Share

Anak ku

Author: Fefe
last update Last Updated: 2022-04-17 17:50:11

Jam-jam berganti, tapi tetap fikiran ku tidak bisa lepas dari mas Bayu. Bahkan kini semua kenangan bahagia dan pengkhianatan yang menyakitkan seperti berputar-putar di kepalaku, sehingga seperti orang yang tidak waras dan diriku bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres padaku.

Apa ini karena aku terlalu mencintainya, hingga aku seperti orang tidak waras? 

Apa karena aku begitu bodoh, tetap mencintai pria yang telah menyakiti ku tapi justru mengharapkannya. 

Kugeser dudukku saat ada rasa lembab dan tidak nyaman. Betapa terkejutnya aku saat melihat cairan berwarna merah merembes dari bawah ku. 

Tuhan! 

Tidak! 

Anakku! 

Hanya itu yang aku pikirkan, bayi yang tengah aku kandung, aku sangat mengkhawatirkannya. 

"Mba Ema … Mas Anton …." Teriakku histeris. 

Tak lama pintu kamar ku yang memang tidak di kunci terbuka, mereka berdua berlari tergopoh-gopoh sembari menatapku dengan cemas. 

"Ada apa, Nia? " tanya mbak Ema, dia sepertinya menyadari raut wajahku. 

"Apa yang terjadi, Nia? " Mas Anton juga bertanya dengan wajah tegang. 

Aku tidak bisa menjawab, selain melirik ke bawah sebagai isyarat, karena rasa sakit seketika membuat perutku mulas. 

"Tuhan, kau kenapa, Nia. " Khawatir mbak Ema mulai panik. 

"Tenangkan dirimu, sayang. Buat Nia rileks terlebih dahulu, aku siapkan mobil untuk kerumah sakit,"ujar mas Anton, lalu bergegas ke garasi. Sementara mbak Ema menyiapkan aku, karena malam telah larut bahkan Nana sudah tidur sejak tadi. 

" Tarik nafas dengan perlahan-lahan, lalu hembuskan. "Instruksi mbak Ema saat memandangi wajahku yang mulai memerah. 

" Mbak, bagaimana jika bayiku kenapa-napa? "tanyaku dengan serak, aku tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi padaku. 

" Sudah, jangan berpikir yang tidak-tidak. "Mbak Ema mencoba menenangkan keadaan ku. 

Tak lama mas Anton kembali. 

" Bagaimana, sudah siap?"tanya mas Anton. 

Mbak Ema mengangguk cepat, sembari membantuku bangkit dari duduk. 

"Tapi maaf mas, aku tidak bisa menemani. Kasihan Nana," ujar mbak Ema. 

"Tidak apa, jaga Nana selama kami pergi, ya." balas mas Anton dengan hati-hati menuntunku ke mobil, lalu membantuku duduk di kursi depan. 

"Hati-hati mas, Nia … kau harus kuat, Dek! "Kata mbak Ema tulus sebelum kami pergi. 

Aku hanya bisa mengangguk lemas, karena rasa sakit di perutku. 

"Kami pergi duduk, sayang. Assalamualaikum."Mas Anton buru-buru masuk ke dalam mobil. 

"Waalaikumsalam." Jawab mbak Ema. 

Mobil yang dikemudikan mas Anton melaju meninggalkan rumah, rasa melilit di perutku kian menyiksa. Sepanjang jalan bibirku tak henti-hentinya melafalkan tasbih agar rasa sakit yang mendera tidak semakin terasa, sampai akhirnya kami tiba di rumah sakit. 

Setibanya di rumah sakit, aku segera ditangani oleh dokter spesialis kandungan yang selalu aku datangi saat memeriksakan kandungan selama ini. Serangkaian pemeriksaan dilakukan, bahkan dokter menyuntikkan obat pereda sakit dan menyuntikkan obat pereda pendaratan agar aku bisa istirahat di sana, karena hasil pemeriksaan belum diketahui, sehingga kami harus menunggu. 

"Mbak Nia mengalami stress dan tekanan mental, hingga terjadi komplikasi pada rahimnya, tekanan darah yang tidak stabil semakin membuat keadaan semakin buruk." Jelas dokter setelah semua hasil keluar, mas Anton yang duduk mendengarkan hanya bisa menghela nafas dalam. 

"Saya sarankan mbak Nia segera menjalani operasi sesar dini, karena keadaan ini sangat membahayakan untuk kondisi mbak, Nia. "

 Aku terdiam mencerna apa yang dokter itu sampaikan pada kami. 

"Karena kehamilan mbak Nia baru menginjak usia 30 minggu, saya tidak menjamin jika bayi anda akan lahir normal atau selamat. Tapi kita tidak memiliki cara lain agar anda tidak mengalami hal ini lagi."

Bak disambar petir, penjelasan dokter tersebut benar-benar membuat ku hampir kehilangan setengah nyawa. 

"Maksud dokter, saya harus merelakan anak saya, begitu?" Aku ingin tahu jawaban secara jelas, karena penjelasan dokter sangat berbelit-belit. 

"Yah, karena usianya masih sangat kecil. Tidak mungkin kita mempertahankannya, meskipun dia bertahan, dia pasti mengalami cacat atau tumbuh tidak sempurna. Apa bila kita harus menunggu beberapa minggu lagi hingga usia kehamilan mbak Nia cukup. Tapi keadaan mbak akan semakin membahayakan."

Benar-benar pilihan yang sulit bagiku, karena aku sangat ingin bayi ini lahir dengan sehat dan selamat. Aku sangat menginginkannya. 

"Apa bayiku baik-baik saja dokter? "tanyaku, karena yang terpenting kini hanya bayi yang kini berada di kandunganku. 

"Untuk saat ini, bayimu baik-baik saja, mbak. Tapi keadaannya bisa saja berubah jika kita tidak bertindak cepat. Apa lagi tekanan darah anda sedang tidak stabil." Penjelasan dokter tersebut cukup membuat ku lega setidaknya bayiku kini baik-baik saja, tapi ada bagian yang tidak aku mengerti kenapa keadaan bisa berubah.

Maksudnya apa.  

"Keadaan bisa berubah, maksud, dokter? " Penasaran ku, hingga rasa semakin menghinggapi, aku takut jika bayiku dalam keadaan bahaya. 

"Kita harus melakukan operasi dini mbak, Nia. Tapi seperti yang sudah saya jelaskan, saya tidak berani berjanji jika bayi mbak Nia akan selamat mengingat usianya belum cukup." 

Hatiku sangat sakit, karena keadaan ini benar-benar tidak memberikan satu pilihan untukku. 

"Apa tidak ada cara lain agar bayiku selamat dokter? "tanyaku berharap, karena bagiku yang terpenting anak ini lahir dengan sehat dan selamat.

" Bisa saja mbak,Nia. Akan tetapi kita harus menunggu usia kandunganmu memasuki minggu ke 34 atau 35 minggu, karena semua organ tubuhnya telah terbentuk dengan sempurna meski belum 100%. Tapi jika kita harus menunggu beberapa minggu lagi nyawamu yang akan terancam mbak, Nia."

Sesaat aku terdiam, karena tatapan mas Anton begitu dalam padaku, aku tahu, dia sangat khawatir dengan keadaan ini. 

"Lalu kita harus bagaimana dokter? " Penasaran mas Anton, 

Akhirnya lolos setelah sekian lama diam mendengarkan penjelasan dokter. 

"Tidak ada cara lain, mas. Operasi dini harus dilakukan. " 

Aku tercekat saat mendengar keputusan ini. 

"Tidak, dokter. Aku ingin bayiku, aku ingin dia selamat. " 

Mas Anton yang awalnya fokus menatap dokter kini beralih memandangku. 

"Nia, apa kau tidak mendengar apa kata, dokter! " Segah mas Anton, aku tahu dia sangat khawatir dengan keadaanku, tapi aku hanya ingin anak ini. 

"Aku hanya ingin anakku, mas."Tegasku.

Mas Anton menghela nafas dalam lalu menggeleng. 

" Bagaimana ini, dokter?"tanya mas Anton ingin kepastian. 

"Jika mbak, Nia. Tetap bersikukuh ingin mempertahankan bayinya, dengan terpaksa kita tunggu 4 minggu lagi. Untuk itu, mbak Nia harus melakukan kontrol rutin setiap minggu, setelah mencapai minggu tersebut kita akan memutuskan semuanya, dan ingat. Mbak Nia harus istirahat full dan jangan banyak pikiran, karena semua itu akan mempengaruhi keadaan mbak, Nia. "

Akhirnya aku bisa tersenyum setelah mendengar penjelasan dokter tersebut, bahkan bagiku tidak ada lagi yang harus aku tanyakan. Karena yang terpenting bayiku akan selamat. 

Mas Anton hanya bisa menarik nafas dalam, aku tahu dia ingin menentang keinginan ku, karena memang sangat berbahaya. Tapi aku benar-benar yakin dengan semua ini. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Pembantu Maduku   Tentang Nila

    Nila pov) Cukup lama aku aku mencoba memejamkan mata, tapi mata ini enggan untuk terlelap, jangankan untuk terlelap, rasa kantuk pun enggan hinggap padahal jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, tapi mata ini tetap tidak mau terpejam dan tidur setelah kejadian tadi. Aahh… dia memang selalu membuat ku ingin gila. Batin ku bersua jika mengingat semua kejadian demi kejadian bersangkutan dengannya. Kriit!Pintu terbuka, orang yang aku pikirkan sejak tadi kini masuk dan menghampiri ku. "Kenapa kau tidak tidur? " tegurnya basa basi. Ku tatap mata hitamnya dengan lekat, apa dia tidak sedang mengigau? Kenapa malam-malam seperti ini kemari. "Kau sendiri? Kenapa kesini? " balas ku cuek, aku sengaja bersikap seperti ini karena aku tidak ingin dia menganggapku mudah terpengaruh, mengingat dia tahu siapa aku ini, dan aku juga memang ingin berubah menjadi yang lebih baik demi ibuku. "Apa salahnya? " balasannya merasa tidak bersalah. "Bay, apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan? " tany

  • Menjadi Pembantu Maduku   Rasa yang sama

    (Pov Bayu) Aku semakin merasa serbasalah, karena setelah kejadian tadi siang, Nila tidak bertegur sapa dengan ku, jangankan bertegur sapa, saat makan malam bersama Nila tidak adanya percakapan di antara mereka begitu juga Nana, gadisku seolah-olah sengaja mendiamkan aku setelah kejadian tadi. Setelah makan malam mereka berdua berlalu begitu saja kembali ke kamar, aku semakin bingung harus melakukan apa, karena aku tahu semua ini adalah kesalahan ku, semua berawal dari diriku. Andaikan aku tidak membawa masuk Mona ke dalam keluarga ini, semuanya tidak akan pernah terjadi. "Hahhh…." Kuhela nafas dalam sembari menatap langit langit ruang makan setelah aku sendirian di sini. "Lebih baik, bapak susul nak Nila. "Aku menoleh di mana bi Ijah berdiri di sampingku, karena ia tengah membereskan makan malam yang sudah usai. "Saya takut bi, " lirih ku jujur, karena aku memang sedikit takut saat melihat reaksi Nila saat membalas perlakuan Mona. "Saya yakin Tuan, nak Nila tidak seperti itu, d

  • Menjadi Pembantu Maduku   Nila murka, Mona merana

    Hari semakin sore, Nana mulai merasa jenuh di kamar, karena ia hanya menghabiskan waktu untuk menggambar dan belajar bersama Nila. "Ma… Nana bosan. "Nila yang tengah mengganti pokok Hafiz menatap wajah memelas Nana lalu tersenyum gemas. "Oooh… bosan? "Nana mengangguk membenarkan lalu menutup buku gambarnya. "Baiklah, sekarang Nana turun ke bawah saja, ya. Nanti Mama susul, adik Hafiz lapar, setelah urusan Mama selesai, Mama akan susul Nana di bawah. "Nana mengangguk lalu dengan senang memungut satu boneka kesayangannya dan membawanya lebih dulu ke lantai bawah. Dengan langkah riang Nana menuruni tangga, sembari bernyanyi-nyanyi, karena memang jam seperti ini semua pembantu yang bekerja di rumah itu sedang sibuk melakukan tugas mereka, Nana melangkah dengan hati-hati hingga ia sampai di lantai bawah dan disana tatapannya tidak sengaja tertuju pada seorang wanita yang selama ini pergi dari rumah, wanita itu kini tengah menyeret koper besar di tangannya dengan omelan dan ocehan se

  • Menjadi Pembantu Maduku   Candaan membawa kebahagiaan

    Suara riuh di ruang makan pasti terjadi di pagi hari, saat Nana menolak babysitter menyuapi nya sarapan, karena Nana hanya ingin makan satupun sarapan bersama Nila, wanita yang mirip dengan ibunya. Tapi karena kesibukan Nila mengurus Hafiz, dengan terpaksa ia mengabaikan Nana terlebih dahulu, karena Hafiz pagi ini juga tidak mau bersama babysitter. "Bersama, nenek saja, ya. Bukan kah Nana harus segera ke sekolah. " Bujuk bi Ijah mengambil alih piring sarapan Nana dari babysitter. "Tidak mau, Nana maunya sama, mama… . "Rengek Nana memalas,karena Nila masih di kamar belum bergabung dengan mereka di meja makan sarapan. " Tapi, sayang. Mama sedang menjaga adik Hafiz, Nana sama nenek dulu, ya. "Nana menggeleng cepat menolak, bi Ijah menghela nafas dalam karena selama ini memang Nana dan Hafiz sangat sulit dikendalikan jika tidak bersama Nila. "Pokoknya, Nana mau mama, Nana mau makan bersama Mama saja, titik. " Sentak Nana sembari menghentakkan kakinya ke lantai. Bayu yang baru bergab

  • Menjadi Pembantu Maduku   Mimpi

    Sementara di kamar lain Bayu menangis sejadi-jadinya saat ingatannya terus tertuju pada Nia, karena rasa bersalah dan sesal semakin bertambah setelah kejadian tadi, ia kembali melakukan pengkhianatan untuk kesekian kalinya pada Nia istrinya, padahal Bayu telah berjanji pada dirinya sendiri, ia akan berubah dan memulainya dari awal agar menjadi diri dan pribadi yang lebih baik lagi untuk anak-anak mereka, meski sosok yang harus dirinya perjuangkan tidak lagi bersamanya, tapi Bayu sudah bertekad untuk terus menembus semua dengan caranya selalu setia pada Nia. Akan tetapi malam ini ia kembali mengulang kesalahan yang sama, kesalahan yang seharusnya tidak ia lakukan, yang lebih parahnya lagi dirinya tidak bisa membedakan Nia dan orang lain. "Hiks… Maaf sayang, hiks... Maafkan aku. Hiks... " Isak Bayu dalam penyesalan terdalamnya sembari meringkuk di atas tempat tidur. "Aku, hiks… tidak mengerti, hiks… apa yang sebenarnya terjadi. Hiks... Dan rencana apa ini, hiks... Kenapa dia begitu mi

  • Menjadi Pembantu Maduku   Perasaan Nila

    Minggu-minggu berganti begitu cepat, Nila sangat menikmati hari-harinya setelah bekerja menjadi babysitter Nana dan Hafiz, bahkan ia selalu sukses menggoda Bayu saat mereka sedang berdua, meski sejujurnya Nila melakukan semua itu tidak lebih agar bisa membuat perasaan bersalah Bayu sedikit berkurang, karena dari iris mata duda tampan itu setiap memandangnya menyiratkan penyesalan yang mendalam dan kesedihan. Itu sebabnya Nila selalu melancarkan aksinya menggoda majikannya itu, meski ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, jika dirinya cukup tertarik dengan duda beranak dua itu.Akan tetapi Nila memiliki batasan, dirinya sadar jika semua itu tabu untuknya terus melangkah, itu sebabnya Nila memilih menikmati keadaan yang tercipta setiap kali ia menggoda Bayu. Seperti malam ini, Bayu menemani Nana sebentar di kamar mereka, karena Nila tengah menyusui Hafiz, Bayu tidak ingin membuat membuat Nila kelelahan menjaga kedua anaknya, itu sebabnya ia turun tangan langsung mengurus Nana sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status