Beranda / Romansa / Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan / Bab. 248: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

Share

Bab. 248: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

Penulis: Faoo pey
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-24 20:45:07

Pemimpin kelompok yang telah tewas itu menyimpan lima nyawa di tangannya—lima korban atas kejahatannya.

Para anggota kelompok itu berasal dari keluarga besar. Ada adik kandung, sepupu, istri sepupu, bahkan wanita tua yang mereka panggil ibu—dialah yang biasa memasak untuk mereka.

Orang yang membunuh si pemimpin ternyata adalah adiknya sendiri.

Selama ini, sang pemimpin selalu memimpin kelompoknya menjalankan aksi-aksi keji, dan ia selalu mengambil bagian dari hasil kejahatan mereka. Potongannya besar—30% dari setiap 100 yuan yang didapat.

Banyak anggota merasa tidak puas, tetapi tak ada yang berani melawan karena dia sangat kejam dan brutal.

Jika bukan karena tekad kuatnya untuk menghentikan semuanya, tak akan ada yang cukup berani membunuhnya.

Adik pemimpin itu berkata bahwa ia sudah lama muak dengan perlakuan kakaknya. Ia tak menyesal telah menghabisinya.

Kematian Evan bukan terjadi di Kota Jing, melainkan di Fengcheng. Setelah ia meninggal, jenazahnya dikuburkan di bawah pohon besa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 250: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    "Anaknya masih kecil, dan gigi yang copot itu hanya gigi susu. Nanti juga tumbuh lagi, jangan terlalu khawatir," kata Agatha tenang."Mudah bagimu untuk bicara! Tapi bagaimana kalau giginya tidak tumbuh lagi?" sahut Bibi Mayang ketus.Agatha langsung menangkap nada memaksa dari ucapan itu. Ia paling tidak suka pada orang yang bersikap seperti ini—jika berbicara baik-baik, dia mungkin akan memberi lebih. Tapi kalau niatnya memeras, jangankan sepeser pun, ia tak akan beri apa pun."Bibi Mayang, jadi sebenarnya apa tujuanmu datang ke sini hari ini?" tanya Agatha tegas.Bibi Mayang menatapnya sekilas, lalu melirik ke arah Fahira sebelum berdeham dan berkata, "Saya cuma mau memberi tahu, saya sudah bawa cucu saya ke dokter. Total biaya rumah sakit sepuluh yuan. Ini kuitansinya, langsung dari Rumah Sakit Kota."Agatha menerima kuitansi itu. Benar, tertulis sepuluh yuan.“Tidak masalah,” katanya tenang. “Saya akan ganti sepenuhnya, tidak kurang sepeser pun.”Adnan juga menghampiri, mengeluar

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 249: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Jam dinding di ruang tamu berdentang pelan.Agatha melirik ke arah jam—sudah pukul sebelas siang.Fahira dan Arham biasanya selesai kerja pukul sebelas dan sampai di rumah sekitar pukul dua belas lewat empat puluh.Agatha memotong apel menjadi dua. Satu untuk Kakek Abian, satu lagi untuk Adnan.Ia lalu bangkit, bersiap menuju dapur untuk memasak.Adnan menggigit apel itu sambil berkata, “Apel ini enak. Kau istirahat saja, biar aku yang masak.”“Aku bantu, ya.”“Tak perlu. Yang paling aku inginkan sekarang adalah kamu duduk tenang di sini dan temani Kakek. Itu sudah cukup.”Adnan pun mendorongnya kembali duduk di sofa.Kakek Abian ikut tersenyum, “Kalau dilarang bantu, ya istirahat saja. Semakin sering seseorang dimanfaatkan, dia akan semakin rajin. Tapi kalau tidak dimanfaatkan, dia malah jadi malas.”Agatha terkekeh mendengar ucapan itu, “Kalau Adnan tahu Kakek bilang begitu, dia pasti marah-marah lagi, hahaha!”“Haha, Adnan kita bukan orang yang perhitungan,” sahut Kakek Abian sambi

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 248: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Pemimpin kelompok yang telah tewas itu menyimpan lima nyawa di tangannya—lima korban atas kejahatannya.Para anggota kelompok itu berasal dari keluarga besar. Ada adik kandung, sepupu, istri sepupu, bahkan wanita tua yang mereka panggil ibu—dialah yang biasa memasak untuk mereka.Orang yang membunuh si pemimpin ternyata adalah adiknya sendiri.Selama ini, sang pemimpin selalu memimpin kelompoknya menjalankan aksi-aksi keji, dan ia selalu mengambil bagian dari hasil kejahatan mereka. Potongannya besar—30% dari setiap 100 yuan yang didapat.Banyak anggota merasa tidak puas, tetapi tak ada yang berani melawan karena dia sangat kejam dan brutal.Jika bukan karena tekad kuatnya untuk menghentikan semuanya, tak akan ada yang cukup berani membunuhnya.Adik pemimpin itu berkata bahwa ia sudah lama muak dengan perlakuan kakaknya. Ia tak menyesal telah menghabisinya.Kematian Evan bukan terjadi di Kota Jing, melainkan di Fengcheng. Setelah ia meninggal, jenazahnya dikuburkan di bawah pohon besa

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 247: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    "Mereka berdua sangat penurut dan pemalu. Selama bisa dibawa keluar untuk mengemis dan menghasilkan uang, mereka dianggap berguna.""Setiap kali pulang, mereka bisa membantu dengan pekerjaan ringan. Kalau sampai terluka, mereka bukan cuma tak bisa bekerja, tapi juga butuh waktu untuk pemulihan. Itulah sebabnya mereka berdua tidak dibuat cacat seperti kami.""Waktu Tahun Baru Imlek tahun lalu, orang-orang itu mabuk berat. Saat itulah Evan dan Reno bilang kalau mereka ingin melarikan diri, dan mengajak kami ikut bersama mereka.""Tapi kami... kami terlalu takut. Setelah semua siksaan yang kami alami, kami bahkan tak berani memikirkan pelarian. Lagi pula, kalau pun kabur, kami tak tahu harus ke mana.""Mereka berdua masih sangat muda, dan secara fisik, hampir mustahil untuk bisa kabur. Aku bahkan sempat menyarankan mereka agar membatalkan niat itu. Aku bilang, kalau sampai tertangkap, lengan dan kaki mereka bisa dipatahkan, dan mereka akan bernasib sama seperti kami—cacat selamanya.""Ta

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 246: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Adnan dan Kapten Raka hanya diam, menatap adegan di depan mereka dengan perasaan berat dan tak nyaman.Agatha dengan lembut membelai belakang kepala Reno, menenangkan bocah yang menahan tangis sambil tersedak, lalu berkata pelan, "Mimpi buruk kalian sudah berakhir, Nak. Jangan menangis lagi. Saat kalian sembuh, kami akan bantu kalian mencari orang tua kalian, agar bisa pulang."Reno perlahan melepaskan pelukannya. Sepasang mata yang tadinya kosong kini menatap Agatha dengan cahaya harapan. Agatha mengangguk dan tersenyum, "Ya, kami akan lakukan yang terbaik agar kalian bisa kembali ke rumah."Akhirnya, senyum malu-malu muncul di wajah Reno.Anak-anak lainnya menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda—ada yang haru, ada yang bingung, tapi sebagian besar mulai tampak lega.Seorang anak laki-laki, kira-kira berusia 14 atau 15 tahun, bertanya dengan hati-hati, "Saya… tidak punya orang tua. Saya diculik saat mengembara. Kalau begitu… saya harus pergi ke mana?"Semua mata tertuju padanya.Kapt

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 245: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Bibi Mayang hanya diam dengan wajah masam, tak berkata sepatah kata pun.Menantunya tampak sedikit tidak senang. Ia menatap anak dalam gendongannya dan bertanya, “Niko, itu benar?”Niko yang masih kecil merasa takut. Melihat teman-temannya sudah mengatakan yang sebenarnya, ia sadar bahwa berbohong tak akan menyelamatkannya. Ia hanya bisa terus menangis dengan mulut terbuka lebar.Di depan banyak tetangga yang menyaksikan, menantu Bibi Mayang tampak enggan mengakui kesalahan. Rasa malu membuatnya semakin keras kepala.“Kamu sendiri yang bilang anak-anak itu melihat. Tapi siapa yang tahu, mungkin mereka hanya mengulang apa yang kalian katakan tadi,” katanya dengan nada menyindir.Adnan dan Agatha saling pandang, tak tahu harus menjawab apa.Tak disangka, salah satu anak yang menjadi saksi tadi angkat suara, “Bibi, aku cerita karena aku lihat sendiri. Aku nggak pernah bohong.”Wajah wanita itu memerah menahan amarah, tapi sebagai pejabat pemerintah, ia berusaha menjaga wibawanya dan memi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status