LOGINKenzo menekankan kalimatnya dengan dingin. Menyebutkan namanya supaya Clara tau siapa dia! Pria yang tidak pernah menerima penolakan, semua ucapannya adalah sebuah perintah yang wajib dituruti. Bila ada yang melanggar, maka akan menanggung konsekuensinya!
Clara tersentak dengan ucapan Kenzo yang diluar nalar. Kenzo seolah pria yang tidak biasa, Clara tidak akan pernah mau hidup bersama pria seperti itu. "Kau tidak mengenalku! Kenapa kau mau menikahi ku! Aku memaafkanmu atas perbuatan bejatmu semalam, tapi lepaskan aku! Aku mohon!" Clara akhirnya berusaha untuk meminta belas kasihan, berharap pria itu mau melepasnya. Namun dia tidak tau berhadapan dengan siapa? Pria kejam yang tidak akan melepaskan lawan! "Kenzo! Aku tidak pernah meminta maaf, dan aku tidak pernah merasa bersalah padamu! Jika aku sudah menentukan kau harus menikah denganku, maka kita menikah, ini takdirmu, Nona Clara Alexandra! Tinggal di jalan Asrama kamboja, tidak memiliki orang tua. kau pernah tinggal dengan pamanmu lalu kabur dari rumah! Kau juga bekerja di kedai bunga milik Anyer mois!" Clara tidak menyangka, pria didepannya bisa tau namanya alamatnya dan kehidupannya. Pria itu begitu misterius, membuat nyali Clara menciut takut, namun... "Lepaskan aku!" Clara masih minta untuk dilepaskan. Kenzo menghela nafas berat, pria itu berjalan menuju sofa. Memetik satu buah anggur memasukkannya kedalam mulut, duduk dengan santai. "Pergilah dari sini! Pakaianmu ada di lemari tengah! Pilih salah satu yang kau sukai!" Kenzo berkata dengan santai. Clara merasakan angin lega, dia cepat-cepat menyahuti. "Aku mau pakaianku semalam!" Clara tidak ingin memakai pakaian sembarang milik orang. Dan dia tidak suka memakai bekas, meskipun pakaiannya murah tapi baru! "Sudah ku buang!" Clara menghembuskan nafasnya. Ya Sudahlah, sangat terpaksa ia melanggar ucapannya sendiri! Yang terpenting, ia harus segera pergi dari tempat itu sebelum pria yang mengatakan namanya Kenzo Morgantara berubah pikiran. Dia membuka lemari tengah, matanya terbuka lebar melihat deretan dress tergantung rapi dan wangi, terlihat seperti baru. Clara bertanya-tanya itu baju siapa, tapi dia tidak mau bertanya. Memilih salah satu dress selutut dengan atas tertutup beserta dalaman yang juga terlihat baru, anehnya semua size-nya sama dengan size tubuhnya. Clara masuk kedalam kamar mandi, ia juga membersihkan diri dengan singkat tanpa mandi lalu memakai pakaian dengan rapi dan keluar. Ia melihat Kenzo yang duduk santai bersandar di sandaran kursi dengan kedua tangan dilipat ke belakang, kedua matanya terpejam namun ia bisa mencium aroma Clara yang ada didekatnya. "Kau sudah selesai kan! Pergilah kalau sudah!" "Aku tidak tahu apa yang membuatmu berubah pikiran! Tapi terimakasih sudah membiarkanku pergi!" Sebelum pergi Clara melihat tasnya ada diatas meja, ia mengambilnya. Berjalan menuju pintu lalu menarik handle nya, ia keluar dan merasa lega. Clara bersumpah tidak akan pernah bertemu lagi dengan pria mengerikan itu. Ada beberapa pengawal dengan pakaian rapi dan hitam didalam ruang tengah. Ruangan yang serba mewah, furniture mewah, bahkan beberapa perintilannya dilapisi emas. Clara kagum! Mereka tidak menghalangi langkah Clara, bahkan juga tidak menatapnya. Mereka semua bersikap dingin. "Apa pria tadi bosnya, dan mereka adalah pengawal? Mereka semua mengerikan!" Clara bergumam, bergidik ngeri lalu berjalan cepat menuju sebuah pintu yang diyakini pintu keluar. Benar! Clara sudah sampai di luar. halaman yang luas dengan taman kecil didepan. Tiga mobil yang semalam ia lihat berjejer. Ternyata bukan hanya didalam, diluar rumah juga ada beberapa pengawal yang berjaga. Seolah rumah itu menyimpan harta berharga yang menjadi incaran pemburu. "Nona Clara. Saya Devan, masuklah ke mobil saya akan mengantarkan anda!" Entah dari mana datangnya pria itu tiba-tiba muncul. Lumayan tampan, dan wajahnya tidak sedingin seperti Kenzo, namun... Lebih tampan Kenzo segalanya! "Saya bisa pulang sendiri!" "Villa ini jauh dari kota, jalan raya dan pemukiman. Anda akan kesulitan mencari taxi! Disini tidak ada sinyal!" Benar juga! Clara tidak tau tempat Villa itu ada dimana. Kalau ia tersesat, yang ada dia tidak akan pulang dan bebas. Sepertinya pria bernama Devan ini baik dan bisa dipercaya. Clara menganggukkan kepalanya. "Baiklah! Tapi sampai aku mendapatkan taxi saja!" Devan membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Clara untuk masuk. Gadis itu menurut begitu saja tanpa sadar ada tanda bahaya yang mengintainya. Pintu mobil ditutup usai ia masuk. Clara duduk sembari masih menoleh kearah luar dari kaca disampingnya. Lalu tiba-tiba terdengar suara pintu mobil dibuka dan ditutup kembali, Clara pikir itu Devan namun tiba-tiba… "Jalan sekarang!" Suara berat terdengar dingin. Clara sontak menoleh, kedua matanya terbelalak melihat Kenzo duduk disebelahnya. "Kau!! Apa yang kau lakukan disini?" Pekik Clara dengan panik. "Ini mobilku! Kau mempermudah rencana kita, sayang!" Kenzo menyeringai dengan senyum manis namun justru mengerikan bagi Clara, karena pria itu berbahaya! "Turunkan aku! Aku tidak mau ikut denganmu! Aku bisa pulang sendiri!" Clara berteriak di dalam mobil, dia semakin panik ketika membuka pintu mobil rupanya dikunci. "Menangislah! Berteriak lah! Tapi kau tidak akan bisa lepas dariku, karena kau akan menjadi istriku!" Sahut Kenzo. Clara memukul-mukul bahu Kenzo dengan marah, melampiaskan kekesalannya. "Apa yang kau inginkan, bajingann? Kenapa kau lakukan ini? turunkan aku! Aku tidak akan pernah mau menikah denganmu! Ini namanya pemaksaan!" Kenzo memegang kedua tangan Clara dengan satu tangannya. Ia memeluk bahu Clara supaya gadis itu diam. "Ada harga yang harus kau bayar jika ingin pergi! Sekali lagi kau memberontak dan lari, maka jangan pernah menyesal kalau tempat kerjamu akan hancur sekarang juga!" Clara tersentak mendengar ancaman Kenzo. Ia menggelengkan kepala, air matanya menetes keluar. Kenzo suka melihat gadis itu lemah tapi benci air matanya. "Jangan! Jangan sentuh tempat kerjaku! Kenapa kau lakukan ini padaku? Apa salahku! Aku tidak memiliki apapun yang bisa kau banggakan!" "Kau tidak salah! Tapi aku yang menginginkanmu! Ucapanku tidak main-main! Menurut lah padaku, atau orang-orang di sekitarmu akan menanggung akibatnya!" Clara tidak mampu menanggung beban rasa bersalah kalau ia memberontak dan orang-orang disekitarnya menjadi korban. Ia melihat sorot mata Kenzo yang tidak main-main, ancamannya bukanlah gertakan, tapi pria itu sungguh berbahaya dimata Clara. Anggukan pelan membuat Kenzo tersenyum licik. "Hapus air matamu! Jangan pernah menangis dihadapanku! Aku benci air mata! Jangan jadi gadis lemah, kau akan menjadi ibu dari anak-anakku yang terlahir kuat!" Clara ingin sekali menampar mulut pria licik itu. Tapi ia tahan karena tidak ingin membuat Kenzo marah, meskipun rasanya dia sungguh-sungguh ingin menghabisi pria itu sekarang jaga. Oh, atau mungkin lain kali ketika ada kesempatan! Jika kemarin Clara masih bersenang-senang, hidup bebas tanpa kekangan siapapun termasuk pamannya. sekarang hanya karena bulan telah berganti matahari, hidup Clara berubah seketika. Ia tiba-tiba menikah dalam sekejap dan waktu singkat, terbukti dengan adanya perjanjian serta buku nikah yang sah dimata hukum, agama, negara. Pria itu mencuri semua dokumen dari rumahnya! Sebuah rumah mewah, pilar-pilar tinggi menjulang, pagar tinggi dan halaman tanah yang luas dengan taman kecil serta jembatan kecil didepan beberapa anak tangga menuju pintu masuk. "Apa ini istana?" Gumam Clara.Clara tentu saja terkejut, dia bukanlah wanita bodoh yang tidak tau benda kecil yang di berikan dokter itu apa, alat tes kehamilan. Apa mungkin dia bisa hamil secepat itu? Hampir setiap malam memang Kenzo mendatanginya, dan Kenzo tidak pernah memakai pengaman dan selalu membuang semua benihnya kedalam rahimnya. Tapi Clara hanya belum siap kalau hamil sekarang, di rumah itu dia hanya dimanfaatkan, setelah anaknya lahir, Clara akan dibebaskan. Bebas? Semakin cepat Clara hamil artinya semakin dekat kebebasannya. Clara bisa lepas dari Kenzo dan keluarga mengerikan itu. Clara mengambil alat kecil itu dengan cepat. "Aku akan mencobanya!" Dia lalu berdiri dan dengan cepat masuk kedalam kamar mandi. Satu bulan memang Clara belum mendapatkan tamu bulanan, terakhir kali saat sebelum dia bertemu Kenzo waktu pria itu diserang sekolompok orang-orang misterius. Devan lalu menatap dokter itu untuk pergi mengikuti Clara. Karena dokter yang lebih tau masalah kehamilan. Clara menunggu sebentar
Clara tersentak kaget mendengar perintah Kenzo yang menginginkan dia untuk menggores telapak tangannya sendiri, atau minta maaf dan menunduk mengakui kesalahannya. Sementara Viora tentu saja tersenyum puas karena merasakan dibela dan disayang oleh Kenzo, dia jadi makin berani untuk membuat kesalahan lagi lain kali. "Aku tidak akan minta maaf dan mengakui kesalahan yang tidak aku lakukan!" Clara masih bersikeras. "Kalau begitu cepat lakukan hukumanmu!" Tegas Kenzo. pria itu yakin Clara akan tunduk dan memohon maaf, tidak mungkin Clara akan menyakiti dirinya sendiri. Namun tebakan Kenzo rupanya salah, Clara berani menantang pria itu. Sampai titik darah terakhir, dia tidak akan mengakui kesalahan yang tidak ia lakukan. Clara memegang pisau dengan benar, kemudian memejamkan matanya dan membukanya lagi, menatap Kenzo sembari menggoreskan pisau kecil itu ke tangannya sesuai keinginan pria kejam itu. "Akkhh!!" Clara memekik kecil menahan rasa sakit. Darah segar keluar, Kenzo menata
Diatas ranjang yang semula rapi, Kenzo mencengkram kedua tangan Clara dengan kuat, tenaganya yang tidak sebanding dengan tenaga kecil Clara yang tidak ada apa-apanya itu tentu saja serasa meremukkan tulang-tulang Clara. Clara berusaha menggeliat sembari menahan sakit, Kenzo begitu kejam tidak pernah menyentuhnya dengan lembut dan pelan. Dia tergesa-gesa menyentuh Clara, seolah membandingkan Clara seorang wanita malam yang haus belaian. Sorot mata pria itu begitu tajam dan gelap, bagian bawah tubuhnya tegak sempurna, mendominasi Clara dan tidak membiarkan wanita dibawah kungkungannya melawan. "Ini hukumanmu!" Sekali hentakkan, pria itu menyentakkan miliknya ke dasar terdalam Clara yang tidak siap menerimanya. Setitik air mata jatuh di sudut mata indah Clara, tubuhnya menggeliat namun Kenzo tidak membiarkannya bergerak. "Lepaskan aku! Kau tidak punya hati! Kau pria yang kejam! Iblis!" Kenzo bergerak seperti kuda yang berpacu cepat, tenaganya yang kuat membuat Clara menyerah dan
Nadira dan Mika berlari keluar, mereka baru sadar kalau didepan kamar tidak ada penjaga. Raut wajah mereka panik, dengan langkah cepat menuruni tangga. Kalau Clara hilang, sudah pasti Tuan Kenzo akan menyalahkan mereka, dan mereka yang dihukum. "Nona! Nona Clara!" Nadira memanggil berharap Clara berkeliaran dilantai bawah, namun sayangnya sosok gadis itu tidak muncul juga. Beberapa pelayan datang mendekat karena penasaran dengan kehebohan yang disebabkan oleh Nadira dan Mika. Tidak ada yang melihat Clara keluar padahal orang sangat banyak didalam rumah. Tentu saja keributan itu terdengar ditelinga tajam Kenzo, pria itu muncul begitu Devan memberinya kabar bahwa Clara kabur. Dengan langkap lebarnya, Kenzo dan Alex keluar dari lift, tidak lama Merlin serta Viora juga muncul dari ruang tengah. Kenzo menatap tajam dua pelayan yang ditugaskan menjaga Clara, "Dasar tidak becus! Apa saja yang kalian lakukan sampai tidak tau kemana perginya?" Bentak Kenzo. Nadira serta Mika menunduk
Gelas kaca itu terbang melayang menuju punggung Clara, tentu pelayan maupun penjaga yang melihatnya terkejut dengan yang dilakukan oleh Viora. "Nona Clara!" Nadira berteriak panik. Bruukk!! Pyaarrrr!!! Gelas kaca tersebut jatuh pecah berserakan dilantai menjadi puing-puing kecil, bersamaan dengan Kenzo dan Clara yang jatuh dilantai dengan posisi Kenzo memeluk tubuh ramping Clara. Clara sendiri tentu saja syok, dia tadi baru akan membalik badan saat Nadira berteriak, namun tiba-tiba Kenzo ada dibelakangnya. Pria itu akan pergi ke grup Morgantara setelah dari ruang kerja dilantai tiga, melihat gelas melayang menuju Clara, Kenzo langsung berlari padahal baru saja keluar dari lift. Instingnya begitu kuat menyadari bahaya disekitarnya. Clara menatap Kenzo dengan hati berdebar, dia tidak menyangka kalau Kenzo akan datang tepat waktu menyelamatkannya. "Kau... baik-baik saja?" Masih dilantai, Clara sempat menanyakan kondisi Kenzo. Kenzo bangun, lalu menuntun Clara untuk berdiri t
Para pelayan saling menatap dan menggeleng. Sementara Viora dan Merlin kesal karena justru yang Kenzo cari Clara! Viora mencebikkan bibirnya dengan kesal, padahal ada dia disamping Kenzo, tapi pria itu justru mencari istru baru itu! Viora tidak ingin satu meja makan dengan Clara, selain cantik dan masih muda, Clara juga hanyalah wanita biasa yang polos dan dibawa Kenzo dengan paksa. Dia takut posisinya terancam! "Istri kedua itu duduk disini juga? Untuk apa sih? Dia itu tidak pantas duduk disini!" Protes Viora. Kenzo melepaskan tangan Viora lalu duduk di kursinya. "Bagi yang tidak suka, tinggalkan meja makan ini!" Suara berat Kenzo terdengar membuat Viora diam menahan kesal. "Bawa Clara kemari!" Titah Kenzo. Namun sebelum seorang pelayan melaksanakan perintah, Clara tiba dengan menuruni anak-anak tangga, padahal sudah disediakan lift. Clara juga melihat bagaimana mesranya Viora menggelayut manja terhadap pria itu, tentu Clara berasumsi bahwa mereka saling mencintai. Mendengar







