Share

Bab 41 : Harus Bersiap

Author: Sintadevi
last update Last Updated: 2025-05-15 21:00:57

Namun Aluna sadar, bekerja sembunyi-sembunyi bukan hal yang mudah. Karena itu, ia mendatangi James—pelayan pribadi yang sudah lama bekerja untuk keluarga Kusuma. Sosok setia itu awalnya curiga dengan keputusan Aluna yang mendadak. Tapi ketika melihat tatapan memohon dari gadis itu, yang ia anggap sebagai Alana, hatinya luluh.

“James, aku mohon... Jangan beri tahu siapa pun aku bekerja di restoran Tanpopo's,” kata Aluna dengan suara pelan namun penuh harap. “Aku benar-benar butuh pekerjaan ini.”

James memandangnya lama. “Tuan Angga tak boleh tahu?”

Aluna menggeleng cepat. “Tidak. Terutama dia.”

James menghela napas panjang. Di satu sisi, ia ingin menjalankan tugasnya sebagai pelayan yang setia. Tapi di sisi lain, ia juga punya hati. Dan di depan matanya saat itu, adalah seorang gadis yang tampak begitu putus asa.

Akhirnya, James mengangguk. “Baiklah. Tapi jaga dirimu, Nona.”

Aluna tersenyum lega. “Terima kasih, James.”

--
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 41 : Harus Bersiap

    Namun Aluna sadar, bekerja sembunyi-sembunyi bukan hal yang mudah. Karena itu, ia mendatangi James—pelayan pribadi yang sudah lama bekerja untuk keluarga Kusuma. Sosok setia itu awalnya curiga dengan keputusan Aluna yang mendadak. Tapi ketika melihat tatapan memohon dari gadis itu, yang ia anggap sebagai Alana, hatinya luluh.“James, aku mohon... Jangan beri tahu siapa pun aku bekerja di restoran Tanpopo's,” kata Aluna dengan suara pelan namun penuh harap. “Aku benar-benar butuh pekerjaan ini.”James memandangnya lama. “Tuan Angga tak boleh tahu?”Aluna menggeleng cepat. “Tidak. Terutama dia.”James menghela napas panjang. Di satu sisi, ia ingin menjalankan tugasnya sebagai pelayan yang setia. Tapi di sisi lain, ia juga punya hati. Dan di depan matanya saat itu, adalah seorang gadis yang tampak begitu putus asa.Akhirnya, James mengangguk. “Baiklah. Tapi jaga dirimu, Nona.”Aluna tersenyum lega. “Terima kasih, James.”--

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 40 : Bekerja Keras

    “Kamu yang mengatakan padaku bahwa kalian berdua tidak berhubungan dengan baik,” ucap Angga lagi, kali ini lebih menggebu-gebu. Nadanya mulai naik, menggambarkan emosi yang mulai tak bisa ditahan. Aluna mengerutkan kening. Ia merasa pembicaraan ini sudah melebar terlalu jauh dari konteks semula. Ia tak mengerti kenapa Angga, atau dalam hal ini Wijaya, begitu mempermasalahkan apa yang terjadi. Dia hanya ingin semuanya tetap tenang, normal, dan tidak menyinggung sesuatu yang belum bisa ia pecahkan. “Apa hubungannya ini semua dengan tur kampus?” Aluna mengalihkan pandangan, berusaha tetap tenang walau hatinya terasa sesak. “Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kamu pikirkan.” Tapi Angga tidak berhenti. Ia merasa sudah terlalu dalam bermain peran, terlalu banyak yang ditahan, dan kini hatinya seperti ingin meledak. Rasa rindu, cemburu, dan ingin memiliki, semuanya berkecamuk dalam dirinya. “Kalau begitu, beritahu aku,” katan

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 39 : Jadi Benar?

    Jantung Aluna berdetak lebih cepat. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah. Ia belum siap menerima perhatian sedalam itu dari seorang pria yang seharusnya ia benci karena Angga yang mengaku sebagai Wijaya itu adalah kaki tangan calon suaminya. Namun ada bagian dalam hatinya yang merasa nyaman. Bahwa mungkin, hanya Angga yang bisa membuatnya merasa menjadi dirinya sendiri—tanpa perlu berpura-pura jadi Alana. Langit sore mulai berubah jingga, memantulkan cahaya lembut ke permukaan sungai yang mengalir tenang di bawah jembatan tua tempat mereka berdiri. Angin berembus pelan, membawa aroma rerumputan basah setelah hujan pagi tadi. Di atas jembatan itu, dua insan berdiri berhadapan, menyimpan perasaan yang sulit terungkapkan. "Aku ingin meminta maaf padamu, atas yang terjadi pada hari itu. Aku tidak berniat menciummu di depan umum," ucap Angga dengan suara lirih namun tulus. Matanya menatap lurus ke manik mata Aluna, seolah mencari jawaban yang tak bisa ia ungkapkan

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 38 : Karena Kamu Berbeda

    "Ini akan menjadi hari yang panjang," gumamnya pelan, sebelum kembali berjalan—kali ini lebih cepat, berharap Angga tidak lagi mengejarnya. Namun tentu saja, Angga tetap membuntuti di belakang, dengan senyum menyebalkannya. Langkah kaki mereka beriringan menyusuri koridor panjang kampus yang sebagian besar sudah mulai sepi menjelang sore. Udara terasa hangat, langit pun perlahan berubah jingga, seolah ikut menciptakan suasana romantis. Ia berjalan satu langkah lebih cepat dari Angga, berusaha mengendalikan detak jantungnya yang mulai tak karuan. Ia tidak ingin Angga tahu bahwa ia gugup. Terlebih, ia merasa seluruh skenario ini seperti jebakan yang memalukan. Bagaimana tidak? Ia hanya menyamar sebagai Alana—saudara kembarnya yang pintar, kalem, dan berwibawa. Sedangkan dirinya? Aluna hanya gadis biasa yang tidak punya cukup pengetahuan soal kampus, apalagi menjadi pemandu wisata dadakan. Lebih parahnya lagi, pria yang dip

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 37 : Aku Akan Melaporkan mu

    "Alana, ini adalah alumni senior yang kubicarakan denganmu tadi di ruangaku," ucap Rektor sambil tersenyum. Aluna yang mengaku sebagai Alana mengangguk sopan. Namun begitu matanya menangkap sosok pria yang berdiri di samping Rektor, tubuhnya langsung menegang. Wajah itu terlalu familiar, terlalu dikenalnya. Wajah yang beberapa hari ini membuat dirinya sebal. "Baiklah, aku masih harus menghadiri rapat. Aku pergi dulu, sampai jumpa lagi," ucap Rektor sambil menepuk bahu Aluna pelan. Ia pun segera melangkah pergi meninggalkan mereka berdua di lobi utama kampus. Aluna tidak berkata apa-apa. Langkah Rektor yang menjauh seolah menjadi isyarat bahwa dia kini harus menghadapi situasi yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Ia berdiri kaku, menatap pria yang kini tersenyum santai di hadapannya. Pria yang beberapa waktu lalu memperkenalkan dirinya dengan nama tengahnya: Wijaya. Ya, diala

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 36 : Kebetulan Sekali

    Aluna mendengus kesal, mengibaskan poni yang menutupi matanya. Sore itu seharusnya menjadi saat-saat menyenangkan baginya. Ia sudah menyelesaikan drama pura-pura jadi Alana selama sehari, dan kini, kelulusan di tangan. Harusnya ia bisa pulang, tidur seharian, atau minimal menikmati secangkir es kopi sambil membuka novel kesukaannya.Tapi tidak. Nasib berkata lain. Ia justru menerima kabar bahwa dirinya—atau lebih tepatnya Alana—harus menghadap rektor sore ini juga.“Sudah lulus masih juga dipanggil. Apa rektor itu tidak punya kerjaan lain?” gumam Aluna sebal sambil menyeret langkah menuju gedung rektorat. Matahari sore terasa menyengat kulitnya, menambah kadar jengkel yang sudah mendidih sejak pagi.Setelah menuruni beberapa anak tangga dan menyusuri lorong kampus yang mulai sepi, ia tiba di depan pintu bertuliskan: “Ruangan Rektor.” Tulisannya besar dan tegas, cukup membuat siapa pun yang membaca merasa terintimidasi. Tapi bagi Aluna, tulisan itu lebih dari sekadar tanda pintu. Itu s

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 35 : Sangat Tidak Populer

    Pagi itu, langit begitu cerah. Mentari memancarkan sinarnya lembut, menghangatkan bumi dan segala isinya. Namun, sinar matahari yang biasanya mampu mengundang senyuman dari banyak orang, tidak sanggup menghapus kesuraman yang menghiasi wajah Aluna.Hari ini seharusnya menjadi hari bahagia. Hari kelulusan. Namun, bukan kelulusan dirinya. Ini adalah hari kelulusan kembarannya—Alana.Sayangnya, Alana tidak dapat ditemukan. Setelah pertengkaran hebat dengan sang ayah beberapa minggu lalu, Alana memutuskan pergi dari rumah. Tak ada kabar, tak ada jejak. Hanya kekhawatiran yang ditinggalkan.Dan kini, di tengah ketidaktahuan tentang keberadaan saudara kembarnya itu, Aluna harus berdiri di hadapan Universitas Suryajaya, mengenakan jubah hitam dan toga milik Alana. Semua itu dilakukan bukan atas kehendaknya sendiri, melainkan paksaan ayahnya, Tuan Abigael."Sudah menggantikan dia menjadi tunangan Tuan Angga, sekarang aku juga harus menggantikannya untuk acara pelulusan ini," gumam Aluna, lebi

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 34 : Apapun Caranya

    "Karena aku yakin...kali ini, aku bisa membuatnya jatuh cinta. Dengan caraku sendiri."Tatapan Angga terlihat kosong menatap papan catur di depannya, tapi ada kilau tekad yang mulai menyala di balik matanya. Perlahan, ia tersenyum—senyum tipis yang sederhana, tapi sarat makna. Senyum itu bukan sekadar gerak bibir, melainkan pernyataan diam tentang keberanian dan harapan. Leon, yang duduk bersandar santai di seberangnya, menoleh sambil menaikkan satu alis. Ia tidak langsung menanggapi, seolah memberi ruang untuk atasannya mencerna perasaannya sendiri. Lalu, dengan gaya santai khasnya, ia mengangkat bahu. "Zaman sekarang, siapa sih yang tidak bisa mengeluarkan seratus ribu dolar?" katanya dengan nada bercanda, walau ada sindiran halus di dalamnya. "Tapi kamu malah duduk di sini, termenung, main catur sendirian, menunggu keajaiban jatuh dari langit. Seperti tokoh drama di film tahun 90-an."Angga tertawa kecil, tapi tawa itu terdengar hambar. Lebih seperti usaha menertawakan luka yang b

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 33 : Dia Dalam Kesulitan

    Setelah perdebatan panjang dan negosiasi yang tak kalah melelahkan dengan Aluna uang dikira Alana itu di rumahnya, Angga mengambil keputusan yang tak terduga bahkan untuk dirinya sendiri. Ia tidak kembali ke apartemennya malam itu. Hatinya terlalu sesak, pikirannya terlalu kacau untuk duduk diam di ruang mewah penuh kesepian yang biasanya menjadi tempatnya bersembunyi dari dunia. Di balik kemudi mobilnya, Angga melajukan kendaraan tanpa arah pasti. Lampu-lampu jalanan menyala remang, menari di kaca depan yang mulai berkabut oleh embusan AC dan napasnya sendiri. Wajahnya tampak letih, bukan karena fisik semata, tapi oleh pergolakan batin yang tak kunjung reda. Beberapa puluh menit kemudian, ia memutuskan berhenti di depan sebuah rumah sederhana namun menenangkan. Rumah itu tak besar, namun suasananya teduh, seolah mampu memeluk siapa pun yang datang dengan beban di pundak. Tanpa ragu, Angga mematikan mesin mobil dan keluar.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status