Share

Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam
Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam
Author: Zia Cherry

Part 1 - Nona Muda yang Dijual

“Dengar, Minna, kamu akan menikah dengan Pak Killian Ravimore untuk menjadi istri kelimanya.”

Deg.

Wajahku sontak tertunduk dalam. Jantungku mulai berdetak tak beraturan. Mati-matian aku menahan napasku yang terengah agar mereka tidak menyadarinya.

Tidak, aku tidak boleh meledak di sini. Aku harus bisa menahannya. 

“Astaga! Ibu! Yang benar saja!!” Lilly, adik tiriku, berteriak histeris. Kulihat air mata langsung menggenangi pelupuk matanya yang indah. “Bu, Ibu pasti bercanda kan?!” 

Air mata mulai mengalir di kedua pipi adik tiriku itu.

Ah, ia terlihat seperti malaikat yang tengah putus asa. Seakan titah pernikahan ini ditujukan kepadanya, bukan kepadaku.

“Hah.” Di kursi yang lain, sosok kakak tiriku bersidekap sambil tersenyum mengejek. “Anak sepertimu memang cocok jadi istri kelima.” 

Kak Jasmine berujar sinis kepadaku, seperti biasa.

“Kak Jasmine!” hardik Lilly kepada sang kakak, lalu ia kembali menoleh kepada ibunya. “Ibu, tolong pikirkan lagi. Rumor tentang Pak Killian dan istri-istrinya itu sangat menyeramkan! Bahkan katanya ada yang sampai meninggal di dua bulan pertama pernikahan mereka! Bagaimana kalau Kak Minna juga terluka?”

“Cukup, Lilly,” tegur Ibu sambil mengibaskan tangannya. Ia bangkit berdiri, berjalan ke jendela, seakan tengah memikirkan sesuatu. Wajahnya tampak serius. “Pernikahan ini sangat penting.”

Aku mendengus dalam hati. Tentu saja pernikahan ini sangat penting. Tanpa pernikahan ini, rumah dan seluruh aset kami akan ditarik oleh bank karena terlilit utang yang menggunung sampai langit.

Setelah kematian ayahku, harta yang sudah dikumpulkan oleh orang tuaku selama bertahun-tahun habis dalam sekedipan mata. Bahkan kami mulai memiliki utang di mana-mana.

Sekarang, demi membayar semua utang-utang dan mencari dana pemasukan baru, keluarga parasit ini menjualku.

Jelas mereka tidak peduli apakah aku akan diceraikan atau bahkan tewas mengenaskan.

“Lagi pula itu cuma rumor belaka,” tambah ibu tiriku kepada Lilly, bukan kepadaku.

Memang aku hanya seperti boneka tanpa jiwa saja di sini.

“Ibu! Tapi–”

“Ssst. Berhenti, Lilly! Kita harusnya bersyukur karena orang seperti Pak Killian yang terhormat itu mau menikahi gadis menjijikan seperti Minna.” Kak Jasmine menatapku seakan aku adalah seongok sampah. “Padahal mungkin, dia lebih cocok dijadikan pelayan di rumah megah mereka.”

Sialan, rasanya ingin kutinju hidung penuh fillernya itu sampai bengkok!

Tapi hal itu hanya akan membuatku dipukuli habis-habisan.

“Jadi, Minna Rossa.” Ibu kali ini berkata padaku. Tatapannya seakan bisa mengiris tipis-tipis tubuhku menjadi beberapa bagian. “Jangan buat masalah. Pernikahan ini harus berjalan dengan sempurna.” 

Ibu menekankan setiap kata-katanya dengan serius.

“TIDAK!” Lilly masih menangis histeris. Gadis itu tampak tidak ingin mengorbankan diriku. Tapi, aku tahu, usahanya akan sia-sia saja. “Kak Minna, tolong katakan sesuatu! Kakak juga nggak mau kan menikah dengan Pak Killian!”

Aku ingin meminta Lilly berhenti menangis. Karena itu sama sekali tidak membantu. Tidak peduli seberapa banyak ia meneteskan air mata, keputusan Ibu takkan pernah berubah. Aku harus menjadi tumbal demi kehidupan mereka yang nyaman.

“Kak Minna! Katakan kalau Kakak juga keberatan!”

Lalu apa? Satu kata saja, maka aku akan dikunci di ruangan dan tidak diberi makan selama berhari-hari.

Mengabaikan rengekan Lilly, Ibu kembali menatapku dan berkata, “Sekarang masuk ke kamarmu. Besok kita akan fitting gaun pengantin.”

Besok?

“Ibu! Tolong pikirkan kembali!” Lilly masih berusaha membujuk dengan air matanya.

Tahan. Aku harus menahannya. Sebentar lagi, semua ini akan berakhir.

Toh, lebih cepat keluar dari sini lebih baik.

Di mana pun akan lebih baik daripada di sini.

Dengan menundukkan kepala, aku mengangguk pelan. 

“Baik, Bu,” ucapku, kalu keluar dari ruangan itu.

Sesaat sebelum pintu di belakang punggungku tertutup, aku bisa mendengar suara tawa Ibu dan Kak Jasmine yang menggelegar puas. Sepertinya mereka sangat bahagia karena bisa kembali memanfaatkan hidupku hingga titik darah penghabisan.

Kuembuskan napas perlahan. Bersamaan dengan itu, air mataku mengalir.

Akhirnya … sebuah kesempatan untuk keluar dari rumah ini.

“Nona Minna!” 

Aku menoleh ke sumber suara. Ralla, satu-satunya orang yang masih berpihak kepadaku di rumah itu sekaligus asisten rumah tangga yang rela tidak mendapat gaji selama beberapa waktu karena utang-utang keluarga kami tampak berlari tergesa ke arahku. 

“Ka … kabar pernikahan Nona…” Gadis itu tergagap sambil berderai air mata. “Apa itu benar?”

Aku mengangguk. “Iya, Ralla.”

Gadis itu langsung memelukku. “Nonaku yang malang…” tangisnya sedih.

Melihat ketulusannya membuat dadaku nyeri. Sudah lama aku tidak menerima kehangatan seperti itu.

Di rumah ini, hanya tersisa dua asisten rumah tangga. Martha, tangan kanan ibu tiriku, dan Ralla. Sedangkan pembantu yang lain sudah hengkang kaki satu per satu sejak kematian ayah.

“Mereka bilang orang itu sangat menyeramkan. Dia juga tua bangka yang sudah menikah berkali-kali. Bagaimana mungkin Nyonya setuju menikahkan Nona dengan orang sejahat itu?” Ralla kembali berkata, membuat hatiku makin sakit.

Aku bersumpah, jika semuanya membaik, hal pertama yang akan kulakukan adalah menyelamatkan Ralla dari rumah ini.

“Bahkan katanya dia membunuh salah satu istrinya juga, Nona….”

Pelukan Ralla terasa semakin erat, membuatku mulai kesulitan bernapas. Namun entah mengapa aku tidak ingin melepaskannya.

“Tapi Nona Minna tenang saja. Saya akan melakukan apa pun untuk selamatkan Nona dan menggagalkan pernikahan ini!”

“HEH!” Aku melepaskan pelukannya dengan wajah panik. 

Apa sebenarnya yang sedang dia katakan?!

“Nona… Saya sungguh-sungguh. Nona bisa menggunakan saya. Asalkan pernikahan ini batal, saya akan melakukan apapun!”

Pletak. Aku menyentil kening gadis itu.

“Jangan macam-macam, Ralla. Pernikahan ini harus terjadi!”

Gadis itu tampak terkejut. “Ta-tapi, Nona.…”

“Lihat aku, Ralla! Apa aku kelihatan seperti orang yang putus asa?!” Aku menatap tajam kedua mata gadis polos itu. “Aku justru sangat bahagia karena pernikahan ini! Cuma ini satu-satunya cara supaya aku bisa keluar dari rumah terkutuk ini. Jadi jangan hancurkan rencanaku.”

Susah payah aku menyembunyikan senyum bahagiaku di hadapan mereka, sekarang bisa-bisanya Ralla yang justru akan menghancurkan impian terbesarku saat ini!

“Aku benar-benar mengharapkan pernikahan ini, Ralla.” Aku mengulangi ucapanku.

“Ta-tapi, Nona … Nona akan jadi istri kelima!”

“Apa itu masalah? Itu jauh lebih baik dari pada organ tubuhku dijual mereka!”

“Orang itu juga katanya jahat!”

“Jadi aku tinggal menghindari dia dan jangan buat masalah aja, kan? Dan kamu lupa sejahat apa Ibu dan Kak Jasmine?”

“Tapi dia jauh lebih tua dari Nona!”

“Tapi dia kaya, Ralla! Kekayaannya bahkan nggak akan habis selama 7 turunan!”

“Nona! Nona mau menggadaikan hidup Nona demi harta?”

Itu pertanyaan klise yang menohok. Manusia memiliki insting untuk menjunjung harga diri mereka. Namun, mengingat hidupku yang jauh lebih buruk sebagai Cinderella di rumah ini, kurasa menunggu pangeran itu adalah keputusan yang bodoh. Yang ada aku sudah mati saat pangeran itu datang.

Di hadapan Ralla, satu-satunya orang yang kupercayai, senyumku mengembang begitu lebar. 

“Ya,” jawabku tulus. “Tentu saja!”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status