan yah?" tanya Aulia lembut dan hangat. Aulia selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik pada suaminya. Meskipun Ando belum bisa menerima kehadirannya, tetapi Aulia akan tetap belajar menjadi istri yang baik. "Aku … meminta bekal sarapan dan makan siang," ucap Ando dengan pelan, menatap Aulia dengan pandangan yang sulit diartikan lalu menatap ke arah bekal yang sudah dimakan secara miris. Bukan! Ando bukan sedang marah karena
Beberapa bulan kemudian. "Namanya Davin Sbastian Lucas," ucap Daniel, memberikan nama pada cucunya yang baru lahir. Disha dan Damon sama-sama tersenyum mendengar nama tersebut. Nama yang bagus untuk putra mereka yang baru lahir. "Namanya indah dan bagus, Ayah," ucap Disha, tersenyum hangat ke arah ayahnya tersebut. "Humm, nama yang bagus." Damon ikut berkomentar, menggenggam tangan istrinya yang baru melahirkan dan terus menatap Disha dengan penuh cinta, hangat serta penuh kasih sayang. Istrinya ini baru saja melahirkan putra mereka. Damon sangat berterimakasih dan sangat bersyukur. Disha telah berjuang untuk sebuah kehidupan baru, dan Disha memang wanita yang hebat. Dia sangat hebat di mata Damon. "Arshila, sekarang kamu punya adik. Hihihi … adik yang tampan sekali," ucap Sera yang dengan menggendong bayi berusaha satu bulan, sembari memperlihatkan baby Davin pada bayi tersebut. Arshila Keyna Lucas. Bayi Sera dan Ben yang masih berusia satu bulan. Yah, Sera lebih dulu melah
Disha Azalea, perempuan yang masih berusia sembilan belas tahun tersebut duduk di atas ranjang dengan menekuk kedua kaki– di atas ranjang pengantin. Dia meletakkan dagu di atas lututnya yang ditekuk sembari menatap kosong ke arah depan. Jantung Disha berdebar kencang dan dadanya bergemuruh hebat. Gaun pengantin masih melekat di tubuhnya-- tak berani melepas atau menggantinya. Dia sangat takut pada pernikahan ini. Usianya masih muda namun harus menikah dengan pria berusia tiga puluh tahun dan sudah beristri.Demi Tuhan! Disha tidak mau menikah diusia muda begini, terlebih harus dijadikan istri kedua. Harusnya dia fokus pada pendidikannya. Akan tetapi, dia terpaksa melakukan semua ini, rela dijadikan istri kedua oleh miliarder penguasa di negeri ini hanya demi membayar hutang keluarganya. "Aku sangat membenci Papa," lirih Disha. Wajahnya murung dan tatapan matanya sayup serta sendu.Papanya jahat, telah mematahkan sayap Disha untuk mengejar cita-citanya. Demi membayar hutang istrinya
--Satu tahun kemudian--"Sayang, cepatlah. Aku tidak sabar mempertemukan bayi kita dengan keluarga kita. Mereka pasti senang." Kinja– istri dari Damon, menunjukkan air muka bahagia luar biasa. Dia menggendong bayi mungil berusia tiga minggu bersamanya, lalu membawanya masuk dalam mobil. Disha hanya bisa meratapi pasangan yang membawa bayinya tersebut dengan air muka murung dan sedih. Sembilan bulan bayi itu dalam perutnya, menemani Disha dan juga kadang menjadi teman berbincang Disha. Yah, selama kehamilan Disha, dia diasingkan di sebuah rumah yang ada di kota kecil, supaya tak ada satupun yang tahu mengenai pernikahannya dengan Damon. Keluarga Damon sebenarnya tahu jika Damon menikah lagi untuk mendapatkan keturunan. Yang Damon hindari adalah media dan publik. Bagaimanapun Damon tidak benar-benar menganggap Disha sebagi istri. Disha hanya penghasil anak untuknya! Setelah mobil mewah itu pergi, Disha memasuki rumah dan langsung menutup pintu. Dia memilih duduk di sofa dengan kepa
"Aku masih nggak nyangka jika Vano meninggal. Ini seperti mimpi," gumam Disha dengan langkah pelan dan lemah ke arah rumah-nya. Vano, sahabatnya sewaktu kuliah meninggal setelah mengalami kecelakaan maut. Padahal sebelumnya Vano mengajak Disha ketemuan, pria itu mengatakan jika dia ingin mengutarakan sesuatu pada Disha. Namun sebelum hari H mereka bertemu, ajal lebih dulu menjemput Vano. Sampai sekarang, Disha masih belum bisa menerima kenyataan. Lima tahun berjalan dan rasanya kehidupan Disha hanya monoton. Dia pindah ke kota ini untuk melanjutkan pendidikan dan juga karena perintah suaminya. Yah, setelah kejadian itu– di mana Damon dan Kinja membawa bayi yang Disha lahiran–dua Minggu setelah itu Damon menemuinya dan membawanya ke kota ini. Marc Dala Lucas, nama bayinya dan Damon. Marc sakit parah dan tidak mau meminum ASi dari ibu susunya yang telah disiapkan ataupun susu formula khusus bayi merek apapun. Jadi Damon membawanya, mengembalikannya pada Disha untuk merawat Marc sa