“Sayang, apa kau baik-baik saja? Katakan padaku jika ada yang terluka. Coba sini aku liat dulu seluruh tubuhmu.” Zacky terlihat sangat cemas dan mengkhawatirkan keadaan Bianca dan memegan tubuh istrinya itu lalu memutar-mutarkannya untuk melihat bagaimana keadaan sang istri saat ini.“Zack. Aku baik-baik saja. Oke?” Bianca menjawab tapi tak lantas membuat Zacky merasa senang dan puas.“Tidak. Kau pasti tidak baik-baik saja. Jangan berbohong padaku, Bian. Katakan padaku, dimana mereka menyentuhmu? Apa ada tubuhmu yang terluka? Katakan terus terang, jangan menyembunyikan apa pun dariku,” titah Zacky dengan suara yang mendominan.Semua orang yang menendengar hal itu sudah tidak heran lagi, karena memang Zacky selalu bersikap posesif semenjak Bianca menjadi istrinya. Apalagi saat Brian sudah lahir, sifat posesif Zacky semakin menjadi jadi. Bianca hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya menghadapi sikap dan sifat Zacky yang seperti itu. Bianca membiarkan Zacky memutar mutar tubuhnya dan
“Aku akan menyerahkan semua keputusan pada Bianca, Dad.” Zacky menjawab pertanyaan Albert dan memandang pada Bianca yang kini ada di depannya itu. “Sebaiknya kalian tentukan dengan cepat. Aku tidak mau masalah ini berlarut-larut, dan pikirkan dengan matang apa yang akan kalian pilih sebagai hukumannya. Mengingat Mike sudah sangat berjasa pada keluarga kita selama ini, tentu aka nada sedikit toleransi dalam kasus ini. Tapi, bukan berarti kita melepaskan begitu saja. Elsa harus menerima akibat dari perbuatannya,” terang Albert melanjutkan ucapannya pada semua orang yang masih hadir dan berdiri di ruangan itu. Setelah mengatakan hal itu, Albert berjalan dengan langkah tegap meninggalkan semua orang. Olivia melirik kemana arah suaminya itu melangkah, dan dapat dipastikan bahwa ia hanya akan menuju satu ruangan pada saat seperti ini. Yaitu ruangan kerjanya. Olivia menarik napas panjang dan menatap Bianca dengan sisa-sisa raut kecemasan pada keselamatan menantu dan cucu pertamanya itu. Bi
Keputusan sudah diambil oleh Bianca dan Zacky dan mereka memutuskan untuk memberikan Elsa kebebasan dan tidak akan memberi hukuman penjara atau hukuman seperti biasa yang ayahnya lakukan pada orang-orang jahat yang menyakiti keluarga Camerrun. Bianca berbesar hati karena mengingat Elsa masih di bawah umur dan menenggang hubungan keluarga yang mereka jalin bersama Mike selama ini juga tentunya.“Sayang, apa kau sudah yakin dengan keputusanmu itu?” tanya Zacky sekali lagi pada Bianca, sesaat sebelum mereka keluar dari kamar dan menemui semua angota keluarga yang lainnya. Mereka sudah menunggu Zacky dan Bianca di ruang keluarga untuk mendengar keputusan sepasang suami istri itu."Ya. Aku sangat yakin, Sayang. Aku rasa itu adalah keputusan yang terbaik untuk dia,” jawab Bianca dengan yakin.“Baik lah kalau begitu. Ayo kita temui semua anggota keluarga. Aku yakin Paman Mike, Bibi Mona, dan juga Elsa sudah menunggu kita di sana,” balas Zacky lagi dengan tersenyum pada Bianca.Bianca mengang
“Aku sudah memutuskan bahwa kau harus bertaubat dan merenungi kesalahanmu dengan menjadi biarawati,” jelas Bianca dan sontak ucapannya itu membuat kaget semua orang yang berada di meja bundar saat ini.Terlebih lagi Elsa. Ia bahkan menggeleng tidak percaya dan menutup mulut dengan kedua tangannya. Hal yang tak akan pernah bisa Elsa bayangkan. Sementara, Mike menunduk pasrah dan terlihat sedikit bersedih. Mona semakin menjadi dalam tangisannya. Zahra hanya menghela napas kasar dan Olivia sempat menitikkan air matanya juga. Hanya Albert dan Zacky yang akhirnya memasang raut wajah datar. Bagi kedua lelaki dingin itu, itu adalah hukuman yang paling pantas meski memang sangat berat bagi mereka semua. Di bandingkan dengan hukuman yang seharusnya Elsa jalani, tentu saja itu masih jauh lebih baik.“Tidak! Aku tidak mau jadi biarawati,” pekik Elsa menolak hukuman yang sudah ditetapkan oleh Elsa untuknya itu.“Elsa! Itu adalah pilihan terbaik dan teringan yang bisa aku berikan padamu. Meningat
Satu bulan sudah berlalu dengan sangat cepat, dan ini adalah hari pernikahan Zahra bersama kekasih hatinya Gerald. Tidak ada yang lebih mendebarkan dari pada menanti saat-saat pengucapan janji suci pernikahannya itu bagi Zahra. Zahra sendiri masih berada dalam kamarnya bersama beberapa orang perias pengantin terkenal dan terbaik. Di sana juga ada Bianca dan Olivia yang menemani calon ratu sehari ini berias diri agar terlihat cantik maksimal di depan semua para tamu undangan dan juga di depan Gerald khususnya. Zahra sangat gugup hingga telapak tangannya terasa basah oleh keringat. Zahra bahkan merasakan bahwa jantungnya berdebar kencang dan tak karuan saat ini. Bagaimana ia bisa percaya bahwa pada akhirnya dia akan menikah dengan Gerald. Setelah semua rintangan yang menghadang berhasil mereka lewati dengan keteguhan cinta di hati mereka masing-masing tentunya. Zahra merasa gugup dan bahagia dalam waktu bersamaan. Baginya, ini lah momen yang sangat ia tunggu sepanjang hidupnya. Apa la
Zahra dan Gerald mengucapkan janji suci di depan semua para saksi dan tamu undangan yang datang. Di tepi laut dan ditemani dengan hembusan angin laut yang sepoy-sepoy, Zahra dan Gerald saling berciuman setelah mereka selesai mengucapkan janji suci itu dengan penuh kehikmatan. Bahkan Olivia dan Albert pun menitikkan air mata saat pendeta mengatakan Zahra dan Gerald sudah resmi menjadi sepasang suami istri dan itu sah di mata hukum.Albert merasa bahwa anak perempuan kesayangannya sudah resmi menjadi milik pria lain dan tentu saja Zahra akan pergi mengikuti dimana suaminya itu tinggal. Untuk pertama kalinya dalam hidup Albert ia menangis seakan merasa tidak merelakan bahwa saat ini Zahra sudah tumbuh dewasa dan sudah dipersunting oleh seorang pria pula. Yang mana itu artinya Zahra akan menempatkan Gerald di atas segalanya. Ia akan berbagi segala suka duka pada lelaki yang baru ia kenal dan sayangi belum lama ini.“Selamat menyandang status baru, Sayang.” Bianca memberikan ucapan selamat
“Hmmpp … Aaakhh ….” “Desahkan lah namaku, Sayang. Jangan tahan suaramu dan keluarkan semua dengan lepas,” bisik Gerald di telinga Zahra yang kini berada di atas pangkuannya. Kedua insan itu sudah separuh telanjang dan sedang menikmati malam pengantin mereka di sebuah kamar VVIP yang ada di dalam kapal pesiar. Selesai mengadakan resepsi pesta pantai, ternyata Gerald sudah menyiapkan kejutan lainnya untuk Zahra. Mereka berlayar keliling lautan untuk waktu yang belum bisa ditentukan. Untuk pertama kalinya pula, di kamar itu Zahra dan Gerald saling bercumbu dengan panas. Gerald yang sudah menunggu lama untuk momen ini sungguh tidak dapat lagi menahan hasratnya untuk mencumbui Zahra. Saat baru masuk ke dalam kamar, Gerald dengan beringas menarik tubuh Zahra menuju ranjang mewah yang sudah dihiasi dengan seribu kelopak mawar dan beberapa lilin kecil di sekelilingnya membentuk sebuah lambing love. Gerald langsung melumat bibir Zahra dan dibalas Zahra tanpa menunggu aba-aba lagi. Zahra juga
“Sayang … apa kau sedih? Akhirnya hanya kita berdua saja yang tersisa di mansion besar dan mewah ini,” ungkap Albert sambil mengecup puncak kepala Olivia. Wanita paruh baya itu sedang duduk di depan cermin meja riasnya dan tampak melamun sejak tadi. Tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang, karena jujur saja dia merasa kesepian setelah anak-anaknya menjadi istri dan suami orang lain. “Tidak. Tentu aku tidak sedih!” bantah Olivia dan berusaha untuk mengulas senyumannya pada pantulan cermin. “Kau tidak bisa berbohong padaku, Sayang. Aku bisa tahu segala yang kau pikirkan,” kata Albert dan melatakkan dagunya di atas kepala Olivia dengan sangat manja. “Kau dukun?” tanya Olivia bercanda. “Hmm … mantan dukun. Tapi aku masih punya ilmunya, jadi tetap lah waspada dengan apa yang kau pikirkan tentangku.” “Kalau begitu, apa yang sedang aku pikirkan sekarang? Ayo tebak!” Albert memejamkan matanya seolah-olah dia memang sedang berpikir saat ini. Namun, Olivia tahu bahwa itu hanya gaya-gaya