Share

Bab 42 : Tidak Ingin Bertemu

Author: Sintadevi
last update Last Updated: 2025-05-18 00:38:18

Fajar telah menyingsing sempurna, menyapu langit London dengan warna jingga keemasan yang begitu menenangkan. Namun, hari itu terasa berbeda bagi Angga. Matahari mungkin sudah tinggi, namun semangatnya seolah tertinggal di balik bayang-bayang pikirannya sendiri. Di tengah ruangan kantor yang tenang, hanya suara detik jam dinding yang menemani. Angga masih duduk tegak di meja kerjanya, dengan laptop menyala, namun tak satu pun ketikan berhasil ia hasilkan.

Ia menatap layar kosong, namun yang memenuhi benaknya justru wajah Aluna—gadis yang sejak awal ia kira adalah Alana. Pikirannya berkecamuk, berkali-kali ia melirik ponsel yang tergeletak di samping keyboard. Ada harapan kecil di hatinya bahwa nama Aluna akan muncul di layar ponsel, menghubunginya, atau setidaknya mengirimkan pesan singkat. Namun layar itu tetap sunyi, hanya notifikasi biasa dari aplikasi pekerjaan yang muncul sesekali.

'Kenapa dia tidak menghubungiku?' gumam Angga dalam hati. Ia meremas pelan ponsel di tangannya, kec
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 54 : Kamu Tidak Sendiri

    Daniel mengajak Aluna ke sebuah tempat makan sederhana yang terletak agak jauh dari pusat kota. Bukan restoran mewah yang biasa mereka datangi untuk urusan bisnis. Hari ini, Daniel ingin membicarakan sesuatu yang lebih pribadi, lebih dalam. Ia merasa ada hal-hal penting yang tak bisa dibahas di balik meja kerja atau suasana restoran yang terlalu formal. Kadang, tempat yang sederhana justru menghadirkan kenyamanan dan ketulusan yang sulit ditemukan di tempat bergengsi sekalipun.Café kecil itu berada di pinggiran kota London, tersembunyi di antara deretan toko-toko buku tua dan toko bunga klasik. Aromanya khas: campuran kopi hangat, kayu tua, dan kue kayu manis yang baru saja keluar dari oven. Aluna duduk di sudut ruangan, di balik jendela kaca yang menghadap ke jalan, menanti Daniel dengan secangkir cokelat hangat di tangan. Matanya sesekali melirik keluar, mengamati lalu lalang orang-orang yang berjalan cepat menantang angin musim gugur.Beberapa menit kemudian, Daniel muncul di depa

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 53 : Kenapa Dia Menolakku

    Setelah menyelesaikan urusannya di dalam ruangan Daniel, Aluna segera melangkah keluar dari restoran Tanpopo’s. Namun langkahnya terhenti secara mendadak.Tepat di depan pintu keluar, berdiri seseorang dengan tubuh tegap dan wajah penuh keyakinan. Angga. Pria yang sebelumnya mengaku bernama Wijaya itu kini berdiri dengan tangan terlipat di dada, menatap Aluna dengan sorot mata penuh perhitungan.Saking kagetnya, Aluna tanpa sengaja menabraknya. Tubuh mungilnya sedikit terpental ke belakang. Ia hampir jatuh, namun segera menegakkan tubuh dan menatap pria itu dengan mata membulat.“Ya Tuhan… kau?” ucap Aluna, setengah terkejut dan setengah kesal.Angga hanya menaikkan sebelah alisnya. “Kau hendak pergi ke mana? Biar aku antar,” katanya datar, seolah tidak ada kejadian berarti barusan.Namun bukannya terharu, Aluna justru memandangnya tajam. Napasnya terdengar berat, seperti menahan amarah.“Kenapa kamu ada di sini? Jangan bilang kamu menguntitku,” katanya penuh curiga.“Kalau aku bilan

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 52 : Selalu Terbuka

    Setelah selesai sarapan pagi, Aluna segera bersiap. Hari itu cuaca cukup cerah, langit tampak bersih dengan semburat jingga yang belum sepenuhnya menghilang.Ia menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan.“Ini yang terbaik, Aluna… Demi semua orang,” gumamnya pelan, seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri.Tak berapa lama, taksi yang ia pesan lewat aplikasi pun tiba. Dengan langkah ringan namun hati berat, Aluna masuk ke dalam mobil tersebut. Sepanjang perjalanan menuju restoran milik Daniel, pikirannya melayang-layang. Ia menatap keluar jendela, memandangi pepohonan dan orang-orang yang berlalu lalang di pinggir jalan. Semua tampak berjalan seperti biasa, seolah dunia tak peduli dengan konflik kecil yang tengah berkecamuk di hatinya.'Kalau aku tetap bekerja di sana, mungkin semuanya akan jadi rumit. Aku tidak ingin membuat masalah baru untuk orang lain,' batinnya.Sesampainya di depan restoran, taksi berhenti perlahan. Aluna

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 51 : Melupakan Sesuatu

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap malu-malu di balik tirai jendela kamar Aluna. Udara terasa segar, langit tampak biru cerah, seolah hari menjanjikan kebahagiaan. Namun, tidak bagi Aluna. Pagi yang biasanya ia sambut dengan semangat dan senyuman lebar, kali ini terasa hambar. Wajahnya kusut, matanya sembab, bibirnya mengerucut dalam diam.Ia duduk di tepi ranjang cukup lama, menatap nanar lantai kamar yang dingin. Tak ada suara, hanya detik jam dinding yang berdetak pelan seiring waktu yang terus berjalan.Biasanya, pagi adalah momen yang paling ia nantikan. Ia akan bersiap-siap pergi ke restoran Tanpopo’s, tempat ia bekerja sekaligus tempat hatinya berlabuh diam-diam. Daniel, pemilik restoran itu, bukan hanya sahabat masa kecilnya, tapi juga seseorang yang selama ini diam-diam mengisi ruang hati Aluna.Namun, malam tadi telah mengubah semuanya.Saat James mendadak masuk ke kamarnya hanya untuk mengantar black card dari Angga. Aluna masih ingat jelas bagaimana James, dengan ekspres

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 50 : Tahu Takut

    "Apa yang kau lakukan di sini, James?!" suara Aluna melengking cukup nyaring, memecah kesunyian kamar yang sebelumnya hanya diisi bunyi alat tinju yang bergoyang. Napasnya memburu, dada naik turun tak teratur, dan wajahnya memerah karena emosi. Keringat membasahi pelipisnya, tapi bukan itu yang paling mencolok—melainkan sorot mata tajam yang memancarkan kemarahan yang tertahan.James, yang berdiri kaku di ambang pintu, nyaris kehilangan kata. Detik itu juga tenggorokannya terasa tercekat, dan lidahnya seperti terikat tak bisa bergerak. Ia tak menyangka sambutannya akan seintimidasi ini. Ia hanya ingin menyampaikan amanah, itu saja.“A-aku... ha-hanya ingin menyampaikan sesuatu...” jawabnya dengan suara pelan, terdengar terbata dan gugup. Keringat dingin mulai muncul di pelipisnya. Meski sudah berusia lebih dari lima puluh tahun dan sudah menghadapi banyak situasi sulit selama bekerja untuk keluarga Kusuma, tetap saja, menghadapi kemarahan seorang gadis muda yang se

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 49 : Suara Pukulan Tinju

    Malam itu, langit London terlihat bersih tanpa awan, dihiasi kerlipan bintang yang jarang muncul di kota padat seperti ini. Udara dingin khas musim gugur menyusup lewat celah-celah jendela, namun keindahan malam itu sama sekali tak mampu menenangkan hati James. Sejak matahari terbenam, pria paruh baya itu terus mondar-mandir di ruang tamu lantai bawah rumah keluarga Kusuma.Ia memandangi sebuah kartu kredit berwarna hitam mengkilap yang digenggamnya erat. Kartu itu bukan sembarang kartu, melainkan “Black Card”, simbol kepercayaan dan kemewahan yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Kartu itu diberikan langsung oleh majikannya, Tuan Angga Wijaya Kusuma, yang dengan ekspresi tenang namun penuh tekanan menyuruhnya untuk menyerahkan kartu itu kepada Aluna yang dikira Alana itu.Namun, James tampak ragu sebab melihat Aluna yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Yang jelas, sejak sore tadi, setelah Aluna pulang dalam keadaan murung dari tempat kerjanya, gad

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 48 : Jangan Bekerja Lagi

    Setelah pertemuan yang tidak mengenakkan di kafe sore tadi, Aluna memutuskan untuk pulang lebih awal. Tatapannya kosong, pikirannya kusut, dan hatinya diliputi rasa kecewa yang sulit dijelaskan. Ia bahkan tidak sanggup menatap wajah Daniel lebih lama lagi, takut air matanya jatuh tanpa permisi.Daniel tidak mempermasalahkan kepergian Aluna yang mendadak itu. Ia hanya menatap punggung gadis itu menjauh, dengan tatapan sendu yang sarat dengan pemahaman. Ia tahu, Aluna sedang tidak baik-baik saja. Bahkan dari nada bicaranya sejak awal mereka bertemu tadi, Daniel sudah merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati gadis itu. Sesuatu yang tidak sanggup Aluna sembunyikan, meskipun ia berusaha sekeras mungkin.Sebuah taksi berwarna biru tua berhenti perlahan di depan rumah megah bercat krem muda. Dari dalamnya, sepasang kaki jenjang milik Aluna menuruni mobil itu dengan gerakan cepat, seolah ingin segera menghilang dari pandangan dunia. Ia membawa tas kecil yang sejak tad

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 47 : Harus Menemuinya Lagi

    Langit sore mulai berubah warna, menyiratkan akhir hari yang semakin dekat. Sinar matahari yang sebelumnya hangat, kini berganti dengan angin sejuk yang berembus pelan di bawah pohon maple yang rindang. Di sanalah mereka berdiri—Angga dan Aluna. Suasana yang tenang seolah bertolak belakang dengan ketegangan yang kini menggantung di antara keduanya.Angga, dengan sorot mata tajam dan rahang yang mengeras, tiba-tiba melepaskan genggaman tangannya dari tangan Aluna. Sekilas ia menatap gadis di depannya dengan mata yang tak bisa ditebak—marah, cemas, atau mungkin keduanya.“Mengapa menarik aku?!” suara Aluna meninggi, membuyarkan keheningan yang sempat tercipta. Matanya berapi-api, menuntut penjelasan. “Kamu bertindak seolah tidak mengenalku sekarang.”Nada suaranya membuat Angga terdiam sejenak. Ia menarik napas panjang, dalam-dalam, seakan sedang mencoba menelan emosi yang mendesak ingin keluar. Lalu ia mengembuskannya dengan kasar, matanya tak lepas dari wa

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 46 : Lepaskan Aku!

    "Jika tidak ada masalah lain, aku akan segera kembali ke ruanganku," ucap Daniel memecah keheningan yang terasa menyesakkan. Suara tenangnya terdengar seperti palu godam di tengah ketegangan yang menggantung di udara. Sejenak, semua mata di ruangan VVIP itu menoleh ke arahnya, termasuk Angga yang sejak tadi duduk dengan wajah dingin.Namun baru saja Daniel hendak melangkah keluar, suara bariton Angga kembali terdengar, tajam dan memerintah."Pecat dia!" ucap Angga singkat, namun nadanya terdengar seperti vonis yang tak bisa diganggu gugat.Daniel menghentikan langkahnya. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya, dan perlahan ia berbalik, menatap tajam ke arah Angga. Tatapannya menusuk, jelas tak terima dengan permintaan yang terdengar semena-mena itu."Dia sudah bekerja sangat serius di sini. Dan sejauh yang saya tahu, dia tidak melakukan kesalahan apapun," jawab Daniel dengan suara tenang namun mengandung ketegasan yang tak bisa dianggap enteng.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status