Masuk"Bagaimana hasil tes kesehatannya?" Kenzo bertanya begitu masuk kedalam ruang kerja.
"Dokter mengatakan, Nona Clara dinyatakan sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit apapun!" Jawab Alex sembari memberikan selembar surat hasil tes darah Clara, yang diambil saat gadis itu pingsan sebelum Kenzo menidurinya. Kenzo membacanya dengan teliti, ia cukup lega melihat hasilnya, karena obat sialan itu, Kenzo terlanjur lebih dulu meniduri Clara. Clara dinyatakan sehat dan siap hamil! Umurnya sudah cukup matang dan sempurna untuk melahirkan anaknya. Disisi lain, Clara terbangun dengan kepala yang terasa pusing. Tempat tidur nyaman, sejuk, hangat membuat Clara tertegun. Begitu membuka matanya dengan sempurna, ia mengamati setiap penjuru kamar yang besar dengan hiasannya yang nampak elegan. "Nona Clara!" Pelayan menyapa dengan suara pelan. Clara menoleh, ia baru sadar kalau ada dua pelayan memakai seragam di samping ranjangnya. "Kami pelayan yang ditugaskan untuk melayani kebutuhan nona Clara! Apa butuh sesuatu?" Tanya Nadira. Alih-alih menjawab dirinya butuh apa, yang ada dipikiran Clara justru pergi dari tangan Kenzo. "Aku mau pergi dari sini!" Clara menyibak selimut dan turun dari ranjang. Dia berlari cepat menuju pintu, pelayan begitu panik dan mengejarnya. "Nona! Nona Clara mau kemana?" Nadira segera ikut berlari menyusul. Pintu tidak dikunci, Clara bisa keluar dengan bebas. Padahal tadi pelayan Nadira mengunci pintu dan melepaskan anak kuncinya, dan sekarang masih ada disaku bajunya. Ternyata tadi ulah Viora yang diam-diam mengambil kunci cadangan dari kepala pelayan. Viora yakin setelah sadar, Clara mungkin akan histeris dan memberontak kembali karena menjadi istri kedua untuk melahirkan anak Kenzo. Sesuai dugaannya, ia membuka kunci pintu diam-diam dari luar, beruntung di lorong kamar Clara belum ada penjaga yang datang. “Pergilah yang jauh!” "Nona Clara! Nona Clara!" Nadira dan rekannya terus berteriak memanggil Clara. Sementara Clara tidak tau sampai mana ia berlari menuju jalan keluar, hingga ia menemukan anak tangga dan turun kebawah. "Aku tidak mau menjadi istri kedua dari pria kejam itu! Aku tidak mau! Aku tidak mau mereka memanfaatkanku!" Clara tidak peduli ia tidak memakai sandal, ia hanya perlu berlari dan pergi, itu yang ada dipikirannya! Suara pelayan yang berteriak-teriak memanggil Clara tentu saja membuat situasi rumah menjadi ramai. Para penjaga langsung mengambil tindakan menutup pintu dan menghadang Clara. "Minggir kalian! Aku mau pergi!" Clara membentak. Namun mereka tidak ada yang menyingkir dari hadapannya, mereka juga tidak ada yang berani menangkap Clara karena perintah dari tuan Kenzo yang tidak mengizinkan para penjaga pria menyentuh Clara. Merlin muncul lebih dulu, mendengar keributan di lantai bawah. "Ternyata kau yang membuat keributan!" Merlin mendekati Clara dengan marah. Mumpung tidak ada Kenzo, pria itu sedang keluar tadi. "Biarkan aku pergi!" Tegas Clara. "Berani sekali kau meninggikan suaramu padaku! Aku ini ibunya Kenzo, Nyonya besar dirumah ini! Kau hanya wanita miskin yang dipungut!" Clara mengepalkan tangannya mendengar hinaan Merlin. Dia memang miskin, tapi Clara punya harga diri, dan harga dirinya tidak boleh diinjak-injak oleh orang lain, tidak peduli mereka siapa dan statusnya apa! "Anda pikir aku mau berada disini? Aku tidak pernah menginginkan berada dirumah ini! Aku tidak mau hidup didalam rumah yang penuh orang kejam dan mengerikan!" Clara menimpali. Plak! Plak! Merlin memberikan dua tamparan sekaligus untuk Clara karena sudah berani berbicara lancang. Kenzo mungkin diam untuk membuat gadis malang itu nyaman sementara waktu, tapi tidak dengan Merlin dan Viora yang muncul dengan senyum sinis nya. "Dua tamparan tidak akan cukup untuk membungkam mulut kurang ajar mu yang lancang menghina keluarga Morgantara! Siapa kau berani berkata seperti itu?" Bentak Merlin dengan amarahnya. Clara memegang kedua pipinya yang merah terasa panas karena tamparan Merlin yang keras. Pelayan Nadira segera mendekat, namun Viora menghalanginya. "Berani kau mendekatinya, maka keluar dari sini!" Ancam Viora. Nadira merasa dilema dan gelisah, antara menolong Clara atau perintah Viora. Tapi dia telah ditunjuk oleh Tuan Kenzo untuk menjaga Clara. Kalau membuat kesalahan, pasti Tuan Kenzo tidak akan pernah mengampuninya, hukumannya lebih kejam! Merlin mendekati Clara dan menjambak rambutnya dengan kuat hingga membuat Clara kesakitan. "Apa yang anda lakukan! Lepaskan aku!" Clara ingin membalasnya, tapi Merlin orang tua. Mana mungkin Clara membalas orang yang lebih tua. "Rasakan ini! Kau pantas mendapatkannya!" Murka Merlin semakin kuat menjambak rambut Clara, seakan ingin mencabut semua rambutnya dari kepala. "Ada apa ini?" Tiba-tiba suara Devan terdengar. Pria yang entah dari mana saja, tiba-tiba baru muncul. Devan mendapatkan laporan kalau Clara berusaha kabur. Lalu Merlin menganiayanya. "Nyonya Merlin, tolong lepaskan Nona Clara. Sebentar lagi tuan Kenzo tiba, kalau dia sampai tau, Tuan Kenzo akan marah!" Merlin mencengkram dengan kuat lalu menghempaskan kepala Clara, pelayan dengan sigap menahan Clara yang rambutnya berantakan. Merlin melangkah pergi dengan marah. Tapi dia cukup puas! "Statusmu di rumah ini hanya istri kedua dan alat pencetak anak! Jadi jangan sombong dan lupa status! Kamu tidak setara denganku, aku istri pertama, posisiku jauh lebih tinggi diatas mu! Kenzo hanya milikku!" Setelah mengeluarkan unek-uneknya, Viora pergi begitu saja diikuti satu pelayan kesayangan yang setia dengannya. Nadira sungguh kasihan dengan kondisi Clara dan nasibnya yang tidak baik. "Nona Clara baik-baik saja?" Clara mengangguk kecil. "Aku tidak mau disini! Aku bisa mati hidup dirumah ini!" Meskipun besar, megah, mewah, dengan furniture dan fasilitas lengkap, tapi Clara lebih baik hidup sederhana dan tenang, tidur dengan nyaman dan nyenyak. Tidak ada orang jahat, mengerikan, toxic dan memanfaatkan orang yang lemah. "Nona Clara. Sebaiknya kembali kekamar! Tuan Kenzo akan tiba, apa anda lupa apa yang dikatakan tuan Kenzo sebelum menikah?" Ucap Devan mengingatkan. ["Ada harga yang harus kau bayar jika ingin pergi! Sekali lagi kau memberontak dan lari, maka jangan pernah menyesal kalau tempat kerjamu akan hancur sekarang juga!"] Mengingat ancaman Kenzo membuat nyali Clara menciut, keinginannya yang besar untuk kabur perlahan luruh. "Mari nona!" Clara diam menurut dan mengikuti langkah Nadira menuntunnya kembali ke kamar melewati lift. Beberapa penjaga mengikuti Clara, setelah Clara tidak terlihat, ternyata benar, Kenzo muncul dengan lengkap lebar dan menahan amarah. Disusul Alex yang mengekor di belakang dengan langkap tak kalah cepat. "Dia berusaha kabur!" "Benar tuan! Tapi kondisinya sudah aman! Nona Clara kembali menurut, saya hanya mengingatkannya akan ancaman anda mengenai kedai bunga itu!" Jawab Devan. Meskipun Clara memberontak dan terus ingin pergi, tapi Kenzo yakin Clara lambat laun akan terbiasa dengannya. Ibarat batu terkena tetesan air hujan, lama-lama akan berlubang. Begitu juga hati Clara. "Perketat keamanan di sekitar rumah. Pria yang mengikuti Clara kemarin sore adalah anak buah pamannya! Mereka tidak tau, kalau Clara berada di tangan Kenzo Morgantara!" Kenzo bukanlah pria yang mengikuti Clara sore itu, justru dia yang diam-diam melindungi Clara. Beberapa anak buah Kenzo berjaga dari jauh melindungi Clara, dan mereka melapor bahwa Clara diikuti dan tidak aman. Apalagi kalau sampai tertangkap anak buah pamannya, Clara akan dijual ke tempat mucikari untuk melunasi hutang-hutang pamannya tanpa Clara ketahui. Kenzo membuka pintu dan masuk kamar Clara. "Kalian keluarlah dari sini!" Titah pria itu, setelah pelayan pergi pintu dikunci dari luar. Clara berdiri. Dia menelan salivanya susah payah, melihat sinyal bahaya yang ditunjukkan Kenzo lewat tatapan mata elangnya. "A apa yang kau inginkan?" Clara mundur saat Kenzo mendekat. Sialan tembok yang telah berdiri diam di belakangnya, Clara mulai semakin panik dan gelisah. Kenzo mengikis jarak, tepat didepan Clara hingga bisa merasakan aroma parfum Vanilla yang manis dan membuat siapapun nyaman didekatnya. "Tenagamu cukup banyak! Layani aku dengan baik malam ini!” bisik Kenzo.Clara tentu saja terkejut, dia bukanlah wanita bodoh yang tidak tau benda kecil yang di berikan dokter itu apa, alat tes kehamilan. Apa mungkin dia bisa hamil secepat itu? Hampir setiap malam memang Kenzo mendatanginya, dan Kenzo tidak pernah memakai pengaman dan selalu membuang semua benihnya kedalam rahimnya. Tapi Clara hanya belum siap kalau hamil sekarang, di rumah itu dia hanya dimanfaatkan, setelah anaknya lahir, Clara akan dibebaskan. Bebas? Semakin cepat Clara hamil artinya semakin dekat kebebasannya. Clara bisa lepas dari Kenzo dan keluarga mengerikan itu. Clara mengambil alat kecil itu dengan cepat. "Aku akan mencobanya!" Dia lalu berdiri dan dengan cepat masuk kedalam kamar mandi. Satu bulan memang Clara belum mendapatkan tamu bulanan, terakhir kali saat sebelum dia bertemu Kenzo waktu pria itu diserang sekolompok orang-orang misterius. Devan lalu menatap dokter itu untuk pergi mengikuti Clara. Karena dokter yang lebih tau masalah kehamilan. Clara menunggu sebentar
Clara tersentak kaget mendengar perintah Kenzo yang menginginkan dia untuk menggores telapak tangannya sendiri, atau minta maaf dan menunduk mengakui kesalahannya. Sementara Viora tentu saja tersenyum puas karena merasakan dibela dan disayang oleh Kenzo, dia jadi makin berani untuk membuat kesalahan lagi lain kali. "Aku tidak akan minta maaf dan mengakui kesalahan yang tidak aku lakukan!" Clara masih bersikeras. "Kalau begitu cepat lakukan hukumanmu!" Tegas Kenzo. pria itu yakin Clara akan tunduk dan memohon maaf, tidak mungkin Clara akan menyakiti dirinya sendiri. Namun tebakan Kenzo rupanya salah, Clara berani menantang pria itu. Sampai titik darah terakhir, dia tidak akan mengakui kesalahan yang tidak ia lakukan. Clara memegang pisau dengan benar, kemudian memejamkan matanya dan membukanya lagi, menatap Kenzo sembari menggoreskan pisau kecil itu ke tangannya sesuai keinginan pria kejam itu. "Akkhh!!" Clara memekik kecil menahan rasa sakit. Darah segar keluar, Kenzo menata
Diatas ranjang yang semula rapi, Kenzo mencengkram kedua tangan Clara dengan kuat, tenaganya yang tidak sebanding dengan tenaga kecil Clara yang tidak ada apa-apanya itu tentu saja serasa meremukkan tulang-tulang Clara. Clara berusaha menggeliat sembari menahan sakit, Kenzo begitu kejam tidak pernah menyentuhnya dengan lembut dan pelan. Dia tergesa-gesa menyentuh Clara, seolah membandingkan Clara seorang wanita malam yang haus belaian. Sorot mata pria itu begitu tajam dan gelap, bagian bawah tubuhnya tegak sempurna, mendominasi Clara dan tidak membiarkan wanita dibawah kungkungannya melawan. "Ini hukumanmu!" Sekali hentakkan, pria itu menyentakkan miliknya ke dasar terdalam Clara yang tidak siap menerimanya. Setitik air mata jatuh di sudut mata indah Clara, tubuhnya menggeliat namun Kenzo tidak membiarkannya bergerak. "Lepaskan aku! Kau tidak punya hati! Kau pria yang kejam! Iblis!" Kenzo bergerak seperti kuda yang berpacu cepat, tenaganya yang kuat membuat Clara menyerah dan
Nadira dan Mika berlari keluar, mereka baru sadar kalau didepan kamar tidak ada penjaga. Raut wajah mereka panik, dengan langkah cepat menuruni tangga. Kalau Clara hilang, sudah pasti Tuan Kenzo akan menyalahkan mereka, dan mereka yang dihukum. "Nona! Nona Clara!" Nadira memanggil berharap Clara berkeliaran dilantai bawah, namun sayangnya sosok gadis itu tidak muncul juga. Beberapa pelayan datang mendekat karena penasaran dengan kehebohan yang disebabkan oleh Nadira dan Mika. Tidak ada yang melihat Clara keluar padahal orang sangat banyak didalam rumah. Tentu saja keributan itu terdengar ditelinga tajam Kenzo, pria itu muncul begitu Devan memberinya kabar bahwa Clara kabur. Dengan langkap lebarnya, Kenzo dan Alex keluar dari lift, tidak lama Merlin serta Viora juga muncul dari ruang tengah. Kenzo menatap tajam dua pelayan yang ditugaskan menjaga Clara, "Dasar tidak becus! Apa saja yang kalian lakukan sampai tidak tau kemana perginya?" Bentak Kenzo. Nadira serta Mika menunduk
Gelas kaca itu terbang melayang menuju punggung Clara, tentu pelayan maupun penjaga yang melihatnya terkejut dengan yang dilakukan oleh Viora. "Nona Clara!" Nadira berteriak panik. Bruukk!! Pyaarrrr!!! Gelas kaca tersebut jatuh pecah berserakan dilantai menjadi puing-puing kecil, bersamaan dengan Kenzo dan Clara yang jatuh dilantai dengan posisi Kenzo memeluk tubuh ramping Clara. Clara sendiri tentu saja syok, dia tadi baru akan membalik badan saat Nadira berteriak, namun tiba-tiba Kenzo ada dibelakangnya. Pria itu akan pergi ke grup Morgantara setelah dari ruang kerja dilantai tiga, melihat gelas melayang menuju Clara, Kenzo langsung berlari padahal baru saja keluar dari lift. Instingnya begitu kuat menyadari bahaya disekitarnya. Clara menatap Kenzo dengan hati berdebar, dia tidak menyangka kalau Kenzo akan datang tepat waktu menyelamatkannya. "Kau... baik-baik saja?" Masih dilantai, Clara sempat menanyakan kondisi Kenzo. Kenzo bangun, lalu menuntun Clara untuk berdiri t
Para pelayan saling menatap dan menggeleng. Sementara Viora dan Merlin kesal karena justru yang Kenzo cari Clara! Viora mencebikkan bibirnya dengan kesal, padahal ada dia disamping Kenzo, tapi pria itu justru mencari istru baru itu! Viora tidak ingin satu meja makan dengan Clara, selain cantik dan masih muda, Clara juga hanyalah wanita biasa yang polos dan dibawa Kenzo dengan paksa. Dia takut posisinya terancam! "Istri kedua itu duduk disini juga? Untuk apa sih? Dia itu tidak pantas duduk disini!" Protes Viora. Kenzo melepaskan tangan Viora lalu duduk di kursinya. "Bagi yang tidak suka, tinggalkan meja makan ini!" Suara berat Kenzo terdengar membuat Viora diam menahan kesal. "Bawa Clara kemari!" Titah Kenzo. Namun sebelum seorang pelayan melaksanakan perintah, Clara tiba dengan menuruni anak-anak tangga, padahal sudah disediakan lift. Clara juga melihat bagaimana mesranya Viora menggelayut manja terhadap pria itu, tentu Clara berasumsi bahwa mereka saling mencintai. Mendengar







