Share

Bab 3

Penulis: Camelia
Daffa segera menangkap Ghea yang hampir jatuh, sementara Aura bahkan tidak melihat ke arah mereka dan langsung pergi. Hanya dengan melihat mereka berdua, dia sudah merasa muak.

Saat Aura melangkah keluar, teriakan Anrez terdengar dari belakang. "Aura, kembali ke sini! Siapa pria yang bersamamu itu?"

Lihatlah, ayah kandungnya selalu fokus pada kesalahannya. Saat dia mengatakan Ghea dan Daffa berpelukan dan berciuman, pria itu seperti tuli.

Namun, Aura sudah terbiasa. Sejak 5 tahun lalu saat ibu tirinya membawa Ghea masuk ke rumah ini, dia sudah tidak punya tempat lagi di sini.

Kalau bukan karena takut barang-barang peninggalan ibunya dihancurkan oleh orang-orang ini, Aura pasti tidak mau menginjakkan kakinya di rumah ini.

Setelah menenangkan emosinya, Aura sampai di kantor. Lulu langsung menghampiri. "Aura, klien sudah datang. Bosnya sendiri yang hadir, kelihatannya mereka benar-benar mementingkan kerja sama kali ini."

"Mereka secara khusus memintamu yang memimpin pembicaraan. Semangat! Harapanku ke luar negeri bulan depan ada di tanganmu sekarang!"

Aura masuk ke ruang rapat dan langsung melihat pria yang duduk di seberangnya. Dalam pekerjaan, dia selalu cepat dan tegas, tetapi untuk pertama kalinya, dia merasa sedikit ragu dan menghentikan langkahnya sejenak.

Dia tidak menyangka bahwa orang yang datang adalah Jose. Pria itu berdiri, wajahnya yang tampan terlihat dingin tanpa ekspresi. Dia mengulurkan tangan dengan sikap santai. "Bu Aura, aku sudah lama mendengar tentangmu."

Nada suaranya terdengar seolah-olah pria yang tidur dengannya kemarin malam bukanlah dirinya.

Aura segera menenangkan diri, menampilkan ekspresi profesional, dan menjabat tangannya. "Kehadiran Pak Jose adalah kehormatan bagi kami."

Setelah berbasa-basi, Aura duduk di hadapan Jose dan mulai membahas tentang proyek. "Kali ini, kami berencana mengusung tema 'Kembali ke Alam' untuk menonjolkan perbedaan produk perusahaanmu dengan yang lain ...."

Saat bekerja, wajah Aura terlihat lebih serius dari biasanya. Dia memang terlahir dengan wajah cantik. Terlebih lagi, tahi lalat merah di sudut matanya membuatnya tampak semakin memikat.

Namun, Jose malah menatap dada Aura yang naik turun saat bicara. Pikirannya penuh dengan adegan saat dia melepaskan pakaian Aura kemarin malam.

Jari-jari panjangnya mengetuk meja dengan santai. Penampilannya terlihat malas, tetapi tetap berkelas.

"Pak Jose." Suara lembut Aura membawanya kembali ke realitas. "Bagaimana pendapatmu tentang rencana ini?"

Jose menatapnya. "Konsepnya bagus, tapi proposal ini belum mencapai ekspektasiku."

Dia melirik jam tangannya sebelum mendongak dan melanjutkan, "Aku ada rapat lain setelah ini. Silakan perbaiki proposalnya, kita jadwalkan pertemuan berikutnya."

Suaranya tetap dingin, dipadukan dengan tatapan tajam dari mata yang sipit tanpa emosi. Pria ini benar-benar tipe yang 'habis manis sepah dibuang'.

Aura menatap laporan di tangannya, sementara Jose melangkah keluar dari kantor. Seperti yang dirumorkan, pria ini memang sulit dilayani.

Lulu segera mendekatinya. "Gimana hasilnya?"

Aura menyentuh ujung hidungnya pelan. "Proposalnya perlu direvisi lagi."

Ekspresi Lulu tampak kecewa. "Duh, kalau kita gagal dapat proyek ini, perusahaan kecil kita ...."

Dia menatap Aura dengan ragu. "Aura, kenapa nggak coba minta bantuan ayahmu? Dia pasti punya banyak proyek ...."

"Nggak akan, jangan bahas itu lagi. Aku pasti bisa mendapatkan proyek ini."

Saat lulus kuliah dulu, Anrez ingin dia bekerja di perusahaan keluarga. Namun, Ghea juga akan bekerja di sana.

Aura tidak mau satu kantor dengan Ghea, jadi dia meminta Anrez untuk memindahkan Ghea ke tempat lain.

Alhasil, dia malah dimarahi habis-habisan dan disebut sebagai anak durhaka yang tidak peduli dengan saudara sendiri.

Saudara? Sejak kapan Ghea dianggap saudaranya? Wanita itu hanya anak dari seorang pelakor.

Karena kesal, dia pun mendirikan perusahaan periklanannya sendiri dan bersumpah tidak akan pernah menerima bantuan dari Anrez.

Setelah semua yang terjadi selama beberapa hari ini, Aura pun semakin yakin tidak akan pernah meminta bantuan ayahnya.

Dia menggenggam map proposal lebih erat, menatap ke arah Jose yang baru saja pergi, lalu mengambil keputusan. Tidak peduli apa yang terjadi, dia harus mendapatkan proyek ini.

Aura berbalik dan berjalan ke kantornya. "Panggil semua orang untuk rapat sekarang."

Kesibukan berlanjut hingga malam. Dari jendela kantornya, tampak lampu-lampu jalanan sudah mulai menyala.

Aura memijat lehernya yang pegal. Ketika dia hendak meregangkan tubuh, ponselnya berdering. Melihat nama Efendi di layar, dia mengangkat telepon. "Halo, ada apa?"

Dari seberang, terdengar suara pria yang santai dan malas. "Aura, aku ada kenalan yang butuh bantuan bisnis. Datang ke sini sebentar, kita ngobrol sambil minum."

Mendengar itu, Aura awalnya ingin menolak. Namun, saat ini perusahaan masih dalam tahap awal perkembangan dan sangat membutuhkan klien. Jadi, dia mengiakan dan keluar dari ruangannya.

Sebelum pergi, dia mengganti pakaian karena sudah memakainya seharian. Di kantornya memang tersedia beberapa setelan pakaian untuk berjaga-jaga.

Lokasinya di kelab, jadi Aura memilih gaun beludru merah dengan tali tipis, serta menambahkan blazer agar tidak terlalu dingin. Setelah itu, dia berangkat ke lokasi yang dikirim oleh Efendi.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 469

    Aura merasa terhina. Sikap santai Jose justru membuat Aura yang panik dan sok pintar untuk menguji Brian barusan terlihat sangat bodoh.Jose tidak menjawab, tetapi tiba-tiba menatap tajam ke arah pintu. Dia melirik Aura sambil menepuk lembut pipinya, lalu berkata dengan pelan, "Tenang. Aku belum rela membiarkanmu mati sekarang."Setelah Jose melontarkan ucapannya, Rohan dan Tiano tiba-tiba membuka pintu dan masuk. Ekspresi mereka berdua tampak serius. Di tangan mereka juga ada senapan.Setelah masuk, mereka melapor, "Pak Jose, di bawah ada sekitar delapan orang yang menuju ke atas. Sepertinya mereka semua bersenjata. Selain itu, kemampuan bertarung mereka juga hebat."Jose mengiakan. Dia berjalan ke depan ranjang, lalu mengeluarkan kotak hitam dari bawah ranjang dengan terampil dan membukanya. Di dalam kotak itu ada beberapa senapan dengan model yang berbeda-beda.Melihat situasi ini, Aura langsung tahu bahwa Jose sudah mempersiapkannya sejak awal. Dia mengatupkan bibir dengan perasaan

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 468

    Brian seketika terdiam. Dia tidak langsung mengulurkan tangan untuk menerima gelasnya.Melihat Brian yang bengong, senyuman di bibir Aura tampak makin menawan. Aura memang sangat cantik sejak awal. Ketika tersenyum, tatapan Aura seperti bisa menggoda siapa pun.Aura menyodorkan gelas bir ke tangan Brian, lalu tersenyum seraya berujar, "Sebagai yang lebih muda, aku bersulang untukmu. Kamu nggak boleh tolak."Kala ini, suara Aura terdengar lembut dan manja. Pria mana pun yang mendengarnya pasti tidak tahan. Apalagi, Brian biasanya memang tergila-gila pada wanita dan bir. Hatinya sedikit tergoda karena rayuan Aura. Jika bukan karena Jose ada di sini, wanita secantik Aura cukup membuat Brian tertarik.Brian menunduk melirik sekilas bir di tangannya. Sorot matanya menunjukkan keraguan.Melihat Brian tidak minum, Aura sudah tahu tebakannya benar. Bir ini pasti bermasalah.Anak buah yang dibawa Jose kali ini tidak banyak. Tampaknya, kebanyakan orang yang ada di luar adalah anak buah Brian. Ti

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 467

    Ruang rapat berada satu lantai di bawah. Tidak termasuk jauh. Mungkin kedua lantai ini adalah area pribadi atau tempat yang hanya bisa diakses orang penting. Orangnya tidak banyak. Suasana di sini juga sangat tenang, tidak ada suara berisik dari lantai bawah.Ketika Rohan membawa Aura ke depan pintu ruang rapat, dari kejauhan sudah terlihat beberapa orang yang berjaga di sana. Kelihatannya, mereka bukan orang yang mudah dihadapi.Langkah Aura terhenti sejenak, lalu berjalan ke ruang rapat. Sebelum sempat tiba di depan pintu, seseorang maju untuk menghentikannya. Katanya, "Dilarang masuk ke tempat ini. Silakan segera pergi."Orang yang berbicara terlihat sangat garang.Aura mengatupkan bibirnya. Ketika dia hendak berbicara, Rohan yang berdiri di belakangnya segera maju sambil mengulurkan tangan untuk mencegahnya."Dia orangnya Pak Jose dan ada urusan dengannya," jelas Rohan.Rohan memang seorang ahli bela diri. Posturnya juga tinggi. Ketika berhadapan dengan orang luar, dia tidak selugu

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 466

    "Tolong lebih cepat," kata Rohan dengan tanpa ekspresi. Wajahnya memang terlihat menakutkan.Aura menganggukkan kepala, lalu berjalan menuju toilet mengikuti petunjuk arah. Namun, begitu keluar dari toilet, dia tiba-tiba mendengar suara yang familier."Pak Brian, kalau kerja sama kali ini berhasil, kamu bisa tenang. Apa yang Jose janjikan padamu dulu, aku akan tambah 30% lagi.""Hehe .... Aku nggak ikut campur urusan kalian bersaudara. Aku sudah bawa ke sini orangnya, aku nggak ikut campur lagi urusan selanjutnya. Tapi, kalau kamu sampai kasih aku kurang sedikit saja, Pak Jordan boleh pikirkan sendiri bagaimana caranya turun dari kapal ini."Begitu mendengar nama Jose, Aura langsung menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik tembok di samping.Suara yang terdengar familier di telinga Aura itu ternyata adalah suaranya Jordan. Dia sudah melihat sosoknya Jordan sekilas saat berada di dek tadi, tetapi dia mengira dia sudah salah lihat. Bagaimanapun juga, Jordan dan Jose tidak pernah

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 465

    "Jangan sembarangan berkeliaran," kata Jose.Aura menoleh dan menatap Jose. Melihat ekspresi Jose yang serius, dia langsung tahu Jose tidak sedang menakut-nakutinya. Dia pun menganggukkan kepala, lalu berdiri di samping Jose dengan patuh.Jose tersenyum. "Jose, perjalanan ini cukup melelahkan, lebih baik kalian beristirahat di kamar dulu. Nanti kita lanjut diskusi lagi di ruang rapat."Jose mengernyitkan alisnya. "Ya."Setelah mengatakan itu, Jose merangkul bahu Aura dan masuk ke lift di samping.Lift berhenti di lantai paling atas. Begitu masuk ke kamar, Jose langsung menarik dasinya dan masuk ke kamar mandi untuk mandi. Sementara itu, Aura duduk di depan jendela besar dan menatap pemandangan di luar.Saat keluar dari kamar mandi, Jose melihat Aura masih meringkuk di dekat jendela seperti anak kucing. Dia pun menghampiri Aura dan bertanya, "Lagi lihat apa?"Aura tersadar kembali, lalu mengangkat kepala dan menatap Jose.Jose baru saja selesai mandi dan rambutnya belum sempat dikeringk

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 464

    Mendengar perkataan itu, Aura langsung melepaskan genggamannya. "Nggak."Saat menundukkan kepala dan menatap ekspresi Aura yang terlihat kasihan, Jose pun tertawa. "Aku hanya keluar untuk mengobrol sebentar, nanti aku balik lagi."Aura langsung meringkuk di atas tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. "Nggak perlu lapor padaku."Setelah mengatakan itu, Aura langsung menarik selimut dan menutupi seluruh kepalanya. Saat mendengar langkah kaki Jose yang meninggalkan kamar, dia baru menoleh ke arah pintu. Dia awalnya sudah sangat mengantuk karena sekarang sudah larut malam dan tadi juga baru berhubungan dengan Jose. Namun, entah mengapa, dia malah tidak bisa tidur.Aura juga pernah naik kapal bersama teman-temannya sebelumnya, tetapi sekarang dia malah tiba-tiba merasa panik padahal dia sedang berada di atas kapal pesiar. Kapalnya bergoyang cukup kuat.Tak lama kemudian, Aura pun benar-benar tertidur karena kelelahan. Entah sudah berapa lama, baru ada seseorang yang menepuk pipi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status