Hari sudah menunjukkan pukul delapan tapi Kenneth belum juga keluar dari kamar, biasanya lelaki itu akan keluar dan menikmati sarapan sebelum berangkat ke kantor, tapi tidak biasanya Kenneth terlambat bangun.
"Mommy, di mana Daddy?" tanya Gio karena memang saat Gio bangun, Kenneth akan duduk menghadap segelas teh hangat di meja makan.
"Gio makan dulu ya, Mom akan melihat apa yang daddy lakukan." ucapnya, Gio mengangguk.
Bella melepaskan apron sebelum menuju kamar Kenneth. Tidak biasanya Kenneth masih tidur jam segini, dan benar saja lelaki itu masih tidur menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal.
"Kenneth," panggil Bella, "sarapan sudah aku siapkan." tambahnya sambil membuka korden jendela, tapi Kenneth tidak merespon.
Kening Bella mengernyit, ia pun mendekat menyentuh lengan Kenneth merasakan suhu tubuhnya tidak biasa, tangan Bella menyentuh kening Kenneth untuk memastikan.
"Astaga, kau demam." seru Bella dengan panik.
Kenneth membuka mata, mengapa wanita ini mengganggu tidurnya?
Perlahan Kenneth menahan tangan Bella, "Apa yang kau lakukan?"
"Sebentar, aku akan mengambilkan obat untukmu." Bella melepaskan tangan dari genggaman Kenneth, bergegas keluar membawa makanan serta obat.
Sementara Kenneth menyentuh keningnya, hari ini ada pekerjaan penting tapi tubuhnya tidak punya cukup banyak tenaga, sudah jam berapa sekarang?
Dengan langkah gontai, Kenneth membasuh wajahnya sebelum menuju ruang kerja dan meraih MacBook untuk melanjutkan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
Bella masuk ke ruang kerja Kenneth, wanita itu meletakkan nampan di atas meja lalu menarik MacBook dari pangkuan lelaki itu.
"Tidak perlu bekerja untuk hari ini, kamu cukup istirahat lebih dulu."
"Apa kau mulai mengaturku?" geram Kenneth.
Bella menoleh, "Apa menurutmu aku akan diam saja melihatmu sakit? Aku tahu kamu punya banyak pekerjaan, tapi kesehatanmu itu penting."
Kenneth menepis kasar tangan Bella, setelah menikah, wanita ini mulai bertindak berani, bukan Kenneth tidak suka tapi ia belum terbiasa dengan perhatian Bella.
"Jangan keras kepala Kenneth, lagi pula mengapa tengah malam kamu bangun untuk mandi, kamu tahu itu tidak sehat tapi kamu justru melakukannya."
Kedua alis Kenneth terangkat naik, jadi semalam Bella melihatnya saat bangun untuk mandi?
“…” Kenneth tidak tahu harus bicara apa.
Ah terserah, Kenneth harus bekerja meski tidak berangkat ke kantor!
"Jadi apa yang membuatmu mandi tengah malam?" tanya Bella.
Kenneth terdiam, tak mungkin ia mengatakan kalau dia menginginkan Bella dalam mimpinya. Itu terlalu memalukan untuk diceritakan langsung pada pelaku yang bersangkutan!
"Menjauh dariku, jangan berusaha menghalangiku untuk bekerja!" Kenneth sampai harus mendorong Bella menyingkir dari hadapannya untuk mengambil kembali MacBook.
Bella mematung, menarik nafas dalam kemudian menghelanya, "Aku sudah membawa makanan untukmu. Kau harus makan dulu sebelum meneguk obat." ucap Bella setengah memaksa.
"Baiklah, berikan makanannya padaku."
Bella mengambil kembali nampan dari meja menghampiri Kenneth yang sudah duduk, saat lelaki itu akan mengambil mangkuk makanan, Bella menahan tangan Kenneth.
"Biar aku yang menyuapkan untukmu, kondisimu mengkhawatirkan untuk memegang piring makanmu."
Kenneth menghela nafas, "Menurutmu aku selemah apa sampai tak mampu mengangkat satu piring?"
"Tidak perlu memprotes, izinkan aku bersikap menjadi istri yang baik untukmu." sahut Bella.
__
Siang harinya Bella melihat Kenneth masih bekerja padahal wajah Kenneth terlihat merah menahan demam yang masih lelaki itu rasakan, kenapa pria satu ini sangat keras kepala.
"Hentikan pekerjaanmu."
Kenneth menoleh, apalagi sekarang? Tapi di luar dugaan karena Bella menarik tangannya berdiri dari kursi menuju kamar tidur, Gio yang asik bermain melihat pemandangan tersebut tentu saja mengikuti apa yang kedua orang tuanya lakukan.
Tiba di kamar, niat Bella ingin membantu Kenneth berbaring tapi ia justru tak sengaja jatuh di atas tubuh Kenneth.
"Jadi kau berusaha untuk menggodaku?" kedua tangan Kenneth memeluk Bella, tak membiarkan wanita ini langsung bangkit dari atasnya sampai suara Gio terdengar.
"Aku juga ikut bermain!" sambil tertawa melompat naik ke atas punggung Bella.
Bella dan Kenneth saling bertatapan dari jarak yang sangat dekat, bahkan jika Kenneth mau ia bisa saja langsung mencium bibir Bella saat ini juga, tapi tidak ia lakukan.
"Gio, bisa kamu turun sebentar?" ucap Bella, sekarang ini detak jantungnya mulai menggila berada begitu dekat dengan Kenneth.
"Aku juga ingin bermain." sahut Gio.
"Gio, ayahmu sedang sakit. Kita tidak sedang bermain." jawab Bella, Gio baru turun dari punggung Bella untuk memeriksa kondisi Kenneth dengan tangan kecilnya.
Bella buru-buru bangun menormalkan detak jantungnya yang berdebar-debar, "Gio, marahi ayahmu yang keras kepala ini tidak ingin minum obatnya."
"Dad, obat tidak akan memakan daddy." ucap Gio dengan wajahnya gemasnya terlihat meyakinkan, Bella sampai tersenyum melihat Gio menirukan caranya ketika Gio tidak ingin minum obat.
Kenneth menatap Bella tapi wanita itu justru tersenyum, "Baiklah, kemarikan obatnya."
"Yes, Good Daddy." Gio menepuk tepuk kening Kenneth, sama seperti ketika Gio menuruti ucapan Bella, wanita itu akan mengusap kening Gio.
"Kau yang mengajarinya?" tanya Kenneth.
"Putramu peniru yang baik." jawab Bella.
Kenneth menerima obat pemberian Bella, membiarkan wanita ini merawatnya dengan baik di temani oleh Gio. Kenneth hanya bisa pasrah untuk saat ini, tapi hatinya merasa nyaman mendapatkan perhatian yang jarang Kenneth dapatkan.
Sebuah handuk kecil Bella gunakan mendinginkan demam di tubuh Kenneth sementara Bella dan Gio asik bermain di sebelah Kenneth berbaring, Kenneth pikir tak ada ketulusan dari semua wanita sampai ia melihat secara langsung sosok wanita rela merawat putranya yang kini merawatnya juga.
Suara tawa Gio saat bermain dengan Bella terdengar sangat tulus, setengah jam kemudian Gio tertidur.
Sekali lagi Bella memastikan kondisi Kenneth, "Demamnya masih belum turun."
Kenneth memperhatikan Bella, apa yang membuat wanita ini peduli padanya setelah apa yang sudah Kenneth lakukan. Handuk dingin kembali menyentuh keningnya, terasa sangat nyaman.
"Aku akan membawa Gio ke kamarnya, jadi istirahat dengan baik." pamit Bella, dengan hati-hati menggendong Gio keluar kamar, melihat itu Kenneth bergegas mengambil ipad untuk melanjutkan pekerjaan tanpa Bella ketahui, dan setiap Bella datang maka Kenneth langsung menyembunyikan ipad di bawah selimut.
Bella pikir Kenneth sudah bisa istirahat dengan nyaman selepas minum obat sehingga tidak Bella perhatikan lagi sampai persiapan makan malam dilakukan.
Malam harinya Bella sibuk menyiapkan makanan bersama Gio di dapur karena sejak tadi Kenneth tidak keluar kamar, lelaki itu pasti istirahat dengan cukup tanpa gangguan.
Selesai menyiapkan makanan, Bella berniat memanggil Kenneth, namun ia justru mendengar suara benda jatuh dari arah kamar lelaki itu, suaranya cukup keras jadi Bella buru-buru melihat apa yang terjadi.
Tubuh Kenneth sudah ada di atas lantai yang dingin.
"Ya ampun, Kenneth!” Bella membantu Kenneth bangun, lalu terkejut dengan betapa panasnya tubuh pria tersebut. “Suhu tubuhmu semakin parah!"
Pandangan Kenneth buram, kepalanya menjadi pusing tapi suara panik Bella terdengar jelas. Apa perempuan ini mengkhawatirkannya?
Entah berapa lama waktu berlalu selama Bella menjaga dan merawat Kenneth. Akan tetapi, semakin lama Kenneth semakin kesulitan membandingkan antara mimpi dan bukan.
Sentuhan tangan Bella saat mengelap keringat di dahi dan lehernya membuat Kenneth merasakan desiran tak tertahankan di tubuhnya.
“Sudah kukatakan jangan bekerja, masih memaksa,” gerutu Bella selagi merawat Kenneth. “Bagaimana bisa sembuh kalau–”
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, satu tangan Kenneth menahan tangan Bella, lalu tanpa permisi menarik tengkuk perempuan itu dan menciumnya, membuat kedua bola mata Bella membelalak.
Begitu lama ciuman itu terjadi, terasa panas dan menggairahkan. Saat Bella kehabisan napas, Kenneth melepaskan ciumannya dan menatap Bella dengan wajahnya yang diselimuti keinginan terselubung.
Bella mendengar suara bariton Kenneth berkata, "Bella, aku menginginkanmu …."
Hello, Silan kembali lagi. Jangan lupa dukung aku ya, komentar kalian itu adalah penyemangat buat penulis :)
Beberapa bulan berlalu, Bella membuka salah satu ruangan kosong yang mana kini Kenneth sedang menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadiran anak ketiganya, Kenneth bahkan membuat tempat tidur bayi seorang diri dan mendekorasi kamar. Antusias Kenneth tak pernah pudar sejak mengetahui Bella hamil, pria itu melakukan semuanya sendiri agar bisa membuat Bella tetap bahagia, sekarang saja Kenneth sedang menyiapkan kamar calon anaknya yang akan lahir sebentar lagi. "Ini sudah malam, sebaiknya kamu lanjutkan besok saja." Kenneth berbalik, "Aku tidak akan sempat, aku akan selesaikan pekerjaan ini dengan baik. Kita tidak tahu kapan bayinya akan lahir, mengingat usia kandunganmu sudah memasuki bulan kelahiran, jadi aku harus siap semuanya." Bella tersenyum, "Tapi ini sudah jam sebelas malam, kalau kamu tidak berhenti, aku tidak akan tidur." ancamnya. Tanpa mengatakan apapun kenneth langsung meletakkan alat yang ia pegang untuk membuat tempat tidur bayi, pria itu menghampiri Bella, meng
Perjalanan ke pusat perbelanjaan mereka jalani bersama, Kenneth menggandeng tangan Gio dan Flo bersamaan melewati setiap toko di sebelah mereka, tapi tujuannya sekarang adalah baju cantik untuk Flo dan juga hadiah untuk gadis kecil mereka. Bella mengikut di belakang memperhatikan kedekatan Kenneth, tiba-tiba Gio berhenti, anak itu berbalik menghampiri Bella dan menggandeng tangan ibunya, Gio mendongak seraya tersenyum. "Kalau Flo untuk daddy, aku akan bersama mommy." katanya. Bella mengusap kepala Gio, "Kalian itu tidak ada bedanya, sama-sama kesayangan mommy." jawab Bella. "Dad," panggil Flo, Kenneth menoleh dan putrinya sudah mengulurkan tangan minta gendong, dengan senang hati Kenneth mengangkat putrinya dan mereka berjalan menuju sebuah toko pakaian anak. "Aku ingin baju biru itu!" tujuk gadis kecil di gendongan Kenneth. Bella mendongak, setinggi itu bagaimana Flo bisa tahu ada baju cantik di sana, "Tolong turunkan baju itu, kami ingin melihatnya." ucap Bella pada pegawai.
Satu minggu setelahnya, baik Kenneth maupun Bella disibukkan dengan rutinitas pekerjaan yang mereka lakukan, mereka juga jarang di rumah sehingga sementara waktu Gio dan Flo di jaga oleh Delina. Tampaknya keinginan Delina pulang ke rumahnya harus tertunda demi menjaga kedua cucunya ketika orang tua mereka sibuk bekerja. Tiga hari terakhir, Bella dan Kenneth nyaris tidak saling sapa, jika Bella pulang ke rumah, terkadang Kenneth tidak ada karena dinas di kota lain. Kesibukan itu terus berlanjut sampai minggu kedua, dan hari ini Kenneth juga masih belum pulang. Ketika Bella tiba di rumah, Gio dan Flo sudah tidur. "Kamu dan Kenneth terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini." ucap Delina. Bella menoleh sambil meletakkan lembaran dokumen dan tasnya ke atas meja, "Ada proyek baru yang harus aku tangani di perusahaan, aku tidak bisa lepas tanggung jawab karena posisiku sebagai pemimpin di perusahaan cabang." "Jangan lupa untuk mengatur jadwal makan mu, meski sibuk, kau juga butuh tenaga."
Dress hitam yang dibeli tadi siang kini Bella pakai untuk bersiap datang ke pesta, rambutnya ditata sedemikian rupa untuk menampilkan leher jenjang dan aksesoris yang Bella gunakan. Penampilannya sepuluh kali lipat lebih cantik jika Bella merias dirinya dengan serius, tapi bagi Kenneth merias diri atau tidak, wanita berbaju hitam yang berjalan ke arahnya itu adalah yang paling cantik diantara wanita lainnya. "Perfect!" puji Kenneth seraya menawarkan lengannya untuk Bella gandeng. Bella tersenyum tipis, mereka pun pergi setelah mobil jemputan tiba, Kenneth membukakan pintu mempersilahkan Bella masuk ke dalam mobil lebih dulu. Tempat pesta digelar terlihat sudah ramai, banyak kendaraan juga yang tampaknya baru tiba, supir membukakan pintu agar penumpang di belakang turun. "Biarkan aku memperbaiki penampilanmu sedikit." ucap Bella sambil merapikan dasi kupu-kupu di leher Kenneth agar terlihat lebih nyaman dipandang. "Ayo kita masuk?" Kenneth kembali menawarkan lengannya, dengan senan
Pukul sembilan malam, Bella dan Kenneth sudah bersiap mengambil posisi berbaring ketika mereka melihat pintu terbuka, Flo muncul sembari memeluk boneka unicorn miliknya."Hai, dad.""Hai sayang, kenapa kamu tidak tidur?" tanya Kenneth.Flo menjatuhkan bonekanya, "Apa aku bisa tidur dengan daddy malam ini?""Tentu saja, kemarilah." Kenneth mengulurkan tangan menggendong Flo dan membiarkan putrinya itu tidur sambil memeluknya seperti anak koala.Tatapan Flo melihat Bella yang sedang melipat tangan di depan perut, namun dengan jahilnya Flo semakin erat memeluk Kenneth, "Ini daddyku.""Jadi apa putriku merebut suamiku sekarang?" "Tidak, ini suamiku." jawab Flo.Bella mendelik sementara Kenneth tertawa sambil mengusap punggung Flo, gadis kecil itu tiba-tiba bangun sambil mendorong jauh selimut yang sering Bella pakai."Ini, mommy tidur saja dengan selimut ini.""Astaga, apa kamu mengusir ibumu sendiri?" sahut Bella melihat putrinya mendorong selimut ke arahnya, Flo diam sebentar menatap B
Ada begitu banyak mainan dan souvenir yang Bella bawa untuk kedua anaknya, terlihat wajah antusias mereka ketika melihat setiap mainan yang ada, Bella dengan Kenneth duduk memperhatikan tanpa mengganggu Gio dan Flo mengacak acak tas berisi barang yang Bella beli di tempat liburannya."Kalian sudah datang?""Ibu," Bella membantu membawa belanjaan ke arah dapur, "banyak sekali.""Sudah tidak apa, karena kau dan suamimu sudah pulang, jadi ibu ingin membuat masakan kesukaan kalian. Tapi apa makanan kesukaan suamimu?" tanya Delina.Bella merapikan belanjaan, "Kenneth bukan pemilih makanan, oh ya, Gio punya alergi dengan seafood."Delina mengangguk mengerti, wanita paruh baya itu memperhatikan wajah putrinya. Sebelumnya ia sempat khawatir kalau pernikahan Bella dengan Kenneth akan berakhir sama seperti sebelumnya, tapi begitu melihat wajah Bella yang berseri seri seperti ini membuatnya turut bahagia."Bagaimana liburanmu dengan Kenneth?""Sangat baik, tidak pernah sebaik ini sebelumnya." ja