LOGINSepanjang permainan panas yang dilakukan Kenzo terhadap tubuhnya, Clara terus berusaha memberontak dan berteriak histeris. Air matanya terus keluar karena kehilangan satu-satunya kehormatan yang selama ini ia jaga baik-baik.
Clara memang miskin, bekerja pontang-panting untuk menghidupi dirinya sendiri. Makan seadanya dan menghemat, untuk bisa memiliki tabungan yang cukup dan membangun usaha. Namun Clara gadis yang ceria, humoris dan pandai bergaul. Ia suka kebebasan dan tidak suka dikekang. Namun bisa menjaga dirinya tetap suci diusianya yang ke 22 tahun. Saat tinggal bersama pamannya, Clara hanya dijadikan budak dan dilarang keluar rumah. Namun setelah kabur, kini ia hidup bebas dan mandiri. Clara juga kuliah dengan jalur beasiswa, sekolah hanya lewat homeschooling karena tidak diizinkan pamannya yang kejam. "Kenapa kau lakukan ini padaku? Apa salahku?" Suara Clara pelan seolah ia telah kehilangan tenaga untuk melawan. Buat apa lagi, ia sudah kehilangan kesuciannya karena pria itu. Pria yang tidak tau balas budi, kalau tau akhirnya seperti ini, lebih baik Clara membiarkan pria itu ditikam saja waktu itu. Sinar matahari mulai muncul perlahan, menyibak gelapnya malam yang dihiasi bulan nan bintang gemerlapan diatas langit. Clara membuka matanya perlahan, merasakan rasa yang berkecamuk antara pegal remuk di seluruh tubuhnya. kedua matanya terbuka sempurna, menyesuaikan cahaya yang ada, begitu ia melihat atap putih dengan lampu gantung yang nampak asing Clara mulai mengumpulkan kesadarannya sepenuhnya. Begitu ia hendak bangun, rasa nyeri yang teramat menusuk di bagian intimnya, membuatnya mendesis. Ternyata semalam dia tidak bermimpi, diculik dan diperkosa! Wanita itu berusaha duduk menahan rasa nyeri, menarik selimut sampai leher menutup seluruh tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang, syok ketika melihat bercak darah di kain sprei putih bekas ia tidur. "Aku sudah tidak suci!" Gadis yang tidak pantas disebut gadis itu mulai menangis. Clara sungguh ingin membunuh pria bejat yang merenggut kesuciannya. Suara gemericik air terdengar, lalu berhenti. Clara yakin orang didalam kamar mandi adalah pria itu. Kemarahan yang menyelimuti membutakan matanya, melihat pisau buah di keranjang buah diatas meja. Clara meraih kimono putih diatas meja nakas dan memakainya, tidak memperdulikan rasa nyeri ketika melangkahkan kakinya karena perbuatan pria itu yang menggagahi tubuhnya seenak jidatnya semalam. Menatap pisau kecil yang mengkilap bersih itu dengan mata yang seperti telah dirasuki setan, bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka muncul sosok Kenzo dengan balutan handuk sebatas pinggang dan paha. Clara maju melangkah dan mengangkat pisau nya. "Mati saja kau!!!" Kenzo terkejut namun ia bisa sigap menahan pisau Clara hingga darah mengalir dari telapak tangannya. Kenzo seperti mendengar tanda bahaya, dan ternyata gadis yang dia tiduri yang berusaha balas dendam. Melihat darah mengucur deras melewati lengan tangan kiri Kenzo, Clara membelalakkan matanya dengan lebar. Ia syok dengan apa yang dilakukan. Clara menarik tangannya dan menutup mulutnya. Ia sungguh menyesal, ia bukan pembunuh! "Aku, aku..." Yang berniat mencelakai Clara sendiri, namun justru gadis itu yang panik dan menangis. "Ya tuhan, apa yang aku lakukan!" Sedangkan Kenzo hanya diam dengan tenang, justru menyaksikan kepanikan Clara. Kedua kalinya dia melihat Clara panik karena dia terluka, Kenzo tau, yang dilakukan Clara hanya untuk melampiaskan kemarahannya karena dia telah merenggut kesuciannya. "Tenang! Kenapa kau menangis? Kau yang mau membunuhku kan?" Ucap Kenzo. Clara menghapus air matanya. Ia memang marah dan buta hingga memiliki niat menghabisi pria itu. Tapi percuma, kalau Kenzo mati yang ada ia akan dipenjara. "Lukanya harus diobati!" Clara mengikuti langkah Kenzo, pria itu menuju meja meraih beberapa helai tisu dan membersihkan noda darah baik di pisau maupun di tangannya. Kenzo seperti tidak memiliki rasa sakit, dia membersihkan darah itu tanpa panik berbeda dengan Clara yang panik setengah mati, melihat darah pria itu kedua kalinya mengalir didepan matanya. "Apa ada obat p tiga K?" "Di laci nakas paling bawah!" Jawab Kenzo. Clara langsung menuju nakas dan mencari kotak obat yang ditunjukkan Kenzo serta air hangat. Pria itu duduk ditepi ranjang, lalu Clara duduk disebelahnya. Clara seakan lupa bahwa pria itu adalah pria yang menghancurkan masa depannya semalam. Dengan hati-hati, tangannya yang putih bersih seperti kapas mengobati luka di telapak tangan Kenzo. "Goresannya tidak dalam!” Clara sungguh memberanikan diri, membersihkan lukanya lalu menghentikan darah yang keluar, membalutnya dengan perban berperekat. Kenzo pikir, Clara hanya gadis biasa yang hanya bisa menangis dan polos. Tapi ternyata dia begitu pemberani menghadapi luka seperti itu. Bahkan Clara gadis pertama yang tidak takut dan berani padanya. Tangan Kenzo selesai dibalut, Clara merasa lega meskipun masih tidak tenang. ia baru sadar saat melihat penampilan pria itu yang hanya mengenakan handuk. Sontak saja dia menjauh, kemarahan yang sempat teralihkan kini muncul lagi. "Aku akan bertanggung jawab padamu! Aku akan menikahimu hari ini juga!" Dengan santainya Kenzo berucap. Clara sungguh syok mendengar ucapan pria itu. Menikah? Pria itu sudah gila! Tentu saja Clara tidak mau menikah mendadak seperti ini. Apalagi dia tidak mengenal Kenzo! Pria yang dingin dan terlihat menakutkan. Tapi Clara tidak takut padanya! "Kau pria yang sangat gila!" Sahut Clara. "Aku tidak mau menikah denganmu!" Baru kali ini ada gadis yang menolak Kenzo, dia hanya gadis biasa tapi berani menatap kedua mata seorang Kenzo Morgantara yang terkenal kejam. "Aku mau pergi dari sini! Anggap saja malam ini tidak pernah terjadi, jangan pernah menggangguku!" Clara melangkah pergi tanpa sadar kondisinya hanya memakai kimono. Kenzo dengan santai berkata. "Kau mau menggoda pria mana dengan kimono?" Sontak saja Clara tersentak, dia menghentikan langkah dan menyadari penampilannya. Clara mengumpat. "Sial! Dimana pakaianku?" Gadis itu membalikkan badan. Terlihat Kenzo yang menatapnya dengan santai. "Ini semua ulahmu, kan? Apa yang kau mau dariku? Cepat kembalikan pakaianku! Lepaskan aku dari sini!" Clara berkata dengan berani. Kenzo justru berdiri, membuka salah satu pintu lemari, ternyata mengambil setelan jas berwarna hitam. Dasar tidak punya malu, dia menyentak handuknya ke atas ranjang dan memakai pakaian dihadapan Clara tanpa rasa berdosa. Sementara Clara, membelalakkan matanya melihat tubuh polos pria itu dari belakang. Clara dengan cepat membalikkan badan dengan telapak tangan menutup wajahnya. "Kau akan mendapatkan pakaianmu setelah menandatangani perjanjian kita!" Kenzo rupanya sudah mengancingkan kemejanya tinggal memakai dasi dan jas. "Buka matamu, aku sudah selesai!" Pria itu setengah membentak. Clara membuka matanya, tiba-tiba saja Kenzo sudah berdiri didepannya dengan wajah setengah santai dan serius. Entahlah, Clara tidak bisa menebaknya! Ia justru teringat lagi, perjanjian? "Maksudmu apa? Apa yang kau mau dariku?" "Hari ini juga kita akan menikah! kau tidak bisa menolak karena bukan penawaran atau permintaan, tapi ini sebuah perintah dari Kenzo Morgantara!!”Clara tentu saja terkejut, dia bukanlah wanita bodoh yang tidak tau benda kecil yang di berikan dokter itu apa, alat tes kehamilan. Apa mungkin dia bisa hamil secepat itu? Hampir setiap malam memang Kenzo mendatanginya, dan Kenzo tidak pernah memakai pengaman dan selalu membuang semua benihnya kedalam rahimnya. Tapi Clara hanya belum siap kalau hamil sekarang, di rumah itu dia hanya dimanfaatkan, setelah anaknya lahir, Clara akan dibebaskan. Bebas? Semakin cepat Clara hamil artinya semakin dekat kebebasannya. Clara bisa lepas dari Kenzo dan keluarga mengerikan itu. Clara mengambil alat kecil itu dengan cepat. "Aku akan mencobanya!" Dia lalu berdiri dan dengan cepat masuk kedalam kamar mandi. Satu bulan memang Clara belum mendapatkan tamu bulanan, terakhir kali saat sebelum dia bertemu Kenzo waktu pria itu diserang sekolompok orang-orang misterius. Devan lalu menatap dokter itu untuk pergi mengikuti Clara. Karena dokter yang lebih tau masalah kehamilan. Clara menunggu sebentar
Clara tersentak kaget mendengar perintah Kenzo yang menginginkan dia untuk menggores telapak tangannya sendiri, atau minta maaf dan menunduk mengakui kesalahannya. Sementara Viora tentu saja tersenyum puas karena merasakan dibela dan disayang oleh Kenzo, dia jadi makin berani untuk membuat kesalahan lagi lain kali. "Aku tidak akan minta maaf dan mengakui kesalahan yang tidak aku lakukan!" Clara masih bersikeras. "Kalau begitu cepat lakukan hukumanmu!" Tegas Kenzo. pria itu yakin Clara akan tunduk dan memohon maaf, tidak mungkin Clara akan menyakiti dirinya sendiri. Namun tebakan Kenzo rupanya salah, Clara berani menantang pria itu. Sampai titik darah terakhir, dia tidak akan mengakui kesalahan yang tidak ia lakukan. Clara memegang pisau dengan benar, kemudian memejamkan matanya dan membukanya lagi, menatap Kenzo sembari menggoreskan pisau kecil itu ke tangannya sesuai keinginan pria kejam itu. "Akkhh!!" Clara memekik kecil menahan rasa sakit. Darah segar keluar, Kenzo menata
Diatas ranjang yang semula rapi, Kenzo mencengkram kedua tangan Clara dengan kuat, tenaganya yang tidak sebanding dengan tenaga kecil Clara yang tidak ada apa-apanya itu tentu saja serasa meremukkan tulang-tulang Clara. Clara berusaha menggeliat sembari menahan sakit, Kenzo begitu kejam tidak pernah menyentuhnya dengan lembut dan pelan. Dia tergesa-gesa menyentuh Clara, seolah membandingkan Clara seorang wanita malam yang haus belaian. Sorot mata pria itu begitu tajam dan gelap, bagian bawah tubuhnya tegak sempurna, mendominasi Clara dan tidak membiarkan wanita dibawah kungkungannya melawan. "Ini hukumanmu!" Sekali hentakkan, pria itu menyentakkan miliknya ke dasar terdalam Clara yang tidak siap menerimanya. Setitik air mata jatuh di sudut mata indah Clara, tubuhnya menggeliat namun Kenzo tidak membiarkannya bergerak. "Lepaskan aku! Kau tidak punya hati! Kau pria yang kejam! Iblis!" Kenzo bergerak seperti kuda yang berpacu cepat, tenaganya yang kuat membuat Clara menyerah dan
Nadira dan Mika berlari keluar, mereka baru sadar kalau didepan kamar tidak ada penjaga. Raut wajah mereka panik, dengan langkah cepat menuruni tangga. Kalau Clara hilang, sudah pasti Tuan Kenzo akan menyalahkan mereka, dan mereka yang dihukum. "Nona! Nona Clara!" Nadira memanggil berharap Clara berkeliaran dilantai bawah, namun sayangnya sosok gadis itu tidak muncul juga. Beberapa pelayan datang mendekat karena penasaran dengan kehebohan yang disebabkan oleh Nadira dan Mika. Tidak ada yang melihat Clara keluar padahal orang sangat banyak didalam rumah. Tentu saja keributan itu terdengar ditelinga tajam Kenzo, pria itu muncul begitu Devan memberinya kabar bahwa Clara kabur. Dengan langkap lebarnya, Kenzo dan Alex keluar dari lift, tidak lama Merlin serta Viora juga muncul dari ruang tengah. Kenzo menatap tajam dua pelayan yang ditugaskan menjaga Clara, "Dasar tidak becus! Apa saja yang kalian lakukan sampai tidak tau kemana perginya?" Bentak Kenzo. Nadira serta Mika menunduk
Gelas kaca itu terbang melayang menuju punggung Clara, tentu pelayan maupun penjaga yang melihatnya terkejut dengan yang dilakukan oleh Viora. "Nona Clara!" Nadira berteriak panik. Bruukk!! Pyaarrrr!!! Gelas kaca tersebut jatuh pecah berserakan dilantai menjadi puing-puing kecil, bersamaan dengan Kenzo dan Clara yang jatuh dilantai dengan posisi Kenzo memeluk tubuh ramping Clara. Clara sendiri tentu saja syok, dia tadi baru akan membalik badan saat Nadira berteriak, namun tiba-tiba Kenzo ada dibelakangnya. Pria itu akan pergi ke grup Morgantara setelah dari ruang kerja dilantai tiga, melihat gelas melayang menuju Clara, Kenzo langsung berlari padahal baru saja keluar dari lift. Instingnya begitu kuat menyadari bahaya disekitarnya. Clara menatap Kenzo dengan hati berdebar, dia tidak menyangka kalau Kenzo akan datang tepat waktu menyelamatkannya. "Kau... baik-baik saja?" Masih dilantai, Clara sempat menanyakan kondisi Kenzo. Kenzo bangun, lalu menuntun Clara untuk berdiri t
Para pelayan saling menatap dan menggeleng. Sementara Viora dan Merlin kesal karena justru yang Kenzo cari Clara! Viora mencebikkan bibirnya dengan kesal, padahal ada dia disamping Kenzo, tapi pria itu justru mencari istru baru itu! Viora tidak ingin satu meja makan dengan Clara, selain cantik dan masih muda, Clara juga hanyalah wanita biasa yang polos dan dibawa Kenzo dengan paksa. Dia takut posisinya terancam! "Istri kedua itu duduk disini juga? Untuk apa sih? Dia itu tidak pantas duduk disini!" Protes Viora. Kenzo melepaskan tangan Viora lalu duduk di kursinya. "Bagi yang tidak suka, tinggalkan meja makan ini!" Suara berat Kenzo terdengar membuat Viora diam menahan kesal. "Bawa Clara kemari!" Titah Kenzo. Namun sebelum seorang pelayan melaksanakan perintah, Clara tiba dengan menuruni anak-anak tangga, padahal sudah disediakan lift. Clara juga melihat bagaimana mesranya Viora menggelayut manja terhadap pria itu, tentu Clara berasumsi bahwa mereka saling mencintai. Mendengar







