“Mmm ... sebelumnya aku meminta maaf karena dengan lancang masuk ke ruangan pribadimu yang sangat rahasia itu,” ujar Ares menjelaskan. “Kemarin sehari setelah kamu keluar dari rumah sakit, aku iseng untuk mampir ke toko bunga. Awalnya hanya berniat untuk mengecek saja, tapi tiba-tiba rasa penasaranku datang begitu melihat pintu ruanganmu.”“Aku ingat, itu adalah ruangan yang tidak boleh ada orang lain untuk masuk ke sana selain dirimu. Jadi, dengan lancang kuputuskan untuk masuk dan melihat. Sebenarnya ada apa di sana, sehingga kamu tidak memperbolehkan orang lain masuk.” Lanjut Ares. “Ternyata, ada lukisan-lukisan cantik yang kamu simpan. Termasuk dengan beberapa aku yang menjadi objek melukismu.”“Dan itu semua sangat cantik. Aku benar-benar menyukainya.”“Terima kasih,” ujar Rere tersipu malu. “Lalu, kapan kamu ingin memperlihatkan identitasmu? Ada rencana atau memang benar-benar ingin semua orang tidak mengetahuinya?”“Kurasa, aku ingin tetap menyembunyikannya, kak.”Ares mengang
Mereka baru saja menyelesaikan upacara pernikahan dengan berjanji di depan Tuhan untuk sehidup semati dan saling mengasihi. Upacara diadakan secara intimate, hanya keluarga dan sahabat yang datang. Berbeda dengan pesta pernikahan yang akan diadakan secara besar-besaran dan mewah nantinya. Sekarang, mereka sedang berada di kamar untuk beristirahat sejenak. Karena pesta pernikahan akan dimulai pukul 08.00 malam. “Meskipun ini adalah pernikahan kita yang kedua, rasanya berbeda sekali,” ujar Rere yang bersandar manja di dada bidang Ares.Ares mendengarkan Rere, sembari memberi elusan pada kepala lalu turun ke punggung istrinya itu secara berulang kali.“Bahagia?” tanya Ares membuat Rere langsung mengangguk. “Tentu saja. Siapa yang tidak bahagia karena telah menikah dengan pria yang dicintai?” tanya Rere tersenyum. “Semua wanita di dunia ini pasti akan merasa bahagia.”“Lalu apa yang kamu rasakan saat kita menikah yang pertama?” “Bahagia juga, tapi tetap saja ada kehampaan yang aku rasa
Baik Ares maupun Rere merasa canggung karena mereka melupakan keberadaan Serena dan Steven yang melihat ciuman panas mereka. "Ugh, lihatlah ke kaca, bibir kalian terlihat sangat bengkak," ujar Steven menggoda. Ares mendengus. "Kenapa kalian tidak pergi daripada harus melihat kita berciuman.""Ya Tuhan, jika aku biarkan, aku bersumpah kamu dan Rere pasti sudah berakhir di ranjang sekarang. Lalu pesta pernikahan dibatalkan sesuai dengan apa yang kamu katakan tadi.""Maka, biarkan itu terjadi," gerutu Ares kesal."Astaga, lalu apa yang akan kita katakan pada tamu undangan? Haruskah kita mengatakan, jika pengantin pria sudah tidak bisa menahan hasratnya untuk menyentuh pengantin wanitanya?" sambung Serena gemas. Rere yang melihat keributan kecil itu hanya menggelengkan kepalanya. "Sudah-sudah," ujarnya melerai. "Serena, bolehkah aku meminta tolong untuk dipanggilkan tim penata riasnya? Aku harus segera merapikan kekacauan ini.""Oke, wait!" "Bibirku terlihat sangat jelas jika bengkak.
Suamiku: kenapa tidak membalas pesanku?halooobuang saja hapemu jika tidak bisa membalas pesanku, sayangastagaaasedang diculik pemuda bpupki kah, sampai-sampai tidak bisa membalas pesanku?Rere melirik sekilas ke arah ponselnya yang terus bergetar. Notifikasi pesan dari Ares membuatnya tetap fokus pada kesibukannya. Hari ini, ia cukup sibuk di butik. Ada salah satu customer mendatangi, dia ingin dibuatkan dekor untuk merayakan ulang tahun putrinya yang ke-7 dan desainnya harus sudah selesai jam 13.00, waktunya sisa 20 menit lagi dari sekarang. Semua terjadi secara dadakan dan itu membuat Rere tidak bisa membalas pesan atau bahkan mengangkat telepon suaminya itu. Karena dirinya tidak boleh hilang fokus.Satu lagi, customernya juga sedang menunggu. Dia duduk di hadapannya. Seorang pria matang berstatus duda itu membuat Rere sedikit grogi mengerjakannya. Tentu saja. Rasanya seperti saat ujian nasional dengan guru killer yang bertugas menjaga. Lalu, dari mana Rere tau jika pria di hada
Kehamilan Rere adalah hal yang paling dinantikan semua orang. Termasuk Ares yang begitu bahagia saat mendengar perkataan Rere jika istrinya itu hamil. Apalagi saat Rere menunjukkan sebuah test pack dengan garis 2 yang menunjukkan jika benar-benar positif hamil. "Aku bahagia, Re. Terima kasih karena sudah siap untuk mengandung lagi."Rere tersenyum hangat. Melihat respon Ares yang sangat bahagia dengan binar di matanya, membuat ia semakin yakin untuk perlahan menghilangkan traumanya. Karena tidak mudah bagi dirinya, setelah mengalami banyak hal kejadian di hidup.Rere banyak belajar di kehidupannya bersama Ares, baik dulu maupun sekarang. Dari rumah tangganya, ia belajar menjadi istri sebagaimana mestinya, meskipun Ares selalu menyakiti. Rere yang menggaris bawahi, bahwasannya sejak awal pernikahan mereka memang Ares tidak pernah mencintai dirinya. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan. Ada paksaan secara tidak langsung, yang membuat Ares sulit menolaknya. Rere juga tidak membena
Ares Danuarta .....Pria itu, dia adalah suamiku Dia, pria yang hatinya masih setia tertaut dengan mantan kekasihnya dan masih saling berhubungan hingga sekarang. Di saat pernikahan kita sudah berjalan selama 7 tahun.Aku telah kehilangannya selama bertahun-tahun yang lalu. Mencintainya dalam diam sejak kita masih duduk di bangku sekolah dasar hingga sekarang, saat dia sudah menjadi milikku. Ah, tidak. Mungkin sampai detik ini aku tidak pernah memilikinya. Tidak akan pernah baik dulu, sekarang maupun nanti.Jadi, jika aku diberi kesempatan untuk menjadi pelakor. Aku ingin sekali merebut pria itu. Agar dia bisa mencintaiku dan memandangku sepenuh hati dengan segenap jiwanya. Seperti seorang pria yang menatap wanita yang dicintainya.
"Ares ... biarkan aku memilikimu seutuhnya." Raisa, kekasih Ares. Mereka sudah berhubungan sejak 9 tahun lalu, bahkan lebih lama dari usia pernikahan Ares dengan Rere.Ares menatap Raisa sembari tersenyum. Tangannya membelai halus pipi kekasihnya itu. "Sabarlah sedikit lagi, sayang. Mengakhiri hubungan pernikahanku dengannya tidak semudah seperti yang kita bayangkan.""Sebelum meninggal, kakek sudah terlebih dulu berpesan untuk meminta cucu dariku dengannya. Kamu tau itu kan." Lanjut Ares. "Dan sampai detik ini, aku belum bisa memenuhi permintaan terakhirnya. Karena aku masih belum bisa menyentuhnya."Raisa menarik napas, lalu menghembuskannya perlahan. Ia mengangguk, berusaha menarik bibirnya untuk tersenyum. "Ya, aku mengerti. Aku akan menunggumu lagi." Ares menarik Raisa ke dalam pelukannya, lalu memberikan kecupan hangat pada kening kekasihnya itu. "Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti dan memahamiku."Raisa tidak menjawab, hanya menanggapi dengan anggukan. Ares tidak menci
Seperti yang sudah Ares katakan pada Raisa, jika ia akan mengajak jalan-jalan kekasihnya itu sebelum dirinya pergi selama 2 pekan ke Singapura. “Bunganya sangat indah, terima kasih, sayang.” Raisa tersenyum lebar, memberikan kecupan manis di sudut bibir Ares. “Membelinya di toko Rere?” tanya Raisa menebak.Ares mengangguk singkat, hanya tidak ingin merusak momen mereka. “Pergi sekarang?” tanyanya mengalihkan. Raisa mengangguk, masih dengan memeluk bunga aster pemberian Ares. “Ayo!” Ares membukakan pintu mobil untuk Raisa, tidak lupa memasangkan sabuk pengaman. Hal-hal kecil yang selalu Ares perhatikan, tentu mampu membuat Raisa semakin jatuh hati padanya dan sulit untuk melepaskan. Maka dari itu, saat Ares mempertahankan hubungan mereka dan meyakinkan Raisa jika Ares sangat mencintainya, di detik itu juga Raisa berjanji tidak akan lagi melepaskan dan merelakan Ares untuk wanita lain. Sekalipun dia adalah Rere, istri pria itu. “Bagaimana sebelum ke pantai, kita mampir makan dulu? Aku