Share

Bab 6

Author: Khoirul N.
last update Last Updated: 2025-01-06 18:57:03

[Selamat Tuan, sekarang mata anda sudah normal.]

Jack meraba-raba matanya, mengulang untuk memakai kacamata hanya untuk dilepaskan kembali, menutup sebelah mata bergantian, dan membuka mata lebar-lebar untuk menatap sekeliling. Dia tersenyum haru, sebelum tertawa lepas. Jack tidak bisa menahannya. Rasanya seperti lahir kembali, melihat isi dunia secara langsung dengan sangat jelas tanpa penghalang lensa lagi.

Dia sangat ingat, bagaimana Elena dan keluarganya, juga beberapa rekan kerjanya dulu sering menjadikan sakit silindernya sebagai lelucon. Bahkan, pernah suatu waktu, Tommy sengaja mengambil dan menyembunyikan kacamatanya. Entah bagaimana dirinya yang mesti meraba-raba benda di sekitar karena kesulitan melihat, malah membuat keluarga Elena terbahak-bahak.

"Sistem, bagaimana kamu melakukannya?" Dia masih sulit percaya. Ini seperti mimpi!

[Semua berkat kebaikan anda, Tuan. Selama ini anda melihat dengan hati, merasakan kesulitan orang lain, dan senantiasa baik pada siapa pun. Anda mampu melihat celah yang diabaikan orang lain. Saya tersentuh.]

Jack menarik napas panjang. Di hari pertama menjadi Host dari Sistem Kekayaan Super, dia mendapat banyak keajaiban. Dalam hati dia bersumpah tidak akan menyia-nyiakan berkah itu!

"Sistem, sekarang aku tunawisma. Aku akan membeli rumah mewah besok, dan malam ini, mungkin tidur di hotel bukan ide buruk."

Jack teringat ada sebuah hotel bintang tiga tak jauh dari sana. Saat melintas di Havrefort Street yang lengang, ada sebuah penginapan dengan desain klasik yang menyita perhatian Jack. Bukan penginapan itu yang membuat Jack menghentikan laju, melainkan keributan yang terjadi.

Dia melihat dengan jelas, seorang wanita dengan penampilan berantakan merintih dan memelas, meminta untuk dilepaskan dari cengkeraman pria berkumis.

"Tolong, Tuan. Biarkan saya pulang." Wanita itu berusaha membebaskan lengannya.

"Tidak! Aku sudah menyewamu untuk satu malam."

Wanita itu memohon lagi, "Saya sudah melayani anda tadi. Jadi, tolong, izinkan saya pulang."

"Enak saja! Aku sudah membayar penuh. Teman-temanku akan datang. Kamu harus profesional! Cepat ikut denganku lagi!" Pria berkumis menyeret wanita itu tanpa kasihan.

Tentu saja hati Jack menjadi tak tenang melihat pemandangan itu. Tapi, dia bukan ahli beladiri, sedangkan pria berkumis itu bertubuh besar dengan otot-otot yang mencuat.

Jack tidak yakin rahangnya akan bertahan jika terkena tinju dari lengan kekar pria itu. Hanya saja, jerit tangis sang wanita benar-benar mengusik batinnya.

"Berhenti!" Jack nekat.

Pria berkumis berbalik, menatap Jack dengan mata seperti hendak keluar dari soketnya.

"Jangan ikut campur. Anggap saja kamu tidak melihat ini, atau aku akan membuat matamu tidak bisa melihat lagi."

Jack menelan ludah. Baru saja penglihatannya menjadi normal, kini seseorang mengancam akan menghilangkannya.

Jack menggeser pandangan pada si wanita malang. Dari sorot mata yang berkaca-kaca, Jack tahu, wanita itu mengharap pertolongan.

Tangan Jack yang bergetar dikepalkan. Dia mengumpulkan keberanian.

"Ke-kenapa anda memaksanya ikut jika dia ingin pulang?"

Pria berkumis mendengus. "Berandal kecil! Rupanya kamu benar-benar tidak sabar untuk buta!"

Dengan langkah terhentak, pria berkumis menyeret si wanita untuk menghampiri Jack. Sungguh, tiap derapnya berhasil memacu detak jantung Jack. Terlebih saat dia sudah dekat dan mengangkat tinjunya, otot-otot itu menjadi lebih jelas dan mengintimidasi.

"Terima ini, pecundang!" ujarnya saat hendak mengayunkan tinju pada Jack.

"Polisi!" kata Jack spontan dengan kedua tangan melingkupi kepala. Dia bahkan sekarang ragu, tengkoraknya cukup kuat untuk tidak retak. Sekurang-kurangnya, dia akan menerima jahitan di kepala akibat bocor.

"Apa?" Pria berkumis mengerem tangannya yang terkepal kuat.

"A-aku akan menelepon polisi."

Jangankan memohon ampun atau berusaha mencegah Jack untuk melakukannya, pria berkumis malah tertawa.

Jack menurunkan kedua tangan, melihat lawan terpingkal-pingkal.

"Asal kamu tahu, salah satu temanku yang akan datang ke mari untuk bersenang-senang dengan wanita ini adalah seorang polisi. Cepat panggil polisi lain sekarang agar acara nanti semakin seru."

Meski sempat kaget, Jack tahu tidak semua polisi demikian. Hanya saja, sekarang dia ragu untuk melapor.

‘Sistem, cari tahu kelemahannya!’ batin Jack

[Ditemukan! Nama: Paul Hogweed. Usia: 40 tahun. Kelemahan: istrinya, Grace Hogweed … …]

Jack menarik ujung bibirnya melihat layar transparan yang memuat sejumlah informasi pribadi pria berkumis.

“Apa yang membuatmu berani memandangku seperti itu hah?!” Paul menepuk dadanya. "Aku pemilik penginapan ini. Orang-orang tahu kehebatanku. Orang cerdas akan hormat padaku, tapi pecundang akan menyesal karena berani melawanku!”

“Jadi, namamu Paul Hogweed, benar?” Jack tidak menyisakan ekspresi ketakutan di wajahnya.

“O, kamu sudah tahu, baguslah. Ingat namaku di neraka, karena setelah ini aku akan membawamu masuk ke penginapanku!” Paul mencengkeram tangan Jack, menyeretnya bersama wanita malang, seperti menyeret kanak-kanak untuk dipaksa mandi.

“Tuan, tolong lepaskan pemuda ini. Tidak apa-apa, anda bawa saya masuk lagi.” Wanita itu berubah pikiran. Dia yang semula mencemaskan keselamatannya, kini khawatir pada Jack. Dia tahu Paul tidak pernah main-main dengan ucapannya.

“Kenapa aku harus memilih jika bisa mendapatkan kalian berdua? Hahaha, kamu akan menjalankan tugasmu, sedangkan pecundang ini akan menambah pemasukanku. Aku akan membedah tubuhnya, mengambil dan menjual organ dalamnya.” Paul mempererat cengkeramannya pada Jack dan wanita itu.

Si wanita terus memohon untuk pembebasan Jack. Tapi, dia menjadi kesal melihat Jack yang justru tampak tenang. “Tuan, sadarlah! Dia akan mengambil ginjalmu, jantungmu, mencongkel matamu. Dia akan membunuhmu!” suaranya terdengar frustrasi, membuat Paul tertawa semakin lantang.

"Dia tidak akan berani.”

Paul berhenti tepat di depan gerbang masuk. “APA?!” ujarnya dengan tubuh condong ke Jack.

Tapi Jack tidak terintimidasi. Dia berkata, “Dalam satu kali tekan, segala percakapan yang terekam di ponselku akan terkirim ke Nyonya Grace Hogweed.”

Paul terbelalak, wajahnya mendadak pucat. Dengan suara tergagap dia bertanya, “Bagaimana kamu mengenal istriku?”

“Apa aku tidak terlihat seperti mata-mata? Hahaha, rupanya penyamaranku memang sempurna.”

“Apa maksudmu?” Paul mencengkeram baju Jack. Dia mendesis, “Jangan main-main denganku.”

“Salah besar. Semestinya aku yang memperingatkan anda; jangan main-main dengan Nyonya Hogweed. Atau, anda akan kehilangan semuanya. Kekayaan, penginapan ini, fasilitas mewah, bahkan nama marga.”

Jack menatap tajam Paul. Dia berbisik, “Lanjutkan kelakukan busuk anda jika ingin kembali menjadi Paul LACTON.”

Wanita malang terkejut karena Paul melepaskan cengkeraman dari tangannya. Dia tidak tahu apa yang dikatakan Jack pada Paul, tapi yang jelas, situasi saat ini seperti berbalik.

“Si-siapa kamu sebenarnya?”

Keringat dingin membuat kening dan telapak tangan Paul basah. Pasalnya, tidak ada orang yang tahu tentang identitas aslinya selain sang istri. Tak heran dia menjadi ketakutan karena menjadi seorang Lacton artinya sama dengan kembali miskin, diremehkan, dimaki, dan kelaparan.

“Itu tidak penting. Yang terpenting, anda tidak lupa bahwa Nyonya Hogweed tidak akan senang melihat suaminya bersenang-senang dengan wanita lain. Dan aku memiliki rekaman suara anda saat mengatakan tentang rencana pesta yang akan anda lakukan bersama teman-teman anda di penginapan milik Nyonya Hogweed.” Jack menggoyang-goyangkan ponselnya.

“Tu-tuan, aku mohon, jangan mengirimkan rekaman itu pada istriku.” Paul mulai berpikir bahwa Jack adalah mata-mata yang dibayar istrinya untuk mengawasinya. Dia mengingat hari-hari belakangan, lalu mengerti mengapa sang istri bersikap ketus dan mudah curiga.

Merasa keselamatannya terancam, Paul membuang rasa malu, lalu memutuskan untuk berlutut di hadapan Jack. “Tuan, saya janji tidak akan menghianati Grace lagi. Saya mohon, beri saya kesempatan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Taipan Usai Dicampakkan    Bab 45

    Jack berdiri di depan kontrakan Emma dengan membawa sebuket bunga mawar putih. Ini hari yang baik karena dia telah menuntaskan janjinya untuk mentraktir Lily dan Irene sekaligus. Meski itu bukan kopi dan hanya air mineral, tidak masalah, justru lebih sehat.Sekarang, paginya menjadi semakin cerah setelah melihat Emma membuka pintu dan menyapanya dengan senyum terindah. "Hai, um, ini bunga." Jack tersenyum juga, ada sedikit gugup yang menggelayuti hatinya.Kedua mata Emma membulat saat Jack menyerahkan buket mawar putih. Senyumnya menjadi lebih lebar. Tampak jelas bahwa dia terpukau dengan keindahan rangkaian bunga itu, putih bersih."Nanek pasti akan sangat senang melihat ini. Manis sekali!" Emma mencubit lembut pipi Jack.Jelas Jack senang, tapi raut mukanya berubah. "Nenek?" Sebelah alisnya menjadi lebih tinggi."Ya, bunga ini... untuk Nenek 'kan?"Jack menunduk sejenak sambil tersenyum. Dia mengelus lehernya. "Ya, tentu saja."Jack tidak menyangkal Emma biarpun dia membeli bunga i

  • Menjadi Taipan Usai Dicampakkan    Bab 44

    Kali ini rahang Lily benar-benar jatuh ke lantai. "Maksudmu, Tuan Tampan menyamar menjadi pesuruh yang mengantarkan pesanan, membawa nampan, berpakaian hitam putih dengan dasi kupu-kupu? Menjadi orang yang mau diperintah ini itu?""Itu belum seberapa sampai kamu tahu bahwa saat itu Emma datang bersama pacarnya untuk merayakan ulang tahun temannya.""Hah?!" Lily terbelalak. Dia terdiam, kesulitan untuk mengucapkan kata-kata.Irene menghela napas. "Kecil kemungkinan bagi kita untuk masuk ke hati Jack. Aku tidak tahu, apa yang membuat Emma menjadi sangat istimewa untuknya." Dia mengangkat kedua tangan.Dua wanita yang tadi saling berteriak, kini mendadak akur. Mereka berbicara dari hati ke hati, mengisahkan awal mula pertemuan mereka dengan Jack. Sekarang, keduanya memikul rasa yang sama, patah hati."Tapi, menurut cerita yang kamu sampaikan, artinya mereka belum berpacaran 'kan?" tanya Lily berharap.Irene membuka botol air mineral. Dia meneguknya. "Jika kamu bertemu dengan Emma, sungguh

  • Menjadi Taipan Usai Dicampakkan    Bab 43

    Ruangan itu menjadi hening sesaat. Lily tersenyum puas karena Irene terpancing provokasinya. Kecanggungan jelas menyelimuti hati Irene karena sudah keceplosan atas isi hatinya. Terlebih, yang dia lihat dari reaksi Jack hanyalah sempat terkejut beberapa saat, sesudahnya tidak terlihat raut senang. Dia khawatir Jack tidak berkenan dengan apa yang dia lakukan, sehingga tidak sudi lagi mengenalnya.Sebetulnya Jack memang terkejut. Tapi, satu-satunya hal yang mengejutkan Jack adalah fakta bahwa itu merupakan pertemuan keduanya dengan Irene. Dia sekarang mengerti, dua wanita yang saling berteriak di sampingnya memiliki satu kesamaan, sama-sama mudah jatuh cinta."Maaf, Jack. Aku tidak bermaksud... um, ini terjadi begitu saja," lirih Irene, tidak ingin suasana kikuk itu terus berlangsung.Tanpa diduga, Jack menyunggingkan senyum. Dia memegang tangan Irene. Hal itu tentu membuat Lily tidak bisa menahan rahangnya untuk tidak jatuh.Pipi Irene merona. Terbesit di benaknya bahwa Jack juga memil

  • Menjadi Taipan Usai Dicampakkan    Bab 42

    Lily tersentak. Dia mendadak was-was. Sungguh, ucapan pedas Irene seperti sambaran petir yang menghantamnya. Pasalnya, dia sudah bersikap ramah dan cukup manis, tetapi Irene malah membalas dengan lancang!Dalam keadaan kesal itu, Lily melirik ke arah Jack untuk melihat reaksinya. Dia tentu mencemaskan penilaian Jack terhadap dirinya, setelah Irene mengumbar citra buruknya tanpa filter sama sekali.Lily tidak mau skandal masa lalunya membuat Jack enggan untuk dekat dengannya. Sebelum ini, tanpa kabar miring saja, dia kesulitan untuk meluluhkan hati Jack. Lily bisa bernapas normal karena Jack tidak menunjukkan perubahan mimik yang berarti. Sepertinya Jack tidak terpengaruh.Meski demikian, Lily sudah terlanjur kesal pada Irene. Dengan raut wajah dan nada bicara lebih dingin dan tegas, Lily menyangkal, "Itu hanya rumor. Bukan rahasia lagi jika seseorang yang penting dan berpengaruh, public figur, artis, ataupun orang terkenal menjadi target utama infotainment dan berita-berita gosip. Me

  • Menjadi Taipan Usai Dicampakkan    Bab 41

    “Apa dia pacarmu juga? Bagus! Itu artinya kamu suka wanita!” Lily bertepuk tangan.Jack bergeming, menatap Lily dengan espresi wajah datar. Dia tidak berkomentar, tetapi sebuah napas panjang yang lepas dari mulutnya cukup mewakili perasaannya.“Apa aku boleh membukakan pintu sekarang?” Lily mengerjap-ngerjapkan matanya.Jack mengulurkan tangannya ke arah pintu dengan senyum pasrah, masih tanpa mengatakan apa-apa.Karena Jack sudah mempersilakan, Lily pun membuka pintu dengan semangat penuh.“Selamat datang!” serunya menyapa tamu Jack dengan wajah berseri.Ternyata, tamu yang datang mengunjungi apartemen Jack adalah manajer The Groove Spot, Irene Walker. Sebenarnya hari ini belum waktunya libur, tetapi dia sengaja meninggalkan tempat karaoke itu sejenak terkhusus untuk menemui Jack.Selain karena mobil super mewah Jack masih berada di tempat parkir The Groove Spot, Irene juga sudah tidak kuat lagi menahan rasa rindu. Terlebih pesan yang dia kirim beberapa hari lalu kepada Jack tidak di

  • Menjadi Taipan Usai Dicampakkan    Bab 40

    Dada Jack menjadi sesak mengingat kelancangan wanita yang berdiri di depan pintunya. Dia sampai refleks menutup bibirnya sendiri. Meski begitu, sekarang Jack tersenyum sambil menggelengkan kepala.Bisa-bisanya wanita itu datang saat aku baru saja memikirkannya!Jack menghela napas panjang. Itu flat apartemennya, tidak ada yang perlu dia cemaskan. Lagipula, ini malah lebih efisien. Dia bisa mentraktir wanita gila itu minum di rumahnya saja."Hei Tuan Tampan, sampai kapan kamu akan membiarkan pacarmu ini menunggu? Buka pintunya, lalu kita ke tempat fitness bersama, oke?!"Jack mengernyitkan dahi mendengar celoteh Lily Harvey. Sejak kapan mereka berpacaran? Jack tahu, waktu itu dengan seenaknya Lily mengangkat diri sendiri menjadi pacar barunya. Tapi Jack tidak mengira jika Lily akan melakukannya lagi sekarang.Apa dia benar-benar berpikir bahwa mereka telah berpacaran? Astaga!Seolah mendengar kata batin Jack, dari luar Lily menyahut, "Sejak kita resmi berpacaran, belum sekali pun kita

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status