Share

Bab 152

Penulis: Camelia
Anrez mendengus dingin, melotot sambil menyergah, "Jangan sebut-sebut dia lagi di depan aku!"

Kasih berkata, "Tapi, Nona belum makan."

Anrez menatap tajam ke arah mie yang sudah disiapkan oleh Kasih. Dia menggertakkan gigi sambil memekik, "Biarin saja dia kelaparan sampai mati!"

Sepertinya, dia benar-benar dibuat kesal oleh Aura. Setelah mengucapkan itu, dia langsung naik ke lantai atas dengan langkah berat. Suara langkah kakinya menandakan betapa buruk suasana hatinya.

Kasih mengernyit, menatap mie yang masih hangat di tangannya. Dia pun menghela napas panjang. "Duh, Nona kasihan banget sampai nggak bisa makan dengan tenang."

Aura keluar dari vila itu seorang diri. Meskipun sudah siap untuk menghadapi perlakuan buruk, tetap saja ucapan Anrez hari ini membuatnya merasa sangat jengkel.

Di dalam mobil, suasana sunyi senyap. Dia tiba-tiba merasa sangat tidak nyaman dengan keheningan itu. Setelah berpikir sejenak, dia menyalakan musik.

Kemudian, dia menurunkan kaca jendela, membiarkan angi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 154

    Jose menoleh dan menatapnya sekilas. "Terserah kamu."Setelah itu, pintu kamar suite tertutup dengan suara keras. Di ruangan yang luas itu, hanya tersisa Aura seorang diri.Dia mengatupkan bibir, berusaha mengingat apakah barusan dia melakukan sesuatu yang membuat Jose kesal.Namun, tidak peduli dia berpikir sekeras apa pun, dia tetap tidak bisa memahami letak kesalahannya.'Pria benar-benar sulit ditebak,' keluh Aura dalam hati.Karena tak kunjung menemukan jawabannya, dia akhirnya memilih untuk tidak memikirkannya lagi. Toh kontraknya sudah ditandatangani. Jose juga bukan tipe orang yang akan mengingkari janji.Kalau bisa mendapat uang tanpa harus melakukan apa-apa, itu malah menyenangkan. Tanpa beban, Aura kembali berbaring di ranjang untuk tidur.Belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, dari urusan perusahaan hingga insiden vila terbakar. Semua itu membuatnya tidak punya waktu untuk beristirahat dengan baik.....Di kelab malam, Giulio menatap Jose yang duduk di tengah sofa

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 153

    Aura terdiam. Dari luar, dia memang terlihat cukup terbuka dan berani. Namun, sampai sekarang pria yang pernah dia tiduri hanya Jose seorang. Bukankah wajar kalau dia belum terlalu lihai soal ini?Jika dihitung-hitung, jumlah mereka tidur bersama bahkan belum sampai lima kali. Makanya, saat mendengar sindiran dari Jose, Aura merasa sangat tidak puas.Dia baru saja ingin membalas, tetapi Jose tidak memberinya kesempatan. Pria itu telah mengangkat tubuhnya dan melemparkannya ke atas ranjang. Saat Jose mencondongkan tubuh dan mendekat, Aura akhirnya merasa agak takut.Untuk sesaat, dia merasa seperti domba yang akan disembelih. Tepat ketika semuanya akan dimulai, Jose tiba-tiba berhenti. Dia terdiam sejenak, lalu berbalik dan bangkit dari tubuh Aura.Aura tertegun, menatapnya bingung. "Kenapa?"Jose menarik dasinya, lalu mengambil satu berkas dari nakas dan melemparkannya ke depan Aura.Aura memandangnya dengan dahi berkerut, lalu mengambil dan membacanya. Alisnya langsung terangkat. Dia

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 152

    Anrez mendengus dingin, melotot sambil menyergah, "Jangan sebut-sebut dia lagi di depan aku!"Kasih berkata, "Tapi, Nona belum makan."Anrez menatap tajam ke arah mie yang sudah disiapkan oleh Kasih. Dia menggertakkan gigi sambil memekik, "Biarin saja dia kelaparan sampai mati!"Sepertinya, dia benar-benar dibuat kesal oleh Aura. Setelah mengucapkan itu, dia langsung naik ke lantai atas dengan langkah berat. Suara langkah kakinya menandakan betapa buruk suasana hatinya.Kasih mengernyit, menatap mie yang masih hangat di tangannya. Dia pun menghela napas panjang. "Duh, Nona kasihan banget sampai nggak bisa makan dengan tenang."Aura keluar dari vila itu seorang diri. Meskipun sudah siap untuk menghadapi perlakuan buruk, tetap saja ucapan Anrez hari ini membuatnya merasa sangat jengkel.Di dalam mobil, suasana sunyi senyap. Dia tiba-tiba merasa sangat tidak nyaman dengan keheningan itu. Setelah berpikir sejenak, dia menyalakan musik.Kemudian, dia menurunkan kaca jendela, membiarkan angi

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 151

    "Nggak ada yang bisa kubicarakan sama Ayah."Setiap kali Anrez menunjukkan ekspresi seperti itu, pasti tidak ada kabar baik yang datang. Aura pun malas membuang waktu dengannya.Dia berdiri dan melambaikan tangan, berkata, "Kalau Ghea nggak ada, ya sudah. Aku balik saja besok. Masih ada urusan."Wajah Anrez langsung berkerut karena tak senang dengan sikap Aura. Namun, Aura tak peduli. Lagi pula, Anrez jarang bersikap baik padanya. Kalaupun baik, pasti ada udang di balik batu. Entah rencana apa lagi kali ini, yang jelas dia tak akan terpancing.Namun, saat baru melangkah ke pintu, dia ditahan oleh Anrez. Ketika hendak berbicara, mata Anrez malah tertuju pada bajunya yang tampak sobek. Dia menekan bibir, lalu bertanya, "Kamu habis ngapain di luar?""Baju bisa sampai sobek begitu. Memalukan." Wajahnya serius, tatapannya seperti ayah yang tegas.Sayangnya, Aura tahu dia tidak benar-benar peduli. Dia cuma takut anaknya mempermalukan nama keluarga.Aura menoleh, baru sadar bagian belakang ba

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 150

    Begitu mendengar nama Daffa, Aura langsung merasa tidak nyaman. Dia tiba-tiba teringat yang dikatakan oleh Kasih hari ini. Ghea dipaksa aborsi oleh Daffa dan sudah menangis seharian penuh di rumah.Aura mengatupkan bibir, lalu berkata dengan nada tegas pada Lulu, "Jangan pernah sebut-sebut nama orang itu di depanku lagi. Aku bisa muntah saking jijiknya."Sebelumnya, dia mengira Daffa hanyalah cowok kaya playboy biasa. Berengsek, tetapi belum bisa dibilang jahat.Namun, sekarang apa yang dilakukan Daffa benar-benar membuat orang muak. Meskipun begitu, Ghea juga sama busuknya.Kini masalah perusahaan sudah selesai, sudah waktunya dia pulang untuk melihat ayah tercintanya dan Ghea yang sedang hancur hatinya.Setelah mengakhiri telepon dengan Lulu, Aura langsung meminta sopir mengantar ke vila Keluarga Tanjung. Saat tiba, gerbang rumah tampak tertutup rapat, suasananya dingin dan sepi.Aura mengangkat sedikit alisnya, turun dari mobil, lalu mengetuk pintu. Tak lama kemudian, pintu dibuka o

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 149

    Aura berseru pelan, lalu menoleh menatap Jose.Jose mengangkat sedikit kelopak matanya. "Sampai kamu menargetkan Vitto?"Aura langsung memutar otak. Kemudian, dia mulai berpura-pura sedih. "Kalau bukan demi perusahaan, siapa juga yang mau ketemu dia."Aura mendekat sedikit ke arah Jose, menghela napas panjang. "Pak Jose, aku ini sampai hampir nggak bisa makan. Boleh minta sebutir nasi nggak?"Jose meliriknya sekilas, kali ini dengan sorot mata sedikit nakal. "Kamu sudah yakin?"Aura terdiam sesaat. Dia tidak bodoh. Dia tahu betul bahwa Jose sedang membahas hal yang dulu mereka sepakati.Waktu itu, Jose sempat mengusulkan agar hubungan mereka berlanjut. Namun, Aura menolaknya.Dia tak menyangka, ternyata Jose ini sangat pendendam. Toh dia juga bukan perempuan mulia. Jika bersama Jose, sebenarnya dirinya tidak rugi.Jose ganteng, tinggi, badannya bagus, benar-benar tipe idaman Aura. Namun, dulu dia mendengar Jose akan bertunangan dengan Kaley. Makanya, dia tidak ingin menjadi pelakor yan

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 148

    Melihat Jose, Aura benar-benar merasa lega.Jose menunduk, melihat lengan bajunya yang ditarik oleh Aura, lalu diam sesaat sebelum menoleh ke arah Vitto."Pak Vitto, sudah lama nggak bertemu," sapa Jose.Vitto sama sekali tidak menyangka Jose akan membela Aura. Dia tertegun sesaat, lalu segera bangkit dengan susah payah dan tersenyum menjilat, "Pak Jose, aku ... aku cuma bercanda sama Bu Aura."Jose menaikkan alis. "Oh? Bercanda ya?"Dia menunduk sedikit, menatap Aura yang berantakan. Aura selalu menjaga penampilannya. Rambut yang biasanya tertata rapi sekarang tampak acak-acakan.Jose kembali memandang Vitto dengan alis terangkat tinggi. "Kalau ini cuma bercanda, berarti Pak Vitto nggak keberatan kalau kita teruskan candaan ini ya?"Vitto menelan ludah, bingung. "Maksud Pak Jose ...?""Kudengar katanya Pak Vitto jago minum. Aku belum pernah lihat secara langsung." Jose mendongak dengan senyuman tipis, seolah-olah benar-benar hanya mengobrol santai.Namun, orang yang jeli pasti bisa me

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 147

    "Aura, kamu benar-benar nggak tahu diri ya!"Aura tersenyum sinis. "Mukamu benar-benar tebal ya, cocok sekali buat bangun tembok kota!"Dia melirik Vitto sekilas, memutar bola matanya dengan kesal. Usia Vitto sudah pantas menjadi ayahnya, entah dari mana datangnya keberanian untuk menyentuhnya.Aura mendengus dan berjalan pergi. Sebelum sempat melangkah jauh, Vitto telah mengadangnya.Aura menatapnya dengan kesal, tak menyangka Vitto masih begitu tidak tahu malu. Pria itu berkata, "Kamu pikir kamu bisa pergi begitu saja?""Berani sekali kamu menghinaku seperti ini. Harga bajuku ini 200 juta. Gimana kamu mau ganti rugi, hah?" sergah Vitto sambil menggertakkan gigi.Dia tidak pernah dipermalukan seperti ini oleh wanita mana pun. Berani sekali Aura menyiramkan satu teko teh ke tubuhnya!"Kenapa? Kamu pikir kamu siapa? Keluarga Santosa sudah mengumumkan nggak akan kerja sama denganmu lagi. Kamu kira apa alasanku buat repot-repot ketemu kamu?" Melihat Aura tidak menjawab, Vitto mengira dia

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 146

    Dia tertegun, lalu menoleh dan melihat seorang pria paruh baya yang tampak berwibawa dan santun.Ekspresinya langsung berubah. Dia berdiri sambil tersenyum dan menyapa pria itu, "Senang sekali Pak Vitto bisa datang, sungguh suatu kehormatan. Silakan duduk."Vitto adalah direktur sebuah perusahaan makanan. Perusahaan tempatnya bekerja memiliki beberapa kerja sama bisnis dengan perusahaan Aura.Belakangan ini, Aura mendengar bahwa Vitto sedang membutuhkan mitra, jadi dia sendiri yang menelepon dan mengatur pertemuan untuk membicarakan kemungkinan melanjutkan kerja sama tersebut.Bagaimanapun, saat ini perusahaan sedang berada dalam masa sulit dan sangat membutuhkan arus kas.Vitto tersenyum ramah dan mengulurkan tangan kepadanya. "Sudah cukup lama kita nggak ketemu. Bu Aura makin cantik saja."Saat berbicara, jari-jarinya sempat menggosok tangan Aura secara halus. Aura memutar bola mata dalam hati, tetapi wajahnya tetap tenang.Dia menarik kembali tangannya dengan santai, merapikan rambu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status