Share

Berubah Pikiran

Author: Awwala
last update Last Updated: 2023-03-29 10:29:12

Dering telepon berbunyi. Adriana mempertajam pendengarnya untuk memastikan bahwa suara itu berasal dari ponselnya. Setelah itu dia bergerak cepat mengambil benda pipih itu di dalam tasnya.

"Halo ..."

Adriana menunggu beberapa detik sampai si penelepon berbicara. Seharusnya dia tahu dia tidak boleh mengangkat panggilan telepon dari nomor yang tidak dia kenal. Tapi, entah kenapa hatinya seolah mendorong dia menerima panggilan tersebut.

"Halo. Ini aku, Daren Liew."

Adriana menelan ludahnya. Apakah dia tidak salah dengar? Laki-laki itu tiba-tiba menghubungi dia.

"Maaf, sepertinya kau salah nomor," tukas Adriana.

Adriana menatap Airin, lalu meletakkan jari telunjuknya di bibir saat Airin berbisik, bertanya siapa yang meneleponnya. Dia menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar Airin diam. Sahabatnya itu pun mengikuti permintaannya, memilih untuk menunggu.

"Aku tidak salah nomor. Aku memang sengaja menghubungi dirimu, Adriana," tukas Daren.

Adriana berdeham sebentar, lalu berkata, "Aku rasa tidak ada lagi urusan di antara kita. Jadi, aku akan menutup teleponnya sekarang."

"Tunggu...."

Adriana membatalkan niatnya. Dia memutuskan memberi kesempatan pada Daren. Barangkali saja ada sesuatu yang penting yang ingin Daren katakan padanya.

"Baiklah, aku siap mendengarkan. Sebaiknya kau tidak membuang-buang waktuku percuma dengan berbicara omong kosong," ucap Adriana sedikit ketus.

"Besok pagi datanglah ke kantorku. Aku akan memberimu kesempatan sekali lagi untuk bekerja di sini. Itu saja."

Klik. Sambungan telepon itu terputus. Adriana menatap ponselnya yang menampilkan warna hitam. Tidak mungkin Daren menghubungi dia, Adriana membatin dalam hati. Setelah semua ucapan laki-laki itu di kantornya tadi pagi, mungkinkah Daren menghubungi dia secara pribadi? Benar-benar sulit dipercaya.

"Siapa yang menelepon?" tanya Airin penasaran.

"Daren Liew."

Mata Airin membulat sempurna. Dia bergegas mendekati Adriana yang masih berdiri di depan meja dapur. Tangannya terulur, menarik Adriana untuk duduk. Dia lalu duduk di samping Adriana.

"Untuk apa laki-laki itu menghubungimu?"

"Dia bilang aku harus datang ke kantornya besok pagi," jawab Adriana dengan tatapan kosong.

"Dasar laki-laki plin-plan!" umpat Airin sambil mengepalkan tangannya di pangkuan. "Apa keputusanmu? Apa kau akan menuruti keinginannya?"

Adriana mengedikkan bahunya. "Entahlah. Aku masih bingung karena ini tidak seperti yang aku bayangkan."

"Kau tidak perlu mempertimbangkan tawarannya. Masih banyak perusahaan lain yang siap menerima dirimu," kata Airin berapi-api. Wajahnya memerah dengan sorot mata yang tajam.

Adriana tersenyum lebar menyaksikan reaksi temannya yang dia rasa sangat berlebihan. "Sepertinya aku akan menerima permintaannya."

"Adriana ...." teriak Airin keras, lalu dia segera menutup mulutnya saat menyadari suaranya pasti terdengar sampai ke rumah tetangga Adriana.

"Tenang lah. Aku akan bekerja pada dia hanya selama satu bulan. Setelah itu aku bisa mencari pekerjaan lain," pungkas Adriana tidak ingin berdebat lagi dengan Airin.

***

Daren membuka pintu ruangan kantornya keesokan harinya dengan tatapan waspada. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tidak ada seorang pun yang dia temui di sana, tidak juga Adriana. Mendapati kenyataan tidak sesuai dugaannya, hatinya mencelus kecewa.

Namun, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka lebar. Daren langsung memutar tubuhnya. Dia melihat Adriana melangkah cepat menghampiri dirinya.

"Maaf, aku datang terlambat," ucap Adriana sambil tersenyum canggung.

"Aku sempat mengira kau tidak akan datang," tukas Daren terlihat tidak peduli.

"Dalam mimpimu," ucap Adriana agak ketus, tapi pelan. "Aku tidak mungkin melakukannya. Seperti yang aku katakan kemarin, aku ingin kau memberiku kesempatan bekerja di sini. Meskipun itu hanya berjalan selama satu bulan." Adriana menambahkan.

Daren meletakkan tasnya di atas meja. Dia mengambil sebuah map yang berada paling atas di antara map-map yang lain. Lalu, dia menyerahkannya pada Adriana.

"Pelajari isi berkas ini. Setelah itu kau harus mengatur pertemuan ulang antara aku dan pemilik perusahaan Building corps," ujar Daren sambil menatap lurus Adriana, lalu menambahkan, "Ini adalah tugas pertamamu. Kau harus berhasil mempertemukan kami."

Adriana terlihat sangat terkejut usai mendapatkan perintah dari Daren. Dia membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengendalikan emosinya. Setelah merasa tenang, pelan-pelan dia membuka map itu dan membaca isinya sekilas.

"Kau bisa membacanya di mejamu. Aku masih harus melakukan banyak hal," ucap Daren. Secara tidak langsung dia menyuruh Adriana meninggalkan ruangannya.

Seolah mengerti ucapan Daren, Adriana langsung meninggalkan ruangan itu. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun karena konsentrasinya tertuju pada isi berkas yang ada di tangannya. Tugas pertama yang telah menunggu.

***

Dua jam kemudian.

"Apa aku boleh mengunjungi perusahaan itu?" tanya Adriana begitu dia berhasil memasuki ruangan Daren tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia mendapati atasannya tengah duduk di belakang meja kerjanya dan menghadapi setumpuk berkas.

Daren menatap Adriana selama beberapa detik karena masih terkejut dengan pertanyaan gadis itu. Pertanyaan Adriana benar-benar di luar dugaan. Lalu, dia balas bertanya, “Apa yang akan kau lakukan di sana?”

Adriana berdeham sebentar. “Aku ingin menemui Tuan Hari Leo,” katanya.

Daren tersenyum sinis mendengar jawaban Adriana. “Apa kau yakin bisa menemui dia? Kau tidak mengenal dia, juga kau bukan siapa-siapa."

Seakan ditembak langsung tepat mengenai sasaran, wajah Adriana memucat seketika. Kalimat terakhir Daren terngiang-ngiang di telinganya. Dia menyadari dirinya memang bukan siapa-siapa. Tapi, itu bukan menjadi alasan dia sulit menemui seorang pemilik perusahaan besar.

"Tentu saja aku harus yakin," jawab Adriana mantap satu menit kemudian. "Kalau kau mengijinkan, aku akan berangkat ke sana sekarang juga," pungkas Adriana.

Daren mengibaskan tangannya ke udara. "Baiklah, kalau begitu. Terserah padamu. Bagaimana pun caramu, aku hanya ingin kau mempertemukan kami kembali," kata Daren.

"Terima kasih. Aku pergi sekarang."

Adriana membungkuk sedikit, lalu memutar tubuhnya. Dia harus bergegas bila tidak ingin kehilangan kesempatan yang telah diberikan oleh Daren. Sebelum menemui Daren tadi dia telah menyiapkan rencana agar usahanya bisa berjalan lancar.

***

Adriana berdiri lama di depan pintu kaca masuk gedung kantor Building corps. Dia menghitung dalam hati. Mendadak dia dilingkupi keraguan akan keputusannya datang ke sini. Benarkah yang dia lakukan? Atau sebaiknya dia segera pergi dari tempat ini, lalu melapor pada Daren bahwa dia tidak sanggup melakukan perintah bosnya itu.

Adriana menggeleng cepat. Tidak. Dia tidak boleh melakukannya. Dia tidak boleh menyerah begitu saja. Dia harus membuktikan bahwa dia bisa menemui pemilik perusahaan itu, lantas meyakinkan Tuan Hari Leo untuk mengatur jadwal pertemuan ulang dengan Daren.

"Apakah sebelumnya kau sudah memiliki janji untuk bertemu dengan Tuan Hari?" tanya seorang wanita muda dengan pakaian modis yang berdiri di belakang meja resepsionis.

Adriana menggeleng pelan. "Belum .... Tapi, saya harus menemui beliau sekarang," ucap Adriana dengan nada mendesak.

"Maaf, aku tidak mungkin mengabulkan keinginanmu. Kau harus memiliki janji bila ingin bertemu dengan Tuan Hari," pungkas wanita itu.

Pundak Adriana langsung merosot. Hilang sudah kesempatannya untuk bekerja di perusahaan Daren. Harapan terakhirnya pupus sudah. Dia lalu melangkah gontai meninggalkan lobi gedung itu.

Namun, baru dua langkah berjalan, Adriana mendadak berhenti. Kedua matanya menangkap sosok laki-laki paruh baya yang berjalan terburu-buru melewatinya. Adriana mengenalinya sebagai Tuan Hari Leo. Dia segera mengejar laki-laki itu.

"Tuan Hari Leo ...." panggil Adriana setengah berteriak saat Tuan Hari Leo masuk ke dalam mobilnya.

"Tuan ...." teriak Adriana sekuat tenaga.

Sayangnya mobil yang membawa Tuan Hari Leo melaju kencang. Adriana tidak sanggup mengejar lagi. Napasnya tersengal-sengal, dan kedua kakinya tidak mau diajak berlari.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Pengganti CEO Arogan    Permintaan Terakhir Nenek

    Adriana memukul dada Daren berkali-kali untuk meluapkan kekesalannya, kecewanya, juga rindu yang dia rasakan pada Daren. Daren hanya diam saja, membiarkan Adriana meluapkan perasaannya. Lalu, kedua tangan Adriana terkulai lemah di samping tubuhnya."Seharusnya kau tidak menghubungi aku lagi. Seharusnya kau terus pergi, seharusnya kau biarkan aku melupakanmu untuk selamanya," ucap Adriana disertai dengan isak tangis. "Maafkan aku. Tak seharusnya aku berbuat seperti itu padamu. Aku terpaksa melakukannya karena kondisi nenek sangat buruk. Saat dia sadar, dia hanya ingin bertemu denganmu."Adriana masuk ke ruang ICU, tempat nenek Daren berbaring. Perlahan dia menghampiri ranjang nenek Daren. Dia berbisik di telinga nenek Daren."Nenek .... Ini aku Adriana."***"Maafkan aku atas kejadian tadi," ucap Adriana setelah mereka sampai di apartemen Daren. Nenek Daren langsung masuk ke kamarnya dan ingin beristirahat karena dia merasa sangat kelelahan."Bukan masalah besar. Aku tidak merasa terg

  • Menjadi Istri Pengganti CEO Arogan    Pergi ke Hongkong

    Setelah setelah berpikir selama sehari penuh. Setelah mendengar nasehat dari Airin untuk yang kesekian kali. Akhirnya ada memutuskan untuk pergi dari kehidupan Daren selamanya. Tidak ada masa depan bagi dia juga Daren.Namun sesuatu yang tidak pernah Adriana sangka kini terjadi. Di saat dia telah begitu yakin dengan keputusannya, hatinya kembali goyah. Karena Daren menghubungi dia setelah sekian hari menghilang tanpa kabar berita."Bisakah kau datang ke Hongkong? Nenek ingin bertemu denganmu."Deg. Adriana kembali mengingat nenek Daren. Pertemuan singkat mereka sangat mengesankan juga menyakitkan.***"Daren .... Apa kau mendengarkanku?"Mata Daren mengerjap saat dia menyadari tangan Adriana melambai-lambai di depan wajahnya. Dia menoleh ke samping, dan mendapati Adriana tengah menatapnya dengan sorot heran yang kentara. Daren mengulas senyum tipis, lalu menarik Adriana agar lebih mendekat padanya."Maaf, aku tidak mendengar kapan kau masuk," pinta Daren sambil menepuk punggung Adrian

  • Menjadi Istri Pengganti CEO Arogan    Bimbang

    Adriana terbangun dari tidurnya sambil menangis sesenggukan. Mimpinya seolah benar-benar nyata sehingga dia bisa menangis tersedu-sedu. Dalam mimpinya dia melihat Daren tengah mengadakan upacara pernikahan dengan wanita lain. Dia menatap ke arah tempat kosong yang Daren tinggalkan. Bahkan meskipun Daren telah pergi berhari-hari, dia masih bisa mencium aroma tubuh kekasihnya itu.Adriana menarik napas panjang. Dia mencoba menenangkan dirinya, lalu menepis mimpi buruknya itu. Apakah itu pertanda bahwa dia harus melepaskan Daren selamanya? Tidak ada pengharapan yang tersisa untuknya walau hanya secuil? Adriana melipat lututnya. Dia menangis lagi sambil memeluk lututnya itu.Adriana terlonjak kaget karena bunyi dering ponselnya. Dia meraba-raba saklar lampu, lalu menyalakan lampu kamarnya hingga terang benderang. Ponselnya masih berdering menunggu dia mengangkat panggilan telepon dari seseorang di sana. Adriana langsung melompat turun. Dia berpikir mungkin saja itu telepon dari Daren.

  • Menjadi Istri Pengganti CEO Arogan    Penyesalan Selalu Datang Terlambat

    Adriana lihat sangat lesu saat dia bekerja. Diam-diam Mala memperhatikannya, merasa sangat kasihan pada bawahnya itu. Hubungan mereka tidak terlalu dekat, jadi dia merasa sungkan untuk bertanya pada Adriana.Ponsel Adriana berbunyi, menyadarkan Adriana dari lamunannya. Telepon dari Daniel. Dia bergegas mengangkatnya."Ya, Daniel. Aku akan ke ruanganmu sekarang," ucap Adriana. Adriana memandang Mala, memberi isyarat pada atasannya itu bahwa dia harus menghadap ke ruangan Daniel. Mala mengangguk mengerti. Adriana langsung berjalan cepat menuju ruangan Daniel."Ini adalah undangan perayaan empat bulan usia kehamilan Jillian. Kau harus datang ke sana. Kami akan menunggumu," pinta Daniel memaksa.Adriana tertawa lebar. "Baiklah kalau itu maumu. Sepertinya aku tidak bisa melewatkan acara khusus untuk calon keponakanku." Setelah itu Adriana kembali ke ruangannya sendiri.***Adriana akhirnya datang ke acara Gender Reveal anak Daniel dan Jillian itu. Dia merasa cemburu terhadap pasangan lain

  • Menjadi Istri Pengganti CEO Arogan    Perpisahan Sementara atau Selamanya?

    Waktu berjalan begitu cepat. Tahu-tahu sekarang sudah menjelang akhir tahun. Adriana melihat kalender duduknya berada di atas meja di kamarnya. Selama itu tidak ada perubahan status hubungan antara dia dan Daren.Bila yang lain telah hidup berbahagia dengan pasangan masing-masing dalam ikatan pernikahan. Tidak dengan dirinya. Daren seolah tidak memiliki keinginan yang sama dengan dia. Kekasihnya itu tidak ingin terikat dalam komitmen pernikahan. Entah apa yang menyebabkan Daren seperti itu, jarang tidak pernah membuka hatinya untuk dirinya."Ternyata kau di sini. Sejak tadi aku mencarimu kemana-mana tapi aku tidak menemukanmu," ucap Daren terlihat sangat gusar sekali.Adriana memandang Daren melalui cermin di depannya. "Apakah ada sesuatu yang buruk terjadi padamu?" tanya Adriana sambil mengerutkan keningnya."Aku harus ke Hongkong hari ini," jawab Daren cepat.Adriana langsung memutar tubuhnya. "Ada apa? Nenek baik-baik saja' kan?" tanya Adriana terlihat sangat khawatir. Meskipun se

  • Menjadi Istri Pengganti CEO Arogan    Pernikahan Sahabat

    Satu bulan kemudian.Adriana tersenyum lebar melihat calon pengantin wanita yang terlihat bahagia itu. Dia begitu iri karena impiannya belum tercapai sampai sekarang. Daren seolah tidak mengerti perasaannya sebenarnya.Selama satu bulan ke belakang, Adriana mulai akrab dengan Jillian. Jillian sudah menganggapnya sebagai seorang sahabat meskipun mereka baru saling mengenal. Karena selama ini Jillian tidak pernah memiliki seorang sahabat dekat."Kau terlihat sangat cantik hari ini. Pengantin wanita tercantik yang pernah aku lihat, ucap Adriana memberi komentar.Jillian tersenyum senang mendengar ucapan Adriana. Dia kini berdiri di depan cermin setinggi badan, memandang pantulan dirinya dalam balutan gaun pengantin pilihannya. Kurang dari satu jam dia akan menikah dengan Daniel. Dia merasa sangat gelisah juga takut. Karena setelah ini dia akan tinggal bersama dengan Daniel dan keluar dari rumah yang selama ini dia tinggali."Terima kasih," ucap Jillian tanpa bisa menutupi rasa gugupnya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status