Share

Bab 154

Author: Camelia
Jose menoleh dan menatapnya sekilas. "Terserah kamu."

Setelah itu, pintu kamar suite tertutup dengan suara keras. Di ruangan yang luas itu, hanya tersisa Aura seorang diri.

Dia mengatupkan bibir, berusaha mengingat apakah barusan dia melakukan sesuatu yang membuat Jose kesal.

Namun, tidak peduli dia berpikir sekeras apa pun, dia tetap tidak bisa memahami letak kesalahannya.

'Pria benar-benar sulit ditebak,' keluh Aura dalam hati.

Karena tak kunjung menemukan jawabannya, dia akhirnya memilih untuk tidak memikirkannya lagi. Toh kontraknya sudah ditandatangani. Jose juga bukan tipe orang yang akan mengingkari janji.

Kalau bisa mendapat uang tanpa harus melakukan apa-apa, itu malah menyenangkan. Tanpa beban, Aura kembali berbaring di ranjang untuk tidur.

Belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, dari urusan perusahaan hingga insiden vila terbakar. Semua itu membuatnya tidak punya waktu untuk beristirahat dengan baik.

....

Di kelab malam, Giulio menatap Jose yang duduk di tengah sofa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zhen Zhen
sikitbamat rhor lankut dong
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 481

    Aura menggigit bibir, terdiam sejenak. Namun, pada akhirnya dia tetap membuka mulut di bawah tekanan Jose.Jose mengangkat alis dan tersenyum tipis. "Nah, begitu baru pintar."Kalimat itu terdengar seperti pujian, tetapi nada bicaranya justru seperti sedang menggoda hewan peliharaan.Aura mendongak menatapnya dan mengulurkan tangan. "Biar aku sendiri yang makan."Jose tidak menjawab, hanya meliriknya sekali, lalu kembali menyodorkan sesendok bubur ke depan bibirnya.Aura langsung paham. Jose jelas menolak tawarannya. Di wilayah Jose, Aura tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun enggan, dia tetap harus membuka mulutnya dan memakan bubur itu sesendok demi sesendok.Setelah makan cukup banyak, Aura tanpa sadar menatap Jose dengan agak heran. Ketika Jose meletakkan mangkuk, dia menoleh, lalu bertemu pandang dengan mata Aura yang penuh rasa terkejut."Kenapa lihat aku begitu?""Nggak ada apa-apa." Aura segera menggeleng.Sebenarnya, dia hanya merasa aneh. Pria seperti Jose yang biasanya meliha

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 480

    Jose melihat kepanikan di mata Aura, lalu tersenyum sinis. "Cuma mau cek lukamu, dokter bilang harus ganti perban. Kamu pikir aku mau ngapain?"Aura tidak bisa berkata-kata. Kenapa jadi canggung begini?Dia terdiam sesaat, lalu berkata dengan nada keras kepala, "Aku ... tentu saja tahu kamu cuma mau cek lukaku.""Oh?" Jose mengangkat alis sedikit.Tatapan Jose membuat Aura merasa tak nyaman. Ekspresinya seolah-olah mengatakan bahwa sikap Aura tadi terkesan terlalu percaya diri.Aura berdeham pelan, mencoba mencari alasan. "Kalau soal ganti perban, mending dokter saja yang gantikan, 'kan?""Dokter?" Jose tersenyum tipis. "Kalau begitu, kamu tanya saja ke dia, dia berani ganti perbanmu?"Aura terdiam, baru sadar ini adalah wilayah Jose. Kalau untuk operasi ambil peluru mungkin dokter boleh, tetapi soal mengganti perban, jelas mereka tidak berani melakukannya.Bagaimanapun, sekarang semua orang menganggapnya adalah wanita Jose. Siapa pula yang berani membuat Jose kesal?Aura menggigit bib

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 479

    Jose melirik sekilas ke arah Winona. Di balik tatapan penuh harap itu, dia mengucapkan kata penolakan tanpa belas kasihan. "Sibuk."Selesai berbicara, tanpa peduli bagaimana Riana memanggil, dia langsung melangkah pergi dengan langkah lebar.Begitu tiba di tempat parkir dan hendak masuk ke mobil, Jose sama sekali tidak menyangka Winona akan mengikutinya. Saat dia berlari, angin yang meniup rambut panjangnya membuatnya sekilas tampak mirip Aura.Dengan terburu-buru, Winona membuka pintu mobil di kursi penumpang depan dan langsung duduk di dalam.Jose mengernyit, menoleh ke arahnya. "Turun.""Nggak mau!" Winona tampak keras kepala. "Jose, aku ini putri Keluarga Jauhari. Aku sudah berubah demi kamu, apa lagi yang kamu mau?"Yang dia maksud dengan berubah adalah meniru gaya berpakaian Aura.Jose meliriknya, menaikkan alis. "Yakin nggak mau turun?"Winona mungkin memang terbiasa dimanja di rumah. Mendengar kata-kata Jose, dia langsung memasang sabuk pengaman. "Aku bilang aku nggak akan turu

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 478

    Selesai berbicara, Jose kembali menoleh ke arah Tigor sambil tersenyum. "Kakek, tolong didik Kak Jordan yang baik. Aku sibuk. Kalau nggak ada hal lain, aku pergi dulu."Tanpa peduli pada ekspresi Tigor, dia berbalik dan berjalan ke luar. Saat sampai di pintu, dia berhenti sejenak, lalu menoleh menatap Tigor. "Oh ya, Kakek, lain kali nggak usah pakai urusan perjodohan buat mengikatku.""Tanpa persetujuanku, sekalipun Kakek menaruhnya di ranjangku, aku tetap akan melemparkannya keluar." Kalimat itu diucapkan dengan nada sopan, tetapi setiap katanya cukup membuat darah orang mendidih.Mendengar ini, Tigor mengangkat tangannya yang gemetar, menunjuk ke arahnya dengan marah. Akan tetapi, Jose bahkan tidak memberinya satu tatapan pun. Selesai berbicara, dia langsung pergi."Uhuk, uhuk, uhuk ...." Begitu melangkah ke luar, Jose mendengar suara batuk Tigor yang keras dari dalam ruangan. Langkah kakinya sempat terhenti sesaat. Sorot matanya yang tadi santai mendadak berubah dingin, bahkan kilat

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 477

    Suara Aura dingin, tetapi lantang dan tegas. Philip terdiam sejenak. Ekspresinya ikut canggung.Aura sedikit menggeser tubuhnya dan berkata kepadanya, "Aku nggak bisa bantu kamu. Jadi, sup ayamnya boleh kamu bawa pergi."Philip menghela napas. "Aku yang lancang. Kalau ada orang tembak aku, aku juga nggak bakal bisa maafin mereka.""Sup ini Bos yang suruh orang masak khusus buat kamu. Katanya suruh kamu minum setelah sadar. Kamu minum sedikit ya? Aku pergi dulu."Aura mengalihkan pandangannya ke luar jendela, sama sekali tak melirik semangkuk sup panas itu.....Di rumah Keluarga Alatas.Saat Jose tiba, Tigor sedang duduk di sofa ruang tamu utama, bertumpu pada tongkat di tangannya. Di ruang tamu tergeletak sebuah tandu. Di atasnya berbaring seseorang.Sebelum menunggu Tigor berbicara, Jose sudah berseloroh, "Lho, bukannya ini Kak Jordan ya? Kok sampai begini?"Seluruh tubuh Jordan dibalut perban, hanya menyisakan sepasang mata. Kalau tidak mengenalnya, belum tentu seseorang bisa mengen

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 476

    Dia tertegun sejenak. Melihat mata Jose yang agak merah, dia baru sadar dirinya bermimpi tadi.Jose mengernyit dan bertanya, "Mimpi buruk?"Aura tidak menjawab. Jose mengangkat tangannya dan menyentuh kening Aura. "Demammu sudah turun."Sambil berkata begitu, dia menekan bel di samping ranjang. Tidak lama kemudian, seorang dokter berjas putih masuk untuk memeriksa Aura.Sesudah pemeriksaan selesai, dokter berkata kepada Jose, "Pak Jose, demam Bu Aura sudah turun. Selama cederanya dijaga dengan baik, seharusnya nggak akan ada masalah besar."Jose mengangguk. Aura akhirnya kembali sadar dari bayang-bayang dalam mimpinya. Belum sempat berbicara, terdengar ketukan pintu dari luar."Bos, orang rumah lama memintamu pulang sebentar."Jose sedikit mengerutkan dahi. "Bilang saja aku nggak sempat."Philip ragu sejenak, lalu berkata, "Takutnya nggak bisa. Pak Tigor bilang kalau kamu nggak pulang, dia akan langsung mengumumkan perjodohanmu dengan Bu Winona."Mendengar itu, ekspresi Jose semakin di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status