 INICIAR SESIÓN
INICIAR SESIÓN
Nada suara Jordan terdengar sedikit aneh. Sementara itu, Aura benar-benar tak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya menatap ke arah parit tak jauh dari sana dengan tatapan kosong.Jordan berbicara, lalu tiba-tiba mendekat ke Aura. Napas busuknya berembus di telinga Aura. "Oh, aku lupa.""Beberapa hari ini parit itu sudah membeku, jadi kalau mayatnya mau mengapung, mungkin harus tunggu sampai musim semi tahun depan. Menurutmu, waktu Jose muncul nanti, kamu masih bisa mengenalinya? Hehehe ...."Aura menggertakkan gigi, memalingkan kepala dengan terpaksa, menatap wajah menjijikkan Jordan. Ingin rasanya dia melahap pria itu hidup-hidup."Dia keluargamu," ucap Aura."Keluarga?" Jordan seperti mendengar sesuatu yang lucu. Dia tertawa terbahak-bahak. "Keluarga apaan, hah? Jose itu anak haram! Dia siapa sih? Berani-beraninya duduk di kursi utama Alatas Heir."Usai berbicara, Jordan tampaknya sadar dirinya kebanyakan berbicara. Dia langsung diam, lalu melepaskan Aura dan kembali duduk di sofa. Denga
Mendengar itu, Aura sempat panik sejenak. Bagaimanapun juga, Jordan itu berengsek. Orang berengsek yang bisa melakukan apa saja. Apalagi sekarang Aura sendirian, sementara dia tidak sendiri.Aura memandang Jordan, menatap orang-orang di belakangnya. Di sana berdiri beberapa orang. Tanpa perlu dikatakan, dia tahu orang-orang itu kaki tangan Jordan.Aura menggertakkan gigi, tetapi tangannya sudah meraih serpihan kaca yang berserakan di lantai, lalu menggenggamnya erat-erat.Tepi kaca yang tajam menggores daging. Rasanya perih, tetapi dia sama sekali tidak menurunkan kewaspadaan. Dia hanya mengangkat mata menatap Jordan, mata yang karena lama tidak benar-benar istirahat itu kini tampak dingin. Namun, jika dilihat secara saksama, terlihat kebencian."Kamu bawa Jose ke mana?" Suara Aura datar, seolah-olah tidak mendengar ucapan Jordan tadi yang mengatakan akan membereskannya.Jordan melihat sikapnya yang tampak tak takut sedikit pun padanya. Dia terkejut sesaat. "Heh, cukup setia ya. Di saa
Saat Aura tiba di lantai teratas, hanya ada satu ruangan VIP di sana seperti dugaannya. Kemewahan ruangan itu sangat berbeda dengan keseluruhan kelab, tetapi sangat cocok dengan statusnya Jose.Namun, begitu membuka pintu ruangan VIP itu, Aura langsung melihat kekacauan di dalamnya. Jejak perkelahian terlihat di seluruh ruangan itu, bahkan ada bekas darah dan lubang peluru di dinding. Hanya melihat sekilas, dia langsung tahu pernah terjadi pertarungan dahsyat di sana. Dia menatap noda darah yang sudah menghitam di lantai dan bertanya-tanya apakah darah itu milik Jose.Karena lampu di kelab tidak menyala, Aura hanya bisa menggunakan cahaya dari ponselnya untuk memeriksa lantai dengan saksama dan mencari apa ada sesuatu yang tertinggal di tempat kejadian. Namun, ruangan itu benar-benar terlalu berantakan.Aura mencari cukup lama hingga pandangannya tiba-tiba terhenti pada pecahan botol kaca yang berserakan di lantai. Dia mengernyitkan alisnya, lalu berjongkok dan menyibak pecahan kaca it
"Kamu di mana sekarang? Sekarang Kakek sangat mengkhawatirkanmu," kata Roy.Aura menggigit bibirnya, lalu berkata pada Roy, "Aku rasa Kakek pasti tahu di mana aku sekarang."Roy yang berada di seberang telepon menghela napas. "Rara, kamu pasti tahu bagaimana keadaan Alatas Heir sekarang, kamu pergi ke Jakoro akan sangat berbahaya. Kalau sampai ada yang tahu kamu sudah resmi menikah dengan Jose dan sekarang ini kamu adalah istri sahnya, itu akan jauh lebih berbahaya."Sebagai istri sah Jose, Aura tahu keadaannya memang sangat berbahaya. Jika orang yang ingin membunuh Jose tahu, orang itu pasti ingin membunuhnya juga. Dia tentu saja tahu hal ini, tetapi ....Aura terdiam sejenak, lalu berkata pada Roy yang di seberang telepon. "Tapi, Jose nggak mungkin mati begitu saja. Nggak peduli dia benar-benar sudah mati atau nggak, aku tetap harus melihatnya sendiri. Meskipun dia sudah mati, aku yang sebagai istrinya tetap harus mengadakan pemakaman untuknya. Bukannya membiarkan dia menghilang tanp
Philip hanya bisa menganggukkan kepala dengan pasrah, lalu berbalik dan meninggalkan vila. Begitu keluar, dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang untuk mengatur semua perintah dari Jose.....Hari ini, angin dan hujan di Jakoro sangat kuat sampai tetesan hujan terus mengalir di luar jendela rumah sakit.Aura menatap pemandangan di luar jendela dengan bengong, pikirannya benar-benar kosong.Tok tok.Tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu dari luar.Saat tersentak dan menoleh, Aura melihat seorang perawat masuk ke kamarnya. "Nyonya Aura, Pak Philip yang mengutusku ke sini untuk merawatmu. Ada yang kamu butuh sekarang?"Aura menggelengkan kepalanya. "Nggak ada."Perawat itu tertegun sejenak. "Kalau begitu, apa kamu ingin makan sesuatu?""Aku nggak mau makan apa pun," jawab Aura sambil memalingkan wajah dan tidak menatap perawat itu lagi.Perawat itu cemberut. Saat Aura tidak memperhatikan, dia diam-diam menyelipkan sesuatu ke dalam keranjang bunga di depan tempat
Mendengar ada suara langkah masuk, pria itu meletakkan tablet di tangannya dan menoleh ke arah Philip. "Sudah datang ya."Setelah mengatakan itu, Jose berdiri.Philip menganggukkan kepala, lalu melihat sekilas lengan Jose yang diperban dan bertanya, "Bagaimana lukamu? Perlu kupanggilkan dokter?"Namun, Jose tidak menjawab pertanyaan itu, malahan balik bertanya, "Bagaimana dengan dia?"Philip terdiam sejenak, lalu menjawab, "Dia sudah nggak apa-apa. Hanya saja ....""Hanya saja apa?" tanya Jose sambil mengernyitkan alis dan menatap Philip.Philip menggertakkan giginya, lalu melanjutkan, "Hanya saja Nyonya Aura sangat sedih saat tahu kamu masih belum ada kabar. Dia juga sangat yakin semalam kamu yang menyelamatkannya."Mendengar perkataan itu, Jose mengernyitkan alisnya. alisnya sedikit terangkat. Pada akhirnya, dia hanya berkata, "Suruh orang jaga dia dengan baik."Philip menganggukkan kepalanya. "Aku sudah atur."Jose menganggukkan kepala, lalu berkata, "Bagaimana perkembangan di sana








