"Rumor tentang Pak Killian dan istri-istrinya itu sangat menyeramkan! Bahkan katanya ada yang sampai meninggal di dua bulan pertama pernikahan mereka!" Normalnya, orang-orang akan kabur jika harus mendampingi Killian Ravimore karena pria itu terkenal kejam dan tanpa perasaan, dengan empat istri yang sudah kabur karena perlakuannya. Namun, tidak bagi Minna Rossa, gadis yang terpaksa menjadi pembantu di rumahnya sendiri setelah ayahnya meninggal, diperbudak oleh ibu serta saudara tirinya seperti sosok Cinderella. Jelas aja Minna tidak akan melepaskan kesempatan untuk keluar dari penyiksaan keluarga tirinya. Bagi gadis itu, tidak ada yang lebih parah dibandingkan harus menghadapi hari-hari penuh siksaan dari keluarga tirinya. Akan tetapi, itu sebelum ia bertemu dengan Killian, pria tegap berwajah dingin yang meninggalkannya di altar setelah mengucap janji suci hanya demi menghadiri rapat! Ternyata ujian Minna belum berakhir. Ada tantangan lain yang harus ia hadapi, dan tantangan itu bernama Killian Ravimore!
View More“Cara menaburkan bubuk cabai diam-diam ke mulut atasan.”Deg.Aku langsung memasukkan ponsel Windi yang tertinggal di ruang staf. Setelah memastikan tidak ada siapa pun di sana, buru-buru aku menghapus riwayat pencarian yang baru saja kubaca dari ponselnya.Atasan siapa yang dia maksud? Apakah itu Kak Ronan? Atau…Astaga, membayangkannya saja sudah membuatku merinding.“Minna, bisa bantu serve table 3?”“Ya!” jawabku dari ruang staf sebelum berlari menuju area kasir. Salah satu rekan seniorku sudah menanti dengan baki berisi dua burger, tiga gelas kopi, dan sepiring kentang goreng.“Table 3,” katanya, sekali lagi. Padahal aku juga bisa melihatnya dari nota pesanan yang tersemat di bawah salah satu gelas kopi. “Trims, Minna.”Aku tersenyum dan mengangguk sebelum membawa pesanan itu ke lantai dua.Di kejauhan, aku bisa melihat Windi yang tengah berbicara dengan seorang gadis kecil di depan rak buku anak-anak, sedangkan Arlo sibuk meracik kopi untuk sepasang kekasih yang mengenakan pakai
“Ehm.” Dokter Fabian berdeham beberapa kali di hadapanku. “Mohon maaf, Nona Minna, tapi… yang tadi itu… cukup… mm… berbahaya…” katanya, sambil mengusap tengkuk dengan kikuk.Tanganku terlipat di dada, wajahku berpaling ke sembarang arah, tapi aku bisa merasakan semburat panas menjalar di kedua pipiku.“Sa… saya mengerti kalau Nona marah, tapi tolong… jangan pukul bagian… i…itu.”Argh, gila!Apa tidak bisa dia berhenti bicara saja?! Kepalaku benar-benar terasa akan meledak karena malu!“Itu pasti sangat menyakitkan.” Jeremy bergumam serius.“Pukulannya keras.” Arlo menjawab, dengan wajah yang jauh lebih serius lagi.Entah sadar atau tidak, ia merapatkan kakinya, meletakkan tangan di depan celana, seakan melindungi sesuatu yang berharga.Aku ternganga tak percaya. Aku benar-benar ingin melemparkan mereka keluar apartment sekarang juga!Dan lagi pula, andai ia tidak mengejutkanku, aku tidak mungkin refleks memukul pria itu di sana! Harusnya ia ikut bertanggung jawab menanggung malu!“Ka…
“APA KALIAN SUDAH GILA?! BUKA PINTUNYA SEKARANG JUGA!”“Dokter Fabian, kami tidak memiliki kuncinya.”“APA KALIAN MENCOBA MENIPUKU?! BRENGSEK! BUKA SEKARANG JUGA!”Duk! Duk!“PAK KILLIAN, BUKA PINTUNYA! ANDA TIDAK BOLEH MENYAKITI NONA MINNA! PAK KILLIAN!”“Apa?! Nona Minna ada di dalam?! Bagaimana bisa?! Windi, apa sebenarnya yang terjadi?! Kenapa Nona Minna bisa ada di dalam lagi?!”“NONA MINNA?! NONA BISA MENDENGAR SAYA?! NONA, KATAKAN SESUATU!”“Percuma. Ruangan ini adalah ruangan nonlinier. Kita tidak akan bisa mendengar apapun yang terjadi di dalam sana.”“Apa? Tapi mereka pasti bisa mendengar suara dari luar bukan?!”“Ya.”“NONA MINNA, INI SAYA ARLO, TENANGLAH, SAYA AKAN MENGELUARKAN NONA DARI SAJA! PAK JOACHIM, APA TIDAK ADA KUNCI CADANGAN UNTUK RUANGAN INI?”“Ada. Di mansion.”“APA KALIAN SUDAH GILA?!”“PAK KILLIAN TOLONG JANGAN SAKITI NONA MINNA! ANDA BENAR-BENAR AKAN MENYESALINYA! PAK KILLIAN!”“Sebaiknya kita lapor polisi!”“APA?!”Bruk.Susah payah aku mendorong tubuh besa
Aku duduk dengan tatapan kosong.Gerakan tangan Dokter Fabian menari perlahan, mengikat luka di pelipisku dengan benang teramat tipis, menyatukan pecahan kulit yang terbuka.Meski sudah mendapatkan suntikan obat bius, tapi aku masih tetap bisa merasakan setiap kali jarum tajam itu menembus kulitku.Karena keributan di ruang pria itu, Joachim bahkan sampai terbangun dari istirahatnya yang berharga. Ia terlihat begitu payah. Wajahnya pucat, dan tampak amat lemah. Tubuhnya masih menggigil pelan di balik selimut yang ia gunakan.“Maaf Nona.” Arlo tertunduk, rasa bersalah terlukis jelas di wajahnya. “Harusnya kami tidak membawa Nona ke tempat ini.”Ini bukan salahnya.Ia tidak memiliki pilihan untuk menolak.Dan lagi pula, meski mereka melarangku, aku akan tetap datang.“Dokter, apa sebaiknya kita bawa ke rumah sakit? Lukanya cukup dalam.” Windi yang sejak tadi menggenggam tanganku, meringis pelan. Seakan ia lah yang menerima jahitan itu.Ekspresi bagai pendosa tidak hanya terukir di wajah
“Nona Minna, tolong.”Itu adalah pertama kalinya aku mendengar suara Hugo seputus asa itu. Rasanya mustahil mengingat betapa menyeramkan sosok Hugo yang selalu berdiri tegak melindungi pria itu. Namun sekarang, dalam sambungan telepon yang singkat, Hugo berbicara seakan kehilangan seluruh harapannya.Dengan kecepatan penuh, Arlo membawa kami ke sebuah area perkantoran yang ternyata hanya membutuhkan waktu 30 menit dari The Oak Tree. Lalu ia bergegas membawaku dan Windi ke lift khusus, menempelkan kartu akses ke pintu lift, lalu menekan tombol kedua dari yang teratas.Bukankah keadaannya gawat?Tapi mengapa ia membawaku ke gedung perkantoran, bukan ke rumah sakit?Apa yang sebenarnya sedang terjadi?“Nona?” Windi masih merangkul pundakku. “Tenanglah, Nona…”Aku mengerjap. Sepertinya tanpa sadar sejak tadi tubuhku gemetar hebat. Tangan-tanganku membeku sedingin es, dan kepalaku penuh oleh hal-hal tidak masuk akal yang menakutkan.“Pak Killian pasti akan baik-baik saja.” Kata-katanya sam
“Anda harus tidur.”“Berikan berkas perjanjiannya.”Saat berkas itu diserahkan, aku mendongak, sejak kapan ia menggantikan tugas Joachim sebagai sekretaris.“Joachim sakit.” Fabian berbicara tanpa ekspresi, saat aku mencari Joachim di dalam kantor. “Dan, kalau bisa saya tambahkan, semua sekretaris Anda jatuh sakit.”“Manusia lemah.”Helaan napas Fabian terdengar gusar. “Kalau terus begini, Anda juga akan sakit. Anda sudah tidak tidur selama berhari-hari.”“Berhenti bicara omong kosong. Urus saja pekerjaanmu.”“Dan pekerjaan saya adalah mengurusi kesehatan Anda, Pak Killian.”Saat-saat seperti ini, aku sangat ingin menyingkirkannya.Pria itu tidak berbicara lagi. Tapi matanya menatap cangkir-cangkir kopi yang kosong dan lusinan puntung rokok di atas meja.Brak.Ia berjalan ke pintu, membuka lebar-lebar pintu itu.Remy langsung berjalan mendekat.“Alarm kebakaran akan berbunyi karena asap-asap rokok ini,” jelas Fabian kepada Remy. Yang tentu saja itu hal yang sangat berlebihan.“Hatchi!
“Nona Minna?”Panggilan Windi membuat tatapan kosongku berpaling.Wajah gadis itu tebungkus senyum tipis yang tak menyentuh sudut matanya.“Nona bisa istirahat hari ini,” gumamnya pelan. “Saya sudah meminta izin kepada Pak Ronan.”“Aku baik-baik saja, Windi.”Lagi-lagi gadis itu tak mau melihat mataku, tapi aku bisa melihat bagaimana ia meremas rok cokelat yang ia kenakan.“Nona…” bisiknya lebih pelan. “Mengenai rencana penjualan apartment ini…”Kata-kata itu sedikit mengejutkan. Aku memang berniat menjual apartment ini saat semuanya berakhir. Karena menurut Windi, mustahil mengembalikan apa yang sudah diberikan keluarga Ravimore.Namun, saat mendengar gagasan itu, Windi lah yang menentang keras. Menurutnya, ini adalah tempat tinggal terbaik untukku.“Sudahlah, aku tidak akan—”“Saya akan membantu berbicara ke Bu Erika.”Apa?Bukankah ia yang menentangku sebelumnya.“Saya dan Arlo juga akan membantu Nona mencari rumah lain yang lebih nyaman untuk Nona.”Getar di suara gadis itu membua
Waktu terus berjalan.Kini tepat 7 hari sejak aku mendapatkan kabar itu melalui Windi dan Arlo. Dan selama itu pula, tidak ada kabar lain yang datang.Entah itu suatu hal yang baik atau tidak.Namun, setiap hari, rasanya seperti sedang menunggu hukuman mati. Kecemasan menguar di udara, menyatu di dalam setiap desah napas kami.Setiap ketukan yang muncul dari balik pintu, dan dering ponsel yang terdengar membuat tingkat kecemasanku bertambah semakin tinggi. Dan kurasa, baik Windi maupun Arlo merasakan hal yang sama.Tapi ada satu hal yang patut kusyukuri, meski awalnya begitu keras menentang, akhirnya Windi dan Arlo membiarkanku bekerja. Toh, walau bagaimana pun kami akan berpisah. Aku harus bisa hidup di atas kedua kakiku sendiri saat semuanya benar-benar berakhir.Dan kafe Kak Ronan adalah pilihan terbaik.Mungkin karena terbawa euphoria saat pertama kali bertemu dengannya, aku sama sekali tidak menyadari Kak Ronan menggunakan apron berwarna hijau tua di atas kemeja kremnya. Ia adala
Tanpa pikir panjang, aku langsung melompat keluar dari mobil Kak Ronan. Dan meski sudah meminta Kak Ronan pergi dari tempat itu, ia tetap mengikutiku keluar dari mobil sambil berkali-kali meneriaki namaku.Aku melirik ke belakang, memintanya pergi dengan tatapan putus asa. Namun, meski aku tau aku harus menjelaskan sesuatu kepadanya, aku tidak memiliki waktu.Lapangan parkir yang tidak sebesar halaman rumah keluarga Ravimore itu mendadak begitu lenggang. Hingga napasku mulai terengah menghampiri mobil yang terparkir beberapa ratus meter dari tempat Kak Ronan memarkirkan mobilnya.Selama beberapa saat Hugo tampak berbicara dengan seseorang di dalam mobil, sebelum kembali menutup pintunya lagi.“HUGO!”Ia melirikku sekilas, mengangguk dalam satu kedipan mata, lalu menyelinap masuk ke mobil.“Tunggu!”Tepat sebelum aku berhasil menggapai mereka, mobil itu melaju begitu saja, meninggalkanku yang ternganga tak percaya.“Minna!”Tangkapan tangan Kak Ronan di lenganku tepat waktu. Karena jik
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.