Home / Romansa / Menjadi Istri Keponakan sang Mantan / Bab 39 : Kedatangan Orang Baru

Share

Bab 39 : Kedatangan Orang Baru

Author: Vanilla_Nilla
last update Last Updated: 2025-03-04 22:34:38

"Kau tidak perlu melakukannya."

Sophia langsung menegakkan tubuhnya, seolah tarikan gravitasi yang sebelumnya menahannya hilang begitu saja. Napasnya tercekat, matanya melebar saat mengenali sosok pria yang baru saja berbicara.

Pria itu adalah Daniel.

Ia berdiri di ambang pintu, mengenakan tuxedo yang rapi dengan kemeja putih bersih di baliknya. Cahaya lampu mengguratkan kilau di rambut hitamnya yang tertata sempurna. Sorot matanya tajam, saat ia melangkah mendekati mereka.

Melihat itu, Anne menegang. "T-Tuan Daniel …" gumamnya, segera menundukkan kepala, ekspresi angkuhnya menghilang seketika. Ia tidak menyangka bahwa Daniel masih ada di mansion. Ia pikir semua orang sudah pergi ke hotel untuk perayaan ulang tahun Williams.

Tepat sudah berada di dekat mereka, Daniel menghentikan langkahnya, tatapannya menusuk langsung ke arah Anne. "Apa kau tidak bisa menjaga sikapmu?"

Anne menelan ludah. Ia bisa merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. Bahkan untuk menatap mata taj
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 40 : Masa Lalu yang Kembali

    Sosok wanita bertubuh langsing melangkah dengan anggun menuju di mana tempat William dan keluarganya sedang berada. Semua orang menatap kagum ke arah wanita itu, penampilannya malam ini begitu mempesona. Rambut pirangnya disanggul rapi, beberapa helai dibiarkan jatuh di sekitar wajahnya. Gaun merah yang membalut tubuhnya begitu sempurna, mengikuti setiap lekuk tubuhnya tanpa berlebihan. Sementara leher jenjangnya dihiasi kalung berlian yang berkilau setiap kali ia bergerak. Wanita itu melangkah dengan percaya diri. Sepatu hak tinggi yang berkilauan muncul sesekali dari balik gaunnya, menyempurnakan keseluruhan penampilannya yang membuat semua mata enggan berpaling. Wanita itu adalah Laura James, putri sulung James, seorang pengusaha ternama di kota ini. Namun, bukan hanya status keluarganya yang membuat namanya dikenal, tetapi juga hubungannya dengan seseorang di ruangan ini. Mantan kekasih Daniel. Lebih tepatnya, cinta pertama Daniel. Daniel berdiri mematung, matanya

    Last Updated : 2025-03-05
  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 41 : Kebimbangan Daniel

    Daniel dan Laura berdiri berhadapan di sebuah ruangan yang sepi. Suara bising dari pesta ulang tahun William terasa jauh, seakan hanya ada mereka berdua di dunia ini. Laura menggigit bibirnya, matanya menatap Daniel dengan ragu. "Daniel … aku minta maaf." "Untuk apa?" "Aku tahu aku salah telah meninggalkanmu dulu." Sebuah senyum sinis terukir di wajah Daniel. "Lima tahun kau pergi tanpa kabar, dan sekarang kau kembali hanya dengan maaf?" Laura mengepalkan tangannya, ia tahu ia salah karena telah meninggalkan Daniel begitu saja. "Aku pergi bukan tanpa alasan, Daniel. Aku harus melakukannya." Daniel menatapnya tajam. "Harus? Kenapa? Apa karena ada pria lain?" Laura cepat-cepat menggeleng. "Bukan. Bukan seperti itu." Ia mengalihkan pandangannya, berusaha meredam gejolak dalam dadanya. Lalu, dengan suara yang hampir bergetar, Laura berkata, "Aku mengidap penyakit jantung bawaan sejak kecil, Daniel." Daniel terdiam. "Saat itu dokter memberitahuku bahwa usiaku mungkin

    Last Updated : 2025-03-05
  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 42 : Hati yang Ragu

    Daniel mengernyit, rasa gelisah tiba-tiba menyelinap ke dalam hatinya. Entah kenapa, melihat punggung Sophia yang menghilang di balik pintu membuat dadanya terasa sesak. "Lepaskan, Laura," ucapnya tiba-tiba. Laura yang masih memeluknya dari belakang sedikit tersentak. "Daniel?" "Aku bilang, lepaskan." Kali ini suara Daniel terdengar lebih tegas. Laura terdiam sejenak, sebelum akhirnya perlahan melonggarkan pelukannya. Sementara itu, Daniel segera berbalik, menatap Laura beberapa detik sebelum akhirnya ia berkata kembali, "Kau bilang aku masih mencintaimu, tapi sejujurnya aku bahkan tak tahu apa yang kurasakan sekarang." Daniel mengusap wajahnya kasar, berusaha mencoba menahan sesak yang ada di dalam dadanya, ia menghela napas berat, kemudian berkata lagi, "Lima tahun bukan waktu yang singkat, Laura. Aku sudah terlalu lama belajar hidup tanpamu." Sepasang mata Laura berkaca-kaca, bibirnya bergetar. Namun, ia mencoba untuk berkata meski terasa sesak. "Jadi … maksudmu?" "A

    Last Updated : 2025-03-07
  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 43 : Kesetiaan yang Palsu

    Ruangan terasa lebih dingin saat langkah David mendekat. Seolah kehadirannya membawa sesuatu yang menekan dada, membuat udara semakin sulit dihirup. Ia akhirnya berhenti tepat di samping Sophia. Tatapannya tenang, tetapi ada sesuatu di balik senyum tipisnya yang membuat bulu kuduk berdiri. "Kau menghilang dari pesta Kakek cukup lama," suaranya terdengar ramah. Namun, justru itulah yang membuat Sophia semakin waspada. "Aku mencarimu." Jemari Sophia mengepal di sisi gaunnya, berusaha menenangkan debar jantung yang tiba-tiba menggila. "Aku hanya … butuh udara segar," jawabnya. David mengangkat satu alis sebelum melirik sekilas ke arah pria yang berdiri di samping istrinya. "Dan kau memilih mencari udara segar bersama pamanku?" Daniel, yang sejak tadi diam, akhirnya membuka suara. "Kami tidak sengaja bertemu di sini," katanya singkat, nada suaranya tetap tenang meski matanya menatap David lekat. David mengangguk pelan. "Bagus kalau begitu, Paman. Karena seharusnya dia ada bers

    Last Updated : 2025-03-08
  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 44 : Merasa Terasingkan

    "Sudah lama aku tidak melangkahkan kakiku di mansion ini," ucap Laura, matanya menyapu setiap sudut koridor yang terasa begitu familiar, meski bertahun-tahun telah berlalu. Hari ini, ia sedang bersama Anne. Mereka berdua menelusuri koridor mansion Williams, Laura terus mengamati interiornya dengan saksama. Meski sudah bertahun lamanya ia tak melangkahkan kaki di sini, semuanya masih sama seperti dulu. Sementara itu, Anne merasa senang akhirnya Laura sudah kembali lagi. "Aku tidak menyangka kau benar-benar sudah kembali," ujarnya pelan, menoleh ke arah Laura yang masih larut dalam pengamatannya. Laura tersenyum tipis, jemarinya menyentuh ukiran di tiang kayu yang berdiri kokoh di sudut ruangan. "Aku juga tidak menyangka." Anne memperhatikannya dengan saksama. Sejak tadi, ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi entah mengapa, ia ragu. "Setelah sekian lama, kau masih mengingat tempat ini dengan baik." Anne akhirnya bersuara lagi, berusaha mencairkan suasana. Laura tidak

    Last Updated : 2025-03-09
  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 45 : Sepotong Kenangan

    "Maaf, aku tidak sengaja ..." Sophia menundukkan kepalanya, suaranya lirih nyaris tenggelam dalam keheningan yang menyesakkan. Namun, alih-alih mereda, suasana justru semakin tegang. Ia bisa merasakan tatapan tajam yang mengarah padanya, seolah kesalahan kecil ini adalah dosa besar yang tidak terampuni. Tanpa sadar, hatinya berharap—mengharapkan seseorang membelanya, atau setidaknya mengatakan bahwa ini bukan masalah besar. Tapi tidak ada satu pun suara yang terdengar. Semua orang hanya diam membeku di tempatnya. Lalu, suara Anne tiba-tiba terdengar keras di ruangan yang mendadak hening. "Astaga, Sophia! Apa yang kau lakukan?" Tatapan tajamnya menusuk langsung ke arah Sophia. "Kau tahu gelas kristal itu adalah kesayangan Tuan William, bukan? Itu pemberian almarhum istrinya! Bagaimana mungkin kau bisa seceroboh ini?" Deg. Jantung Sophia seolah mencelos. Ia menoleh ke arah William yang masih diam, menatap pecahan gelas di lantai dengan ekspresi sedih. Semua orang ta

    Last Updated : 2025-03-09
  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 46 : Sebagai Alat

    Ruang kamar William masih terasa sunyi, hanya suara detak jam di dinding yang terdengar samar. William meneguk air terakhir dari gelasnya, lalu meletakkannya di meja dengan sedikit lebih keras dari biasanya. "Pergilah, aku ingin sendiri dulu," ucapnya tegas. Suara itu menusuk hati Sophia lebih dalam dari yang ia bayangkan. Jemarinya mengepal, menahan dorongan untuk meminta maaf sekali lagi. Namun, tatapan dingin William membuatnya tahu bahwa apa pun yang dikatakannya sekarang tak akan mengubah keadaan. Ia menundukkan kepala, menatap lantai yang terasa begitu dingin di bawah kakinya. Udara di ruangan seolah semakin berat, menekan dadanya hingga terasa sesak. Ia tahu kesalahannya besar. Sangat besar. Gelas itu bukan sekadar barang, melainkan kenangan yang berharga bagi William—satu-satunya peninggalan dari almarhum istrinya. Dan kini, karena kecerobohannya, benda itu telah hancur berkeping-keping. Menelan ludah dengan susah payah, Sophia melangkah mundur perlahan. "Baik, Kake

    Last Updated : 2025-03-10
  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 47 : Kehadiran Daniel

    Pakaian yang Sophia kenakan saat ini sama sekali tidak membantunya untuk merasa lebih nyaman. Gaun malam selutut berwarna merah marun yang diberikan David memang elegan, tapi terlalu terbuka untuk seleranya. Potongan deep V-neck di bagian dada membuat kulitnya lebih banyak terekspos, dan meskipun lengan gaunnya panjang, belahan tinggi di bagian rok gaun itu membuatnya merasa terlalu terekspos. Sejak awal ia enggan mengenakan pakaian ini, tapi David bersikeras, mengatakan bahwa tampilan yang menawan akan memberi kesan lebih baik kepada klien mereka. "Silakan duduk." David mempersilakan dengan gestur tangan. Mereka semua duduk di kursi, mengelilingi meja panjang yang sudah disiapkan untuk pertemuan ini. Segelas anggur merah diletakkan di hadapan mereka, sementara seorang pelayan berdiri di sudut ruangan. "Jadi, bagaimana rencana Anda untuk proyek di perbukitan barat?" tanya Mr. Choi, mulai memasuki pembicaraan bisnis. David menyandarkan punggungnya ke kursi dengan percaya diri

    Last Updated : 2025-03-11

Latest chapter

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 101 : Kekacauan William

    Langkah kaki William terdengar pelan namun berat saat ia keluar dari ruang rumah sakit. Pundaknya sedikit membungkuk, dan tongkat yang biasa ia genggam dengan tenang kini terasa seperti beban tambahan yang tak bisa ia lepaskan. Lewis, ketua pelayan setia yang sejak dulu menemani kehidupan keluarga Williams, menyambutnya dengan sorot mata penuh tanya. "Tuan, bagaimana dengan keadaan Nyonya Sophia?" tanyanya hati-hati, menjaga nada suaranya agar tak terdengar terlalu mendesak. Namun William hanya menggeleng pelan. Tak sepatah kata pun keluar selain bisikan lirih, "Kita kembali saja ke mansion." "Baik, Tuan," jawab Lewis dengan anggukan sopan sebelum ia berjalan cepat ke arah mobil, membuka pintu belakang dan membantu William masuk dengan penuh kehati-hatian. Mobil melaju pelan meninggalkan gedung rumah sakit, membawa keheningan yang begitu pekat di dalam kabin. William menatap kosong ke luar jendela, menyaksikan lampu-lampu kota yang lewat bagai bayangan tak bermakna. Namun pi

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 100 : Kenyataan Pahit

    Kelopak mata Sophia bergerak perlahan, seakan berusaha keluar dari kegelapan yang menyelimutinya. Napasnya masih lemah saat akhirnya matanya terbuka lebar. Pandangannya kabur sesaat sebelum akhirnya menangkap sosok yang duduk di samping ranjangnya. "Daniel ...," gumamnya lemah. Mendengar namanya dipanggil, Daniel yang sejak tadi tenggelam dalam pikirannya langsung tersentak. Dengan cepat, ia menghapus air mata yang sempat jatuh di pipinya. Ia tak ingin Sophia melihatnya dalam keadaan seperti ini. "Kau sudah bangun," suaranya terdengar serak, tapi ia tetap berusaha terdengar tenang. Sophia mengerjapkan matanya, mencoba memahami apa yang terjadi. Namun, ada sesuatu yang aneh. Daniel tampak berbeda. Wajahnya pucat, matanya memerah seolah telah menahan tangis terlalu lama. "Kenapa kamu menangis?" Ini pertama kalinya Sophia melihat Daniel dalam keadaan seperti ini—terlihat begitu hancur, begitu rapuh. Daniel menggeleng pelan. "Tidak apa-apa," jawabnya, meski jelas sekali itu bohong.

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 99 : Kepingan Hati

    "Tidak mungkin ... Ini semua tidak mungkin ...." Mata David menatap kosong ke lantai rumah sakit, sementara pikirannya berputar tak karuan. Ia tidak pernah menginginkan kehamilan Sophia sejak awal. Ia menolak dengan keras, menuduh anak itu bukan miliknya. Tapi seiring waktu, perlahan ia mulai menerimanya—terutama setelah William menjanjikan saham sebagai bagian dari tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Namun sekarang, semuanya sia-sia. David mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Rencana yang sudah ia susun dengan matang kini berantakan begitu saja. Ia tak tahu harus merasa sedih, kecewa, atau marah. Yang pasti, sesuatu di dalam dirinya terasa kosong. Tatapannya kemudian beralih ke arah pintu ruang perawatan yang masih tertutup rapat. Di balik pintu itu, Sophia masih berjuang dengan kondisinya yang belum stabil. Ia mengembuskan napas panjang, mencoba menenangkan diri. Tapi tetap saja, pikirannya kacau. Apakah ini hukuman untuknya karena sejak awal menolak anak itu? Atau

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 98 : Kehilangan

    Suara jeritan Sophia menggema di seluruh lorong mansion Williams, Daniel yang mendengar itu langsung berlari secepat mungkin ke arah sumber suara. "Sophia!" Ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk telah menimpa wanita itu. Saat ia tiba di tangga besar mansion, napasnya tertahan. Sophia tergeletak di anak tangga, tubuhnya setengah terduduk dengan tangan bertumpu pada salah satu undakan. Pakaiannya kusut, dan yang lebih mengejutkan—darah segar mengalir dari kakinya, sampai membentuk genangan merah di lantai marmer. Daniel berlari menuruni tangga. "Sophia!" Ia segera berjongkok di hadapan wanita itu, tangannya refleks menyentuh perut Sophia. Sophia mengangkat wajahnya yang pucat, matanya berkabut menahan sakit. "Daniel …" suaranya lemah, hampir tidak terdengar. Daniel melihat tangan Sophia juga berlumuran darah. "Apa yang terjadi?!" Sophia membuka mulut, seolah ingin menjawab, tapi sebelum satu kata pun keluar, kepalanya terkulai ke sa

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 97 : Alibi Sophia

    Flash Back. Anne berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka, napasnya tertahan saat mendengar percakapan di dalam ruangan. Matanya menyipit tajam, memperhatikan setiap gerakan Sophia dan Daniel. Sejak awal, ia sudah merasa ada yang aneh dengan kedekatan mereka. Tatapan penuh perhatian, sentuhan yang terlalu akrab—semuanya terasa lebih dari sekadar hubungan biasa. Dan kini, bukti itu ada di depan matanya. Tangannya bergerak cepat mengambil ponsel dari saku. Dengan hati-hati, ia mengangkatnya dan membidik kamera ke arah Daniel yang tengah mengelus perut Sophia, wajahnya dipenuhi kelembutan. Klik. Satu foto berhasil ia abadikan. Anne menahan senyumnya. Ini akan sangat menarik. Tanpa ragu, ia mengetik pesan singkat di ponselnya sebelum mengunggah foto tersebut. "Kau harus melihat ini. Aku rasa kau akan sangat menyukainya." Tombol kirim ditekan, dan dalam hitungan detik, pesan itu terkirim ke Laura. Anne menatap layar ponselnya dengan penuh kepuasan. Ia tahu betul bagaimana L

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 96 : Janji yang Terucap dalam Diam

    Ruangan kerja Daniel yang berada di mansion Williams terasa lebih hangat dari biasanya. Cahaya lampu temaram menambah suasana nyaman di dalamnya. Di atas meja kerja, beberapa dokumen tersusun rapi, menunjukkan kesibukan Daniel akhir-akhir ini. Namun, saat ini, perhatiannya hanya terfokus pada satu hal—wanita yang tengah duduk di sofa, yang kini menjadi pusat dunianya. Sophia duduk dengan santai, tubuhnya sedikit bersandar ke belakang, satu tangannya mengelus lembut perutnya yang semakin membesar. Ada cahaya keibuan di wajahnya, sesuatu yang membuat Daniel tak bisa mengalihkan pandangan. Dengan langkah tenang, Daniel mendekat sambil membawa sesuatu di tangannya. Ia duduk di samping Sophia, menatapnya sejenak sebelum akhirnya menyerahkan benda itu. "Aku membeli ini untuk anak kita," katanya sambil menunjukkan sepasang sepatu bayi mungil berwarna pink. "Tapi aku tidak tahu apakah dia akan menyukainya." Mata Sophia melembut, senyum tipis muncul di wajahnya. Ia menerima sepatu itu den

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 95 : Tidak Asing

    Benturan keras masih terasa di tubuh Daniel, napasnya sedikit tersengal saat kesadarannya perlahan pulih. Suara klakson mobil lain terdengar samar, diiringi teriakan beberapa orang yang bergegas mendekat ke arah mobilnya. Mobil yang menabraknya telah melaju pergi begitu saja, meninggalkan bekas tabrakan di bagian samping mobil Daniel. Ia masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi, saat itu juga ketukan terdengar di jendela kaca mobilnya. Tok, tok, tok. "Pak, apa Anda baik-baik saja?" suara seorang pria terdengar khawatir dari balik kaca. Daniel mengerjapkan mata, masih sedikit pusing, lalu menekan tombol untuk menurunkan kaca jendela. Udara malam yang dingin langsung menyapa wajahnya. "Aku baik-baik saja," jawabnya dengan suara yang sedikit serak. "Terima kasih." Pria yang mengetuk kaca tadi menghela napas lega. "Syukurlah. Saya melihat mobil itu menabrak Anda lalu kabur begitu saja. Haruskah saya menelepon polisi?" Daniel menggeleng pelan. "Tidak perlu. Aku bisa mengur

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 94 : Kesepakatan yang Menguntungkan

    "Terima kasih atas kerja sama Anda, Mr. Lancaster," ujar Daniel sambil menjabat tangan pria di hadapannya. Mr. Edward Lancaster, seorang investor ternama yang memiliki jaringan luas di sektor properti dan pembangunan, mengangguk dengan ekspresi puas. "Kau memiliki visi yang kuat, Mr. Williams. Aku suka cara berpikirmu," ujarnya. Saat ini, Daniel sedang berada di ruang pertemuan eksklusif di lantai tertinggi sebuah hotel bintang lima, menemui klien penting untuk mengamankan investasi di proyek lahan perbukitan barat. Kawasan itu telah lama menjadi target pengembangan, tetapi hanya sedikit investor yang berani mengambil risiko karena akses dan infrastruktur yang masih terbatas. Namun, Daniel bukan pria yang mudah menyerah. Sejak awal presentasi, ia telah menyiapkan setiap data dengan matang—rencana pembangunan, prospek keuntungan jangka panjang, hingga strategi pengembangan akses jalan yang akan meningkatkan nilai lahan tersebut secara signifikan. Salah satu poin utama yang berha

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 93 : Godaan yang Tak Diinginkan

    Daniel menghembuskan napas panjang saat langkahnya sampai di depan pintu apartemen. Hari ini begitu melelahkan, bukan karena pekerjaan, tetapi karena pikirannya yang terus dipenuhi oleh sosok Sophia. Ada banyak hal yang harus ia pikirkan, tetapi semua terasa begitu buntu. Dengan sedikit enggan, ia merogoh kunci dari saku celananya, memasukkannya ke dalam lubang kunci, lalu memutar kenop pintu. Begitu pintu terbuka, pemandangan yang sudah berkali-kali ia lihat kembali menyambutnya. Laura berdiri di ambang kamar, bersandar di dinding dengan pakaian minim yang jelas dirancang untuk menggoda. Sebuah lingerie sutra berwarna merah melekat di tubuhnya, memperlihatkan kulitnya yang mulus. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai, beberapa helai jatuh ke bahunya dengan cara yang tampak natural, seolah tanpa usaha. Seharusnya pemandangan itu bisa menggoda siapa pun—tapi tidak bagi Daniel. "Welcome home, darling," suara Laura terdengar lembut, mengandung nada genit yang sudah sangat familiar di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status