Home / Rumah Tangga / Menjadi Istri Kedua Mantan Suamiku / 3. Bos Baru Ternyata Ayah Tisa

Share

3. Bos Baru Ternyata Ayah Tisa

Author: Twin_Bolo
last update Last Updated: 2022-09-10 10:56:50

Saat aku harus berjuang melahirkan buah hati kami,  suamiku tak terlihat. Dan kemudian di saat anakku berusia lima bulan, datanglah seorang pengacara meminta tanda tangan persetujuan cerai dariku. Hati ini terlalu sakit, dia bahkan tak pernah melihat wajah Tisa yang begitu mirip dengan dirinya. 

Kuhempaskan nafasku dengan kuat, lalu bergegas keluar. Aku melakukan pekerjaanku dengan tekun, kubuang semua kenangan indah tentang suamiku. Bagiku, dia sudah mati. Sekarang aku harus berjuang untuk menghidupi anakku sendiri. Apapun akan aku lakukan untuk kesembuhan dan masa depannya. Dialah hartaku satu-satunya selain ibu.

Derap langkah sepatu hels menggema di lantai satu. Kuangkat wajahku, nampak seorang wanita dengan pakaian elegan berkulit sawo matang melangkah di dampingi dua orang pengawal. Aku sudah bisa menduga jika wanita ini pasti isteri bos. Dari gayanya yang terlihat sangat arogan sudah menunjukkan jika dialah wanita yang menjadi obrolan karyawan di kantin pagi tadi. Sebisa mungkin aku menghindar agar tidak menimbulkan masalah. Aku menunduk dan mundur perlahan saat wanita itu melewatiku. 

Dia benar-benar angkuh, tak sedikitpun dia melirik pada resepsionis dan karyawan yang dilewatinya. Apalagi diriku yang hanya cleaning service ini. 

Aku masuk lagi ke ruangan kami dan meletakkan pembersih lantai. Entah mengapa, aku mulai menyukai pekerjaan ini. Sangat ringan dan tidak terlalu melelahkan. Apalagi makan siang kami disediakan di kantor ini sehingga kami tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makan.

"Menurut informasi dari asisten manajer Personalia, sore nanti akan diadakan apel sekaligus perkenalan dengan bos baru Perusahaan," tutur Faijah saat aku masuk ke dalam ruangan.

"Cepat sekali perkenalannya," jawabku seadanya.

"Ah kau ini, apa kau tak ingin melihat wajah bos baru yang tampan itu ?" 

Aku hanya tertawa mendengar ucapan Faijah. Hati ini rasanya sudah tertutup untuk menerima laki-laki lain, yang menjadi tekadku saat ini bagaimana Tisa sembuh, itu saja. Walau kata orang aku cantik dan usiaku masih sangat muda tapi aku sama sekali belum berpikir mencari pengganti ayah Tisa.

Cuaca terlihat mendung, tapi belum tentu hujan. Hal ini hanya menandakan jika sore hari ini udaranya terasa sejuk. 

Benar kata Faijah, semua cleaning service berkumpul di atap gedung. Aku bersama teman-teman naik lift karyawan menuju lantai tujuh. Aku sempat melihat ruangan Ceo berada di ujung kanan seberang lift. Dari lantai tujuh kami naik lagi ke atas melalui tangga.

Nampak semua cleaning service telah berkumpul. Ternyata diatap gedung tersedia tempat duduk. Di samping gedung terpasang pagar stenlis sebagai bagian dari keamanan. Jadi tidak terlalu ngeri ketika melongokkan kepala ke bawah. 

Aku yang sedikit pobia akan ketinggian tak berani untuk berdiri di pagar itu, bahkan menoleh pun aku tak berani. Aku duduk dideretan kursi paling belakang.

Tak berapa lama terdengar suara keributan, rupanya bos dan rombongan sedang naik ke atas. Kami diminta untuk segera berdiri membentuk barisan.

"Laki-laki berbaris terpisah dengan wanita, masing-masing dua baris," terdengar aba-aba dari seorang pria. Yang kuingat dia adalah asisten manager personalia.

Kami segera berbaris dengan rapi, aku berada di barisan paling belakang tepat di belakang Stela cleaning service di lantai dua, sedangkan Faijah berada di sebelahku di belakang Tina.

Aku terkesiap tatkala melihat bos, apalagi ketika mendengar suaranya. Yakinlah aku jika dia adalah ayah dari anakku. Aku menunduk dan bersembunyi di belakang Stela. Aku tak mendengar lagi apa yang dikatakannya. Pikiranku melayang, rasanya aku ingin berlari dan keluar dari gedung ini.

"Coba yang di belakang maju ke depan." 

Oh Tuhan itu suara Azhar, aku semakin tertunduk dalam. Faijah segera maju kedepan. 

"Yang satu lagi maju." 

Stela menengok ke belakang, "Kau maju."

Aku berjalan ke depan sambil menunduk, sebisa mungkin aku menghindar dari tatapan pria yang pernah mengisi relung hatiku yang paling dalam itu.

Aku bersyukur di dalam hati, karena dia tak memperhatikan aku. Namun aku salah.

Saat aku mendongak tak sadar mata kami saling bersirobok. Wajahku seketika memanas, kulihat juga wajahnya yang seketika memucat dan mundur beberapa langkah ke belakang.

"Bos.., apakah kau sakit ?" seru asisten yang segera menangkap lengan Azhar.

Aku kembali menunduk, tak sadar air mata ini jatuh ke lantai. Entah Azhar melihatnya atau tidak, biarlah dia tahu jika sekarang aku hanyalah seorang cleaning service demi menghidupi buah hati kami.

Sekuat tenaga aku menguatkan hatiku, aku tak boleh lemah di hadapannya. Kini aku sadar mengapa dia meninggalkan aku tanpa pesan.

Azhar menatapku tak berkedip, aku pura-pura tak melihatnya dan menatap lurus ke depan.

Faijah menyenggol lenganku dan berbisik, "Bos sepertinya terus memperhatikanmu."

Aku hanya tersenyum sinis, biarlah dia melihat cibiranku ini. Biarlah dia tahu jika aku sangat membencinya. Cinta yang dulu pernah ada telah hilang di telan waktu.

Azhar memilih ďuduk dikursi yang disodorkan asistennya, mungkin kehadiranku membuatnya sedikit shock sehingga asistennya yang mengambil alih apel sore ini. Dan dia hanya terus menatapku tak berkedip.

Aku tak perduli, aku harus tetap bersikap profesional. Aku tak akan mengundurkan diri, sebisa mungkin aku menghadapi kenyataan ini. Rupanya dia meninggalkanku karena menikahi anak konglomerat. Aku mengatupkan rahangku dengan kuat.

"Teman-teman semua, saya perkenalkan pemilik perusahaan yang baru. Beliau bernama Muhammad Azhar dan mempunyai seorang isteri bernama Alena Saputri. Besar harapan kami teman-teman bisa mengerjakan tugas dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab. Kalian adalah bagian dari perusahaan ini, jadi marilah kita bekerja sama dengan baik" 

Asisten memperkenalkan bos perusahaan yang terlihat menyatukan kedua tangannya di depan dada. 

Lalu asisten itu kembali memberikan beberapa arahan setelah itu membubarkan barisan. Aku segera membalikkan badanku saat terdengar suara memanggilku. Aku berbalik, kulihat Azhar membisikkan sesuatu ke telinga asistennya.

"Mita Ariendy, harap keruang Ceo." 

Aku hanya mengangguk tanpa suara, lalu berjalan menuruni tangga. Aku tak tahu jika seorang cleaning service sempat memperhatikan aku.

Setibanya di lantai tujuh aku tidak langsung ke ruang Ceo. Aku memilih masuk ke dalam lift dan turun ke lantai satu menuju ruangan. Tak kuhiraukan lagi pertanyaan Faijah, aku buru-buru mengambil tas ranselku di loker dan segera berjalan setengah berlari.

"Maaf aku harus ke rumah sakit."

Mungkin Faijah dan Reza akan berpikir jika terjadi sesuatu pada anakku. Tak apa mereka berpikir begitu, yang penting sebisa mungkin aku keluar dari gedung ini secepatnya.

Aku memanggil ojek yang biasa mangkal di depan gedung dan secepatnya berlalu dari tempat itu menuju rumah sakit. 

Aku bahkan tak perduli tatapan heran satpam karena aku keluar masih dengan seragam cleaning service. Kupejamkan mataku sesaat, terserah anggapan orang bagaimana. Aku sebisa mungkin menghindari mantan suamiku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Suamiku   57. Bodyguard

    Ternyata tamu yang dimaksud Nabila adalah pemuda yang kulihat saat di sekolah Tisa. Mereka adalah orang suruhan suamiku yang memantau keberadaan kami dari jauh."Maaf atas kedatangan kami ini bu, seharusnya kami memberitahu ibu lebih dulu," seorang pria bertubuh tinggi menjabat tanganku."Tidak apa-apa, mari silakan duduk," ucapku sambil mempersilakan mereka duduk."Kenalkan nama saya Ivan dan ini teman saya namanya Jeck," Ivan yang bertubuh tinggi memperkenalkan diri. Aku mengingatnya karena dia yang terus-terusan memperhatikan aku di depan sekolah Tisa. Kami berbincang panjang lebar, kurasa upaya suamiku untuk melindungi kami terlalu berlebihan, terpikir olehku untuk menyambangi Alisha sekedar bersilaturahmi karena dia dalam keadaan sakit. Aku ingin membawakannya makanan atau bingkisan yang tentunya membuat orang yang di besuk merasa senang."Terima kasih sudah menjaga kami, sepertinya kalian terlalu berlebihan melindungi kami," ucapku."Maaf bu, kami hanya menjalankan perintah, ta

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Suamiku   56. Gambar Tisa

    Aku memilih untuk memendam sendiri apa yang kualami hari ini, aku tak ingin membuat heboh seisi rumah dengan ceritaku."Tadi ayah Tisa menelpon, katanya nomor ponselmu sejak tadi dihubungi tidak aktif," Salsa menyampaikan pesan ayah Tisa padaku.Aku merogoh tas tanganku, kulihat ponselku ternyata off. Mungkin aku tak sengaja memencet tombolnya."Oh ternyata ponselku mati!" kataku sambil mengajak Tisa masuk ke dalam kamar.Aku mengganti baju sekolah Tisa dengan pakaian rumah. "Tisa mau makan ?""Aku masih kenyang ma ntar lagi, aku mau menggambar lagi," jawab Tisa.Aku hanya mengiyakan saja, menggambar bukanlah pekerjaan yang berat tapi aku harus mendampinginya agar tak kelelahan.Tak berapa lama setelah ponsel ku nyalakan, tiba-tiba berdering, aku tak perlu melihat lagi siapa penelponnya karena aku sudah menaruh nada dering khusus untuk suamiku."Hallo, iya maaf aku baru tiba di rumah, tadi ponselku kehabisan baterai," kilahku saat Azhar menelpon dengan segudang protesnya."Aku baru s

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Suamiku   55. Nyaris ditabrak mobil

    Mita POVSuasana kompleks perumahan sudah di ramaikan dengan pedagang keliling yang menjalankan dagangannya. Aku berdiri di tepi jalan menanti kedatangan Tisa yang di jemput Salsa. Awalnya aku merasa ragu untuk mengizinkan Tisa menginap di rumah Alisha, namun demi alasan kemanusiaan aku mengizinkannya.Dari kejauhan aku melihat mobil Salsa memasuki area kompleks, akhirnya hati ini tentram. Aku bernafas lega, tak berapa lama mobil itu berhenti tepat di sampingku."Mama....!" Teriak Tisa saat melihatku dari jendela mobil.Aku membukakan pintu untuknya dan segera memeluknya dengan erat. Aku membimbing Tisa masuk ke rumah. Aku telah menyiapkan buku catatan yang akan di bawanya ke sekolah. "Tisa sudah sarapan ?" tanyaku lalu memakaikan tas ransel sekolah di bahunya."Sudah !" Jawab Tisa."Ayo mama antar ke sekolah, ceritanya nanti pulang sekolah saja,," ucapku saat melihat Tisa yang ingin mengatakan sesuatu.Kemudian kami bergegas keluar dan berpamitan pada ibuku dan Salsa. Nabila tak ter

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Suamiku   54.. Belum Jelas

    Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang, senyum sinis Alisha mengganggu pikiranku. Aku segera menekan pedal gas agar langsung tiba secepatnya di kantor.Ketika memasuki area parkiran gedung kantor kulihat mobil Erwin sudah terparkir lebih dulu. Aku bergegas menuju ke lantai tujuh. Sapaan para karyawan kubalas dengan anggukan kepala."Tuan Erwin sudah menunggu di dalam tuan," lapor sekretarisku.Aku hanya mengangguk lalu masuk ke dalam ruangan, kulihat Erwin sedang duduk menyilangkan kedua kakinya di kursi sofa. Aku menaruh tas kantor di meja lalu menghampiri Erwin."Sudah lama ?" tanyaku."Lumayan," jawab Erwin tersenyum."Ah kamu, jangan membohongiku. Bagaimana hasil pertemuanmu dengan dokter spesialis di Rumah Sakit ?" tanyaku dengan tak sabar."Maaf, aku hanya berbincang-bincang dengan adikku. Menurut penuturannya, terkadang pasien yang memiliki sakit seperti itu sulit terdeteksi kecuali pasien yang sakit itu datang berobat. Cobalah untuk mengajak isterimu berobat, penyakit i

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Suamiku   53. Porsi Cinta

    Aku dan Tisa keluar dari kamar saat Alisha mengetuk pintu kamar, aku mengedipkan sebelah mataku pada Tisa. Rupanya Alisha sudah menyiapkan sarapan pagi. Aku berusaha melirik ke arah dapur, ingin memastikan apakah dia yang masak atau hanya sekedar menyiapkan di meja saja."Ayo sarapan pa," ajak Alisha."Ayo Tisa sarapan yuk," Alisha mengajak Tisa dan menggandengnya menuju meja makan."Maaf bunda, aku mau mandi dulu," tolak Tisa, dia lalu menoleh padaku."Oh ayo bunda mandiin," Alisha tak jadi menuju ruang makan dan berbalik menggandeng tangan Tisa menuju kamar mandi.Kesempatan itu aku gunakan untuk mandi juga, aku bergegas ke dalam kamar, mempersiapkan segala sesuatunya. Aku tak ingin berlama-lama di dalam kamar mandi, setelah memastikan tubuhku sudah bersih, aku segera keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang. Aku memakai pakaian kantor, rencanaku setelah sarapan langsung pergi ke kantor. Setelah rapi aku segera keluar kamar, kulihat Alisha dan Tisa juga baru keluar

  • Menjadi Istri Kedua Mantan Suamiku   52. Remaja yang Kasmaran

    Malam ini aku tertidur di samping Tisa, aku bahkan tak tahu jika mertuaku sudah pulang dan sempat menyaksikan diriku yang tidur memeluk erat puteri kecilku ini. Aku terbangun ketika merasakan sesorang menyelimuti kami berdua. Karena lampu masih menyala aku masih sempat melihat bayangan Alisha keluar dari kamar dan menutup pintu. Jika melihat gerakan Alisha sepertinya dia dalam keadaan segar bugar, aku ingin menghubungi Erwin dan memintanya untuk menyelidiki penyakit Alisha. Untunglah aku sempat membawa ponselku masuk ke dalam kamar, sehingga aku amsih bisa menghubungi Erwin tanpa sepengetahuan Alisha. Aku bangun perlahan dari tempat tidur dan mengunci pintu kamar. Aku tak ingin Alisha masuk lagi ke kamar ini, lalu kumatikan lampu. Biarlah kamar ini nampak gelap, aku yakin Tisa tak akan bangun.Aku mengecup kening puteriku lalu mengirim pesan pada Erwin. Tingkahku malam ini layaknya seorang kekasih yang sedang mencuri waktu untuk saling berkirim pesan. Pesanku terkirim lalu Erwin mene

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status