Share

Bab 9

Author: Camelia
Meskipun demikian, Aura tetap mengangguk dengan sopan. "Ya."

"Wah, kudengar kamu yang putusin dia?"

Aura tersenyum tipis. "Sejak kapan kamu jadi suka bergosip?"

Hari ini dia datang bukan untuk membahas masalahnya sendiri, tujuan utamanya adalah mendapat dukungan dari Jose.

Proyek yang ditangani Jose bernilai miliaran. Jika berhasil menandatangani kontrak, perusahaan kecilnya bukan hanya akan aman, tetapi juga akan sangat membantu mereka dalam membuka pasar di masa mendatang.

Efendi yang sangat memahami niatnya, segera maju untuk mencairkan suasana. "Giulio, tadi masih ada 3 gelas yang belum kamu habiskan, ayo, ayo ...."

Sambil berbicara, Efendi berdiri dan menarik Giulio pergi, bahkan sempat mengedipkan mata pada Aura untuk meminta hadiah atas jasanya.

Aura membalas dengan kedipan mata sebagai tanggapan, lalu membawa gelasnya dan mendekati Jose.

Saat dia hendak membuka mulut, gadis di samping Jose tiba-tiba merangkul lengannya. "Pak Jose, aku kurang enak badan, bisa bantu pijat sebentar?"

Saat berbicara, gadis itu memandang Aura dengan penuh kewaspadaan, seolah-olah Aura hendak merebut makanannya.

Mendengar itu, Jose tertawa ringan dan bertanya dengan suara rendah, "Bagian mana yang sakit? Sini? Atau sini?" Saat berbicara, tangannya bergerak di pinggang gadis itu dengan santai, bahkan tidak memberi Aura satu lirikan pun.

Jelas sekali, dia sama sekali tidak peduli pada Aura. Jose hanya menunduk sedikit sambil menggoda wanita itu.

Seketika, wajah gadis itu langsung memerah. "Pak Jose, kamu nakal sekali ...."

Sudut bibir Aura berkedut sedikit. Dia cukup sering melihat situasi seperti ini, tetapi pemandangan di depan matanya tetap membuat telinganya sedikit memerah.

"Ehem, Pak Jose, sebenarnya aku ke sini untuk membahas kontrak yang kita bicarakan sebelumnya," ujar Aura.

Meskipun mengganggu orang lain yang sedang bermesraan itu tidak sopan, hal ini menyangkut kelangsungan perusahaannya. Aura memang tidak akan kelaparan tanpa perusahaannya ini, tetapi ada belasan orang yang bergantung padanya.

Terutama Lulu, saat Aura memutuskan mendirikan perusahaan, Lulu bahkan menyerahkan semua tabungannya untuk mendukungnya.

Lulu bukan berasal dari keluarga kaya. Uang itu dia kumpulkan sedikit demi sedikit. Jadi, demi mereka, Aura harus mengesampingkan gengsi dan melanjutkan pembicaraan ini.

Mendengar itu, sorot mata Jose sedikit meredup. Dia menegakkan tubuh sedikit, menatap Aura sekilas dengan ekspresi tidak sabar karena diganggu.

Dia mengambil satu batang cerutu dari kotak di meja. Setelah dipotong, gadis di sampingnya baru saja hendak menyalakan api untuknya, tetapi Aura dengan sigap menyodorkan pemantik lebih dulu.

Jose menatapnya dengan senyuman tipis, tapi dia tidak menolak tindakan Aura yang menjilat itu. Namun, tatapan gadis di sampingnya terlihat seperti ingin membunuh Aura di tempat.

Jose mengisap cerutunya, lalu merapikan dasinya, menampakkan jakunnya yang menonjol. Wajah Jose memiliki daya tarik dingin, dengan garis wajah yang tegas. Kalaupun dibandingkan dengan para selebritas, dia masih tergolong level atas.

Karena tumbuh dalam lingkungan keluarga kaya sejak kecil, dia membawa aura elegan yang membuatnya tampak sulit didekati.

Aura melihat senyuman tipis Jose, lalu mengatur napas dan mengeluarkan proposal dari dalam tasnya dengan serius. "Silakan dilihat dulu. Tim kami telah bekerja lembur untuk merevisinya. Pak Jose pasti akan puas."

Jose menatapnya tanpa menyentuh proposal itu. Setelah beberapa saat, dia bertanya, "Kamu pasti haus setelah bicara sebanyak ini, 'kan? Nah, minum beberapa gelas dulu sebagai bentuk ketulusan."

Aura tertegun sejenak. Sebelum sempat dia bicara, suara dingin Jose kembali terdengar. "Kenapa? Datang ke tempat seperti ini untuk membahas bisnis, tapi bahkan nggak punya kesadaran seperti ini?"

Aura menggigit bibirnya. Mereka memang berasal dari lingkungan yang sama. Namun, jika dibandingkan, Keluarga Tanjung jelas bukan tandingan Keluarga Alatas. Jose benar-benar tidak memberikan sedikit pun keringanan.

Aura tersenyum, tetapi senyuman itu terlihat sangat kaku. "Berapa gelas yang harus kuminum?"

Sikapnya benar-benar merendah. Saat dia tersenyum, wajahnya sangat cantik, seolah-olah cahaya di sekitar menjadi lebih terang karenanya.

Jose sudah melihat banyak wanita, tetapi senyuman Aura benar-benar memikat baginya.

Pria itu menelan ludah pelan, suaranya terdengar lebih dalam. "Itu tergantung ketulusanmu."

Artinya, tidak ada batasan.

Aura tetap tersenyum. Dia bukan gadis lemah dan cukup percaya diri dengan kemampuannya minumnya. Jadi, dia tidak gentar.

Ketika Aura hendak mengambil gelas sendiri, gadis di samping Jose lebih dulu bertindak. Dia tersenyum dan berkata, "Nggak perlu repot-repot, Biar aku yang tuangkan untukmu."

Aura merasa gadis itu punya niat lain. Namun, di hadapan Jose, dia tidak bisa menolak dan hanya diam saja.

Siapa sangka, gadis itu ternyata sangat ekstrem. Dia mengambil 7 atau 8 gelas besar dan menyusunnya berjajar. Kemudian, dia menuangkan minuman keras ke dalamnya.

Aura sontak termangu. Efendi yang berada di samping pun menyadari ada yang tidak beres. Dia segera maju untuk mencoba menengahi situasi.

Namun, Aura menghentikannya dan tersenyum sambil berkata, "Nggak apa-apa, yang penting Pak Jose senang."

Wajahnya tersenyum, tetapi suaranya terdengar tertahan. Efendi bisa mendengarnya, apalagi Jose.

Jose pun menatap Aura dengan penuh minat, matanya menyiratkan emosi yang sulit ditebak. Dia berkata, "Jangan terlalu memaksakan diri."

Aura tidak berkata apa-apa. Dengan jari-jarinya yang ramping, dia mengangkat satu gelas dan meneguknya habis dalam sekali minum.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 136

    Jose berdiri di antara mereka. Dia menggunakan keunggulan tinggi badannya untuk menghalangi Anrez mendekati Aura. Dengan dagu sedikit terangkat dan satu tangan santai dimasukkan ke dalam saku celana, sikapnya tampak agak malas dan acuh tak acuh.Namun, justru dengan gaya seperti itulah, Anrez tidak berani meluapkan amarahnya. Orang lain mungkin sudah langsung disemprot kalau berani mengadangnya seperti ini,tapi di hadapan Jose ....Anrez hanya mengerutkan dahi sedikit, lalu mendongak menatap Jose. "Pak Jose, ini urusan keluarga kami."Maksudnya jelas, Jose dianggap ikut campur dalam urusan yang bukan bagiannya.Akan tetapi, Jose tetap tak bergerak dari tempatnya. "Membiarkan seorang wanita ditindas orang bukan tindakan pria sejati."Saat kata-kata itu dilontarkan, Aura yang berdiri di belakangnya mendongak menatap pria itu. Dengan tinggi tubuh Jose yang menjulang, kepala Aura bahkan hanya sampai bahunya.Namun, saat memandangnya dari belakang, entah mengapa hatinya terasa tenang.Anre

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 135

    "Kalau begitu sekarang akan aku beri tahu kalian. Pada hari pertunanganku, aku memergoki adik kandungku sendiri tidur seranjang dengan tunanganku. Jadi, semua gosip yang kalian dengar itu memang benar."Lagi pula, sekarang sudah tidak ada lagi yang patut dipertahankan, jadi biarlah semuanya hancur sekalian.Aura tidak melihat ke arah panggung tempat Markos dan Donna duduk. Namun dia tahu, selain para wartawan, semua orang yang hadir di ruangan itu berwajah muram.Yang awalnya dirancang sebagai konferensi pers untuk membersihkan nama Daffa, justru berubah jadi ruang penghakiman bagi Daffa dan Ghea. Para jurnalis mengarahkan kamera mereka ke wajah Ghea.Ghea yang tadinya merasa aman, sekarang benar-benar panik. "Kakak ... kamu ... jangan asal ngomong!" Dia menoleh dengan wajah penuh ketakutan ke arah wartawan. "Bukan aku! Kakak memfitnahku!"Padahal, awalnya dia datang ke tempat ini untuk menyaksikan Aura dipermalukan. Siapa sangka, Aura yang sudah menerima kompensasi, ternyata berani be

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 134

    Melihat Aura tetap diam, Anrez kembali menyikutnya pelan dan berbisik, "Bicara, dong!"Akan tetapi, Aura tidak menanggapinya. Matanya tetap tertuju ke arah Ghea yang berdiri di barisan paling belakang. Dalam hati, dia bertanya-tanya, apa lagi yang akan dilakukan Ghea sekarang?Saat Aura masih tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba ponsel di atas meja bergetar. Dia menunduk dan mengambilnya. Sebuah pesan masuk dari Lulu. Kelihatannya ada sesuatu yang penting. Belum sempat dia baca dengan saksama, panggilan telepon dari Lulu langsung masuk."Ngapain lihat ponsel sekarang?" Anrez benar-benar tidak tahan lagi melihat sikap Aura yang santai.Dia sudah menyusun semuanya dengan Markos. Begitu konferensi selesai, kontrak langsung ditandatangani. Kalau semua ini rusak gara-gara Aura, dia bisa gila di tempat.Namun, Aura tidak menghiraukannya sama sekali. Lulu adalah orang yang selalu tenang. Kalau dia sampai menelpon dan mengirim pesan sekaligus, pasti ada sesuatu yang genting."Aku angkat telep

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 133

    Melihat sikap Aura yang tenang dan tak tergoyahkan, Daffa lalu menggertakkan gigi perlahan. "Aura ....""Diam!"Begitu mendengar suara Daffa, wajah Aura langsung berubah dingin. Namun, sebelum dia sempat bicara, Donna sudah lebih dulu membentak Daffa. Dia melirik tajam ke arah Daffa, lalu berbalik menatap Aura.Meski sebelumnya dia pernah diam-diam mengkhianati Aura dari belakang, wajah Donna tetap menampilkan senyum lembut, seolah semua kejadian tak mengenakkan di masa lalu tidak pernah terjadi.Donna melangkah mendekat, lalu menggenggam tangan Aura seperti biasa sambil tersenyum, "Aura, terima kasih karena akhirnya kamu mau berpikir jernih dan bersedia membantu Daffa menjelaskan semuanya."Aura menunduk sejenak menatap tangan Donna yang menggenggam tangannya, lalu menyunggingkan senyum tipis. Sebagai istri orang kaya selama bertahun-tahun, Donna memang ahli berpura-pura.Tanpa mengubah ekspresinya, Aura menarik tangannya perlahan dan membalas senyum itu dengan kaku. "Nggak usah berte

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 132

    "Aku bisa menyetujui syaratmu. Kalau Ghea memang ada di dekatmu sekarang, ayo kita langsung ke kantor pertanahan. Selesaikan saja urusan rumah itu."Nada bicaranya sarat dengan kekecewaan dan perasaan getir. Namun, Anrez berpura-pura tidak mendengarnya. Dia malah tertawa senang. "Aura, Ayah tahu kamu anak yang pengertian. Kalau begitu, kita bertemu di kantor pertanahan setengah jam lagi." Tanpa menambahkan sepatah kata pun, dia langsung menutup telepon.Aura bisa membayangkan ekspresi puas di wajah ayahnya. Dia pasti sedang tertawa lebar sampai mungkin sampai semua keriputnya juga ikut tertarik.Aura menoleh sekali lagi ke arah vila itu dan menatapnya dengan diam, lalu naik ke mobil dan menyalakan mesin menuju kantor pertanahan.Seperti yang diduganya, Anrez sangat bersemangat. Begitu mobil Aura berhenti, dia sudah berdiri sambil melambaikan tangan. "Aura, sini, ayo cepat."Aura mengatupkan bibirnya, lalu melangkah mendekat dengan sepatu haknya yang berderap ringan. "Semua dokumen suda

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 131

    Aura menatap ekspresi Anrez. Nada bicara pria itu terdengar sangat peduli, tetapi semua itu terasa begitu palsu bagi Auta. Ternyata setelah berakting sejak pagi, ujung-ujungnya tetap saja ingin menggunakannya sebagai kambing hitam. Pada akhirnya, tetap dia yang harus menerima semua kesedihan.Aura tertawa sinis. "Jadi semua sandiwara dari pagi ini cuma demi tujuan itu, ya? Aku sempat benar-benar mengira kamu sadar diri dan tulus mau membelaku." Tatapan Aura terhadap Anrez penuh ejekan.Anrez mengatupkan bibirnya dan menghindari pandangan Aura. "Aura, kamu dan Ghea sama-sama anak Ayah. Siapa pun dari kalian yang terluka, Ayah tentu merasa sedih."Aura mengangguk pelan. "Mengharukan sekali. Menurutku, kamu layak mendapat penghargaan sebagai ayah tiri terbaik seibu kota."Anrez terdiam.Selama bertahun-tahun ini, hal yang paling dikuasai Aura adalah bersilat lidah.Wajah Anrez tampak canggun. Namun, seketika dia kembali serius sambil mengernyit dan menatap Aura. "Kamu itu perempuan, kenap

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 130

    Aura selalu bertindak cepat dan tegas.Ghea mungkin bodoh, tetapi Aura tidak. Dari awal sampai akhir, dia sama sekali tidak terlibat dalam masalah ini. Justru Ghea sendiri yang tertangkap kamera saat memasang flashdisk. Jika masalah ini benar-benar dibesar-besarkan, yang akan malu tetap Ghea.Serra terdiam sejenak. Ketika dia hendak membalas, tiba-tiba Anrez membentaknya dengan keras, "Cukup! Kamu mau bikin Keluarga Tanjung malu sampai sejauh mana baru puas?"Serra ingin membela diri, tetapi setelah berpikir sesaat, dia akhirnya menunduk dan meminta maaf kepada Aura dengan patuh. "Iya, iya, Bibi salah. Aura, jangan marah ya."Aura tidak menanggapi, malas melihat keluarga ini bermain drama. Dia langsung berdiri dan hendak pergi.Baru mengambil beberapa langkah, Anrez tiba-tiba memanggilnya, "Aura, tunggu sebentar. Ke ruang kerja dulu, ada yang mau kubicarakan."Aura merasa ini bukan peluang baik. Ternyata drama pagi ini diatur untuk dirinya. Dia menoleh, lalu melirik Anrez. "Maaf, aku m

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 129

    Begitu ucapan itu dilontarkan dari mulut Anrez, bukan hanya Aura yang terdiam. Semua orang yang ada di ruangan langsung membeku.Selama bertahun-tahun ini, Anrez tak pernah sekali pun membela Aura. Setiap kali ada masalah, Aura yang selalu menjadi kambing hitam, sementara Ghea tinggal pura-pura lemah dan menangis sedikit untuk menjadi korban dalam cerita.Ini adalah pertama kalinya Anrez membela dirinya. Aura terkejut, tangannya yang memegang cangkir kopi sampai membeku.Kemudian, dia tersenyum tipis dan berucap, "Aku nggak sanggup terima permintaan maaf dari dia."Serra pun akhirnya sadar situasi hari ini tidak akan berakhir semudah itu. Dia buru-buru melangkah ke arah Ghea dan mendorongnya pelan. "Ghea, dengar kata ayahmu, minta maaf sama kakakmu."Ghea yang akhir-akhir ini terus dipermalukan di depan Aura, sudah menyimpan banyak amarah di hati. Mana mau dia tunduk sekarang?Berpura-pura lemah pun dia tidak sanggup lagi. Ghea tetap berlutut di lantai. Dengan leher tegak, dia berkata,

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 128

    "Bi Kasih, kamu pasti syok hari ini. Besok ambil libur sehari. Nanti ke rumah sakit dan periksa dengan benar. Selain itu, bonus bulan ini aku lipat gandakan."Selesai berbicara, Aura melambaikan tangan ke arah Kasih. "Lanjutkan saja kerjaanmu."Ghea yang berdiri di samping pun menggertakkan giginya sekuat tenaga. Aura bukan memberi kenaikan bonus kepada Kasih, melainkan sedang menghinanya!Aura menoleh menatap Ghea dan tersenyum. "Dik, kalau begitu Kakak doakan impianmu segera terwujud. Semoga kamu bisa menikah dengan anggota keluarga kaya ya."Ghea paling suka bersikap sok lembut dan memakai nada seperti ini untuk membuat orang kesal. Aura pun menirukan gaya bicara Ghea. Jujur saja, rasanya sangat memuaskan.Setelah itu, dia langsung naik ke lantai atas sambil menggoyangkan pinggang rampingnya. Semakin Ghea marah, semakin Aura senang.Saat sampai di ujung tangga, dia mendengar suara kaca pecah dari lantai bawah. Aura menurunkan pandangannya, tetapi tidak berhenti melangkah dan masuk k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status