Daffa segera menangkap Ghea yang hampir jatuh, sementara Aura bahkan tidak melihat ke arah mereka dan langsung pergi. Hanya dengan melihat mereka berdua, dia sudah merasa muak.Saat Aura melangkah keluar, teriakan Anrez terdengar dari belakang. "Aura, kembali ke sini! Siapa pria yang bersamamu itu?"Lihatlah, ayah kandungnya selalu fokus pada kesalahannya. Saat dia mengatakan Ghea dan Daffa berpelukan dan berciuman, pria itu seperti tuli.Namun, Aura sudah terbiasa. Sejak 5 tahun lalu saat ibu tirinya membawa Ghea masuk ke rumah ini, dia sudah tidak punya tempat lagi di sini.Kalau bukan karena takut barang-barang peninggalan ibunya dihancurkan oleh orang-orang ini, Aura pasti tidak mau menginjakkan kakinya di rumah ini.Setelah menenangkan emosinya, Aura sampai di kantor. Lulu langsung menghampiri. "Aura, klien sudah datang. Bosnya sendiri yang hadir, kelihatannya mereka benar-benar mementingkan kerja sama kali ini.""Mereka secara khusus memintamu yang memimpin pembicaraan. Semangat!
Di dalam mobil, Aura kembali mengoleskan lipstik agar wajahnya yang agak pucat terlihat lebih segar.Setengah jam kemudian, taksi yang dia tumpangi berhenti di depan kelab bernama Allure. Dengan sepatu hak tingginya, dia masuk dan mendorong pintu ruang privat. Begitu pintu terbuka, tampak pria dan wanita yang berpelukan, juga terdengar nyanyian bercampur dentingan gelas.Aroma kuat dari asap rokok bercampur alkohol dan parfum langsung menusuk hidungnya, membuatnya terbatuk kecil. Matanya segera mencari sosok Efendi di dalam ruangan.Namun, bukan Efendi yang dia lihat, melainkan Daffa yang bersandar di sofa. Pria itu duduk dengan posisi miring, terus-menerus menuangkan alkohol ke mulutnya tanpa henti.Aura menggigit bibir dan mengumpat dalam hati, 'Sial sekali.'Dia tahu Efendi sengaja bekerja sama dengan Daffa untuk memancingnya ke sini. Hal ini benar-benar membuatnya marah.Saat Aura berbalik untuk pergi, Daffa sudah lebih dulu melihatnya. Mata pria yang tadinya redup langsung berbina
"Maaf, aku nggak sengaja mendengar percakapan kalian." Jose mengusap ujung hidungnya dan meneruskan, "Permisi."Saat Jose hendak melewati mereka, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Aura. Aura menoleh ke arah Daffa dan berkata dengan santai, "Kamu ingin tahu aku bersama siapa semalam, 'kan? Nih, sama dia."Begitu ucapan itu dilontarkan, wajah Daffa yang pucat karena kesakitan pun berubah sedikit. Akan tetapi, dia segera mencibir karena teringat sesuatu. Kemudian, dia berkata kepada Jose, "Maaf, Jose. Aura cuma sedang emosi. Silakan masuk dulu dan minum."Jose adalah sosok paling berpengaruh di kalangan mereka. Perusahaannya adalah yang terkuat di antara semua anak konglomerat di sini.Selain itu, dia juga yang paling unggul di generasi muda. Di usia muda, dia sudah mengambil alih bisnis keluarganya. Makanya, semua orang bersikap hormat padanya, bahkan jarang bercanda dengannya.Jose menaikkan alisnya sedikit dan berbalik untuk pergi. Aura sempat ragu sejenak. Saat menatap punggung Jose, d
Lulu mengangkat alis. "Ya sudah kalau batal. Kita bukan cuma punya satu klien. Pelan-pelan saja."Aura lagi-lagi menghela napas panjang, lalu bersandar ke kursi dan merasa sangat lelah. Tidak peduli seberapa kuat dia mencoba terlihat kuat, terkadang dia tetap merasa lelah.Sejak ibunya meninggal, dia selalu seperti ayam jago. Dia takut kalau lengah sedikit saja, dirinya akan ditindas dan diinjak-injak.Setibanya di rumah, waktu sudah cukup larut. Biasanya pada jam segini, Anrez sudah tidur. Namun, malam ini dia masih duduk tegak di sofa.Aura awalnya ingin mengabaikannya, tetapi Anrez membuka mulut dan bertanya, "Kamu dari mana? Kenapa pulang selarut ini?"Aura melirik sekilas dan tersenyum sinis. "Tumben Pak Anrez peduli padaku hari ini."Dulu saat ibunya masih hidup, hubungan mereka masih baik. Namun, setelah ibunya meninggal dan setelah Serra serta Ghea pindah ke rumah ini, hubungan mereka semakin memburuk setiap hari.Anrez terdiam sejenak, tetapi kali ini dia tidak marah seperti b
Hari ini memang hari yang istimewa, karena ini adalah peringatan 5 tahun meninggalnya ibunya.Sejak 3 tahun lalu, Anrez sudah melupakan hari ini, hanya Donna yang masih mengingatnya. Setiap tahun, dia selalu menemani Aura untuk berziarah ke makam ibunya.Yang lebih parah, Aura sendiri hampir melupakan hari ini. Jari-jarinya menggenggam ponsel dengan erat, pikirannya kembali ke momen saat ibunya meninggal. Dia perlahan memejamkan matanya.Donna masih berbicara, "Aura, siang nanti kita sama-sama ziarah ke makam ibumu ya?"Aura menjawab, "Ya."Pada akhirnya, dia tidak menolak Donna.Setelah menutup telepon, Aura melirik jam. Masih pukul 8 pagi. Setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk pergi ke kantor.Situasi perusahaan belakangan ini kurang baik. Mungkin karena merasa bersalah atas kejadian kemarin, Efendi memberikan sebagian bisnis keluarganya kepada Aura, juga tidak lupa meminta maaf.[ Aura, jangan marah lagi, ya. Kemarin itu Daffa yang nangis-nangis minta tolong padaku, makanya
Di layar hanya ada satu kata dari Jose.[ Sibuk. ]Aura hanya bisa terdiam."Aura, nanti kamu dan Daffa pergi jalan-jalan saja." Begitu masuk mobil, Donna tersenyum sambil menarik tangan Aura dan berkata demikian.Aura mendongak, melihat ke arah pria yang sedang mengemudi di kursi depan, lalu menggigit bibirnya dan menyahut, "Malam ini aku ada janji untuk bahas kontrak, lain kali saja."Mendengar itu, tangan Daffa yang berada di atas setir mencengkeram lebih erat. Meskipun Aura tidak langsung menolak, maknanya tetap jelas. Dulu, Aura tidak berani menolaknya seperti ini.Memikirkan hal itu, wajah Daffa menjadi semakin muram. Tak lama kemudian, mereka tiba di vila Keluarga Santosa.Saat turun, Aura tetap berpamitan kepada Donna dengan sopan. Namun, dia tidak sekali pun memperhatikan ekspresi Daffa.Bagi Aura, pria yang berselingkuh tidak ada bedanya dengan anjing yang baru saja makan kotoran. Tidak ada alasan baginya untuk terus berurusan dengan Daffa.Di dalam mobil, Aura berpikir sejen
Meskipun demikian, Aura tetap mengangguk dengan sopan. "Ya.""Wah, kudengar kamu yang putusin dia?"Aura tersenyum tipis. "Sejak kapan kamu jadi suka bergosip?"Hari ini dia datang bukan untuk membahas masalahnya sendiri, tujuan utamanya adalah mendapat dukungan dari Jose.Proyek yang ditangani Jose bernilai miliaran. Jika berhasil menandatangani kontrak, perusahaan kecilnya bukan hanya akan aman, tetapi juga akan sangat membantu mereka dalam membuka pasar di masa mendatang.Efendi yang sangat memahami niatnya, segera maju untuk mencairkan suasana. "Giulio, tadi masih ada 3 gelas yang belum kamu habiskan, ayo, ayo ...."Sambil berbicara, Efendi berdiri dan menarik Giulio pergi, bahkan sempat mengedipkan mata pada Aura untuk meminta hadiah atas jasanya.Aura membalas dengan kedipan mata sebagai tanggapan, lalu membawa gelasnya dan mendekati Jose.Saat dia hendak membuka mulut, gadis di samping Jose tiba-tiba merangkul lengannya. "Pak Jose, aku kurang enak badan, bisa bantu pijat sebenta
Keramaian di sini tentu saja menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Sebelumnya, Aura selalu menjaga perasaan Daffa, jadi dia jarang minum bersama orang-orang ini.Banyak orang yang baru pertama kali melihatnya minum. Mereka pun mendekat sambil bercanda, "Wah, Aura benar-benar memberi kami kehormatan malam ini."Aura mengerlingkan matanya dalam hati. Demi kontrak senilai miliaran itu, dia tidak punya pilihan selain "memberi kehormatan".Dia meletakkan gelasnya dan tersenyum sambil menatap Jose. Namun, Jose tidak bereaksi. Aura pun kembali mengangkat gelas lain dan meneguknya dengan cepat. Gelas itu besar, sehingga sebagian minuman mengalir dari sudut bibirnya.Cairan berwarna cokelat itu menetes dari sudut bibirnya, turun ke dagu, lalu ke lehernya yang putih, hingga akhirnya menyusuri tulang selangkanya dan menghilang di lekukan dadanya.Saat ini, semua mata tertuju pada Aura. Tidak ada yang menyadari bagaimana jakun Jose bergerak sedikit saat dia menatapnya.Setelah beberapa gel
Melihat sikap Aura yang tenang dan tak tergoyahkan, Daffa lalu menggertakkan gigi perlahan. "Aura ....""Diam!"Begitu mendengar suara Daffa, wajah Aura langsung berubah dingin. Namun, sebelum dia sempat bicara, Donna sudah lebih dulu membentak Daffa. Dia melirik tajam ke arah Daffa, lalu berbalik menatap Aura.Meski sebelumnya dia pernah diam-diam mengkhianati Aura dari belakang, wajah Donna tetap menampilkan senyum lembut, seolah semua kejadian tak mengenakkan di masa lalu tidak pernah terjadi.Donna melangkah mendekat, lalu menggenggam tangan Aura seperti biasa sambil tersenyum, "Aura, terima kasih karena akhirnya kamu mau berpikir jernih dan bersedia membantu Daffa menjelaskan semuanya."Aura menunduk sejenak menatap tangan Donna yang menggenggam tangannya, lalu menyunggingkan senyum tipis. Sebagai istri orang kaya selama bertahun-tahun, Donna memang ahli berpura-pura.Tanpa mengubah ekspresinya, Aura menarik tangannya perlahan dan membalas senyum itu dengan kaku. "Nggak usah berte
"Aku bisa menyetujui syaratmu. Kalau Ghea memang ada di dekatmu sekarang, ayo kita langsung ke kantor pertanahan. Selesaikan saja urusan rumah itu."Nada bicaranya sarat dengan kekecewaan dan perasaan getir. Namun, Anrez berpura-pura tidak mendengarnya. Dia malah tertawa senang. "Aura, Ayah tahu kamu anak yang pengertian. Kalau begitu, kita bertemu di kantor pertanahan setengah jam lagi." Tanpa menambahkan sepatah kata pun, dia langsung menutup telepon.Aura bisa membayangkan ekspresi puas di wajah ayahnya. Dia pasti sedang tertawa lebar sampai mungkin sampai semua keriputnya juga ikut tertarik.Aura menoleh sekali lagi ke arah vila itu dan menatapnya dengan diam, lalu naik ke mobil dan menyalakan mesin menuju kantor pertanahan.Seperti yang diduganya, Anrez sangat bersemangat. Begitu mobil Aura berhenti, dia sudah berdiri sambil melambaikan tangan. "Aura, sini, ayo cepat."Aura mengatupkan bibirnya, lalu melangkah mendekat dengan sepatu haknya yang berderap ringan. "Semua dokumen suda
Aura menatap ekspresi Anrez. Nada bicara pria itu terdengar sangat peduli, tetapi semua itu terasa begitu palsu bagi Auta. Ternyata setelah berakting sejak pagi, ujung-ujungnya tetap saja ingin menggunakannya sebagai kambing hitam. Pada akhirnya, tetap dia yang harus menerima semua kesedihan.Aura tertawa sinis. "Jadi semua sandiwara dari pagi ini cuma demi tujuan itu, ya? Aku sempat benar-benar mengira kamu sadar diri dan tulus mau membelaku." Tatapan Aura terhadap Anrez penuh ejekan.Anrez mengatupkan bibirnya dan menghindari pandangan Aura. "Aura, kamu dan Ghea sama-sama anak Ayah. Siapa pun dari kalian yang terluka, Ayah tentu merasa sedih."Aura mengangguk pelan. "Mengharukan sekali. Menurutku, kamu layak mendapat penghargaan sebagai ayah tiri terbaik seibu kota."Anrez terdiam.Selama bertahun-tahun ini, hal yang paling dikuasai Aura adalah bersilat lidah.Wajah Anrez tampak canggun. Namun, seketika dia kembali serius sambil mengernyit dan menatap Aura. "Kamu itu perempuan, kenap
Aura selalu bertindak cepat dan tegas.Ghea mungkin bodoh, tetapi Aura tidak. Dari awal sampai akhir, dia sama sekali tidak terlibat dalam masalah ini. Justru Ghea sendiri yang tertangkap kamera saat memasang flashdisk. Jika masalah ini benar-benar dibesar-besarkan, yang akan malu tetap Ghea.Serra terdiam sejenak. Ketika dia hendak membalas, tiba-tiba Anrez membentaknya dengan keras, "Cukup! Kamu mau bikin Keluarga Tanjung malu sampai sejauh mana baru puas?"Serra ingin membela diri, tetapi setelah berpikir sesaat, dia akhirnya menunduk dan meminta maaf kepada Aura dengan patuh. "Iya, iya, Bibi salah. Aura, jangan marah ya."Aura tidak menanggapi, malas melihat keluarga ini bermain drama. Dia langsung berdiri dan hendak pergi.Baru mengambil beberapa langkah, Anrez tiba-tiba memanggilnya, "Aura, tunggu sebentar. Ke ruang kerja dulu, ada yang mau kubicarakan."Aura merasa ini bukan peluang baik. Ternyata drama pagi ini diatur untuk dirinya. Dia menoleh, lalu melirik Anrez. "Maaf, aku m
Begitu ucapan itu dilontarkan dari mulut Anrez, bukan hanya Aura yang terdiam. Semua orang yang ada di ruangan langsung membeku.Selama bertahun-tahun ini, Anrez tak pernah sekali pun membela Aura. Setiap kali ada masalah, Aura yang selalu menjadi kambing hitam, sementara Ghea tinggal pura-pura lemah dan menangis sedikit untuk menjadi korban dalam cerita.Ini adalah pertama kalinya Anrez membela dirinya. Aura terkejut, tangannya yang memegang cangkir kopi sampai membeku.Kemudian, dia tersenyum tipis dan berucap, "Aku nggak sanggup terima permintaan maaf dari dia."Serra pun akhirnya sadar situasi hari ini tidak akan berakhir semudah itu. Dia buru-buru melangkah ke arah Ghea dan mendorongnya pelan. "Ghea, dengar kata ayahmu, minta maaf sama kakakmu."Ghea yang akhir-akhir ini terus dipermalukan di depan Aura, sudah menyimpan banyak amarah di hati. Mana mau dia tunduk sekarang?Berpura-pura lemah pun dia tidak sanggup lagi. Ghea tetap berlutut di lantai. Dengan leher tegak, dia berkata,
"Bi Kasih, kamu pasti syok hari ini. Besok ambil libur sehari. Nanti ke rumah sakit dan periksa dengan benar. Selain itu, bonus bulan ini aku lipat gandakan."Selesai berbicara, Aura melambaikan tangan ke arah Kasih. "Lanjutkan saja kerjaanmu."Ghea yang berdiri di samping pun menggertakkan giginya sekuat tenaga. Aura bukan memberi kenaikan bonus kepada Kasih, melainkan sedang menghinanya!Aura menoleh menatap Ghea dan tersenyum. "Dik, kalau begitu Kakak doakan impianmu segera terwujud. Semoga kamu bisa menikah dengan anggota keluarga kaya ya."Ghea paling suka bersikap sok lembut dan memakai nada seperti ini untuk membuat orang kesal. Aura pun menirukan gaya bicara Ghea. Jujur saja, rasanya sangat memuaskan.Setelah itu, dia langsung naik ke lantai atas sambil menggoyangkan pinggang rampingnya. Semakin Ghea marah, semakin Aura senang.Saat sampai di ujung tangga, dia mendengar suara kaca pecah dari lantai bawah. Aura menurunkan pandangannya, tetapi tidak berhenti melangkah dan masuk k
Jose mematikan rokoknya, berpikir sejenak, lalu berkata, "Nggak ada apa-apa, kamu pergi saja."Selesai bicara, dia langsung berdiri dan masuk ke rumah, meninggalkan Aura yang berdiri di tempat dengan wajah bingung.Benar-benar moody! Aura menggigit pelan bibir merahnya, lalu melangkah keluar dari vila Jose.Saat sudah di mobil, dia berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk kembali ke vila keluarganya.Toh rumah pribadinya sekarang sudah diketahui semua orang, jadi dia tidak mungkin bisa hidup tenang lagi. Lebih baik pulang, sekaligus lihat apakah Serra dan Ghea masih membuat masalah.Tak disangka, saat sampai di rumah, Aura tidak melihat seorang pun. Kasih yang melihatnya pulang pun tampak agak terkejut."Nona baik-baik saja?" Kasih mendekat, memperhatikannya dengan saksama. "Dua hari lalu Ghea kasih tahu Tuan Anrez alamatmu. Aku benar-benar khawatir beliau akan bikin keributan."Aura merasa agak tersentuh. Akhir-akhir ini, dia bertemu banyak orang. Hanya perhatian tulus dari Kasih ini
Giulio mengangkat alisnya, melirik sekilas ke arah Aura lalu ke arah Jose. Wajahnya menunjukkan ekspresi penuh pengertian. "Aku ngerti kok. Malam yang indah itu sangat berharga, aku nggak akan ganggu. Nanti kita janjian lagi."Saat pergi, Giulio masih sempat mengedipkan mata ke Aura. Dia memang punya sedikit ketertarikan pada Aura, meskipun beberapa kali mencoba mendekat dan gagal. Awalnya dia mengira Aura akan segera bertunangan, jadi dia berhenti berharap.Siapa sangka, bukan hanya batal bertunangan, Aura malah punya hubungan dengan Jose. Dia menjadi semakin tidak berani berharap. Meskipun demikian, dia tetap menggoda, "Bu Aura, bukankah waktu itu kamu bilang berutang budi padaku?"Aura langsung ingat saat Giulio membantunya di bar waktu itu. Namun, sebelum dia sempat menjawab, tatapan dingin Jose sudah tertuju pada Giulio.Giulio hanya tertawa kecil, lalu membuat gestur mengunci mulut dengan tangan di bibirnya. Dia melambaikan tangan dan pergi.Sekarang, hanya tersisa Aura dan Jose.
Tak ada yang bisa menahan godaan dari Jose, tetapi Aura masih punya akal sehat. Dia mendorong Jose sambil berkata, "Jangan ... Kaley ada di bawah ...."Mendengar itu, Jose menurunkan pandangannya dan menatap Aura. Tatapannya penuh hasrat yang menyesakkan. "Kamu takut?""Kalau begitu, nanti teriaknya lebih pelan." Suara Jose rendah, tetapi ada nada menggoda yang serak-serak memabukkan.Detik berikutnya, Aura merasa tubuhnya terangkat. Gila! Jose benar-benar gila! Dia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk memaki. Jose langsung menunduk dan menciumnya dengan liar!Dalam hal ini, Jose memang seorang ahli. Hanya dalam waktu singkat, tubuh Aura sudah lemas, tidak punya tenaga untuk melawan lagi.....Saat turun lagi ke lantai bawah, wajah Aura merah padam seperti udang rebus. Ruang tamu kosong. Kaley dan yang lainnya sedang barbeku di taman. Dari ruang tamu, Aura bisa mendengar obrolan mereka.Dia berdiri diam di tempat, tak tahu harus bagaimana. Sementara itu, Jose terlihat santai, seol