Share

Bab 10

Author: Camelia
Keramaian di sini tentu saja menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Sebelumnya, Aura selalu menjaga perasaan Daffa, jadi dia jarang minum bersama orang-orang ini.

Banyak orang yang baru pertama kali melihatnya minum. Mereka pun mendekat sambil bercanda, "Wah, Aura benar-benar memberi kami kehormatan malam ini."

Aura mengerlingkan matanya dalam hati. Demi kontrak senilai miliaran itu, dia tidak punya pilihan selain "memberi kehormatan".

Dia meletakkan gelasnya dan tersenyum sambil menatap Jose. Namun, Jose tidak bereaksi. Aura pun kembali mengangkat gelas lain dan meneguknya dengan cepat. Gelas itu besar, sehingga sebagian minuman mengalir dari sudut bibirnya.

Cairan berwarna cokelat itu menetes dari sudut bibirnya, turun ke dagu, lalu ke lehernya yang putih, hingga akhirnya menyusuri tulang selangkanya dan menghilang di lekukan dadanya.

Saat ini, semua mata tertuju pada Aura. Tidak ada yang menyadari bagaimana jakun Jose bergerak sedikit saat dia menatapnya.

Setelah beberapa gelas, wajah Aura mulai memerah. Namun, Jose belum juga menyuruhnya berhenti, terutama karena wanita di sebelahnya terus mengisi ulang gelas kosong Aura.

Aura tidak menghentikan gadis itu. Dia hanya menggigit bibirnya dan meneguk satu per satu minuman itu dengan tekad yang bulat.

Sampai entah gelas keberapa, Jose si bajingan masih tetap tidak bereaksi sedikit pun.

Tiba-tiba, pintu terbuka dengan suara keras, menarik perhatian semua orang. Saat melihat orang yang datang, tangan Aura yang sedang memegang gelas pun membeku.

Sebelum dia sempat bicara, Daffa lebih dulu bersuara. Dengan wajah muram, dia menatap Aura lekat-lekat. "Kamu bilang ada pertemuan bisnis, tapi ternyata datang ke tempat seperti ini? Aura, kamu masih punya rasa malu nggak sih?"

Tatapan Aura yang awalnya sedikit linglung karena alkohol seketika menjadi dingin. Dia menggigit bibirnya, hendak berbicara, tetapi Jose sudah lebih dulu menyela.

Jose mendengus, menatap Aura dengan seringai tipis. "Aura, lebih baik kamu selesaikan urusan pribadimu dulu sebelum datang kepadaku."

Jelas sekali, mereka sedang membicarakan urusan bisnis, tetapi kata-kata Jose justru terdengar seperti memiliki makna lain.

Saat Aura masih mencoba mencerna maksud ucapannya, Jose sudah berdiri dan pergi. Posturnya tinggi, hampir 190 cm, memancarkan karisma yang menekan. Saat Jose bangkit, seluruh ruangan langsung sunyi.

Aura mengerutkan kening dan menatap Daffa. "Kamu ini nggak ada habis-habisnya ya? Aku sudah bilang hubungan kita sudah berakhir!"

Dia benar-benar muak dengan Daffa. Kalau sampai gagal mencapai kesepakatan dengan Jose, apakah Daffa bisa menanggungnya? Jelas tidak.

Aura berdiri dengan kesal, hendak pergi. Namun, Daffa sontak meraih pergelangan tangannya dan menariknya keluar.

Tak seorang pun di ruangan itu berani berkata apa pun. Mereka hanya menonton drama ini dengan tatapan penasaran.

Aura yang sudah sedikit mabuk ditarik oleh Daffa keluar dari ruangan. Daffa benar-benar murka. Dia tahu Aura ada di sini dari unggahan Giulio di media sosial. Dalam foto itu, dia melihat tatapan Jose saat memperhatikan Aura saat minum.

Tatapan itu seperti seorang pemburu yang mengunci mangsanya. Sebagai seorang pria, Daffa tentu tahu apa arti tatapan itu. Rasa kepemilikannya sebagai pria membuatnya tidak bisa menerima jika ada pria lain yang menginginkan wanitanya.

Aura terhuyung-huyung, lalu didorong masuk ke kursi belakang mobil oleh Daffa. Ketika dia masih kebingungan, Daffa tiba-tiba menindihnya.

Aura sangat marah dan tanpa ragu menampar wajah Daffa. "Daffa, kamu gila ya?" Aura tidak bisa menahan umpatannya.

Mata Daffa memerah. Dia menatap Aura dari atas hingga bawah, lalu bertanya, "Kamu nggak mau tidur denganku dan lebih memilih tidur sama Jose ya?"

Tiba-tiba, dia mencengkeram dagu Aura dengan kasar, ekspresinya pun menjadi semakin suram. Dia meneruskan, "Kamu kira Jose benar-benar tertarik padamu? Aura, jangan mimpi!"

Aura berusaha melawan dan mencoba bangkit, tetapi tangan Daffa merobek salah satu tali gaunnya. Kemudian, seluruh mobil bergetar hebat. Daffa terpelanting dari tubuh Aura dan jatuh.

"Argh ...!" Daffa menjerit kesakitan.

Aura segera duduk tegak, lalu melihat Daffa yang meringkuk di lantai mobil. Di luar mobil, terlihat Bentley Mulsanne yang menyalakan lampu.

Beberapa saat kemudian, Bentley itu mundur sedikit, lalu seorang pria berkaki panjang turun dari mobil. Kebetulan sekali, itu Jose.

Jose menggigit rokok di bibirnya, tersenyum tipis, "Maaf, tadi kakiku licin, jadi mobilku kehilangan kendali. Daffa, kamu nggak apa-apa, 'kan?"

Meskipun melontarkan kata maaf, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi menyesal.

Kaki Daffa masih berada di luar mobil tadi, jadi dia langsung terkena tabrakan dan mengalami patah tulang.

Seumur hidupnya, Daffa hidup enak dan tidak pernah mengalami penderitaan seperti ini. Sekarang, dia hanya bisa memeluk kakinya dan merintih kesakitan. Tidak ada satu kata pun yang bisa keluar dari mulutnya.

Aura tiba-tiba merasa bingung, bahkan sedikit mual. Sebenarnya dulu dia menyukai pria macam apa sih?

Jose mendekat. Tatapannya yang dingin sekilas menyapu Aura, lalu beralih ke Daffa yang berguling kesakitan. "Semua biaya akan kutanggung. Kalau kamu punya tuntutan lain, bisa langsung datang ke kantorku. Atau bisa juga menyewa pengacara."

Aura bersandar di mobil dengan lega. Dengan tangan yang gemetar, dia merogoh tasnya, mencari sesuatu. Setelah beberapa saat, dia tidak menemukan barang itu. Dia pun menoleh ke Jose dan bertanya, "Punya rokok nggak?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 477

    Suara Aura dingin, tetapi lantang dan tegas. Philip terdiam sejenak. Ekspresinya ikut canggung.Aura sedikit menggeser tubuhnya dan berkata kepadanya, "Aku nggak bisa bantu kamu. Jadi, sup ayamnya boleh kamu bawa pergi."Philip menghela napas. "Aku yang lancang. Kalau ada orang tembak aku, aku juga nggak bakal bisa maafin mereka.""Sup ini Bos yang suruh orang masak khusus buat kamu. Katanya suruh kamu minum setelah sadar. Kamu minum sedikit ya? Aku pergi dulu."Aura mengalihkan pandangannya ke luar jendela, sama sekali tak melirik semangkuk sup panas itu.....Di rumah Keluarga Alatas.Saat Jose tiba, Tigor sedang duduk di sofa ruang tamu utama, bertumpu pada tongkat di tangannya. Di ruang tamu tergeletak sebuah tandu. Di atasnya berbaring seseorang.Sebelum menunggu Tigor berbicara, Jose sudah berseloroh, "Lho, bukannya ini Kak Jordan ya? Kok sampai begini?"Seluruh tubuh Jordan dibalut perban, hanya menyisakan sepasang mata. Kalau tidak mengenalnya, belum tentu seseorang bisa mengen

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 476

    Dia tertegun sejenak. Melihat mata Jose yang agak merah, dia baru sadar dirinya bermimpi tadi.Jose mengernyit dan bertanya, "Mimpi buruk?"Aura tidak menjawab. Jose mengangkat tangannya dan menyentuh kening Aura. "Demammu sudah turun."Sambil berkata begitu, dia menekan bel di samping ranjang. Tidak lama kemudian, seorang dokter berjas putih masuk untuk memeriksa Aura.Sesudah pemeriksaan selesai, dokter berkata kepada Jose, "Pak Jose, demam Bu Aura sudah turun. Selama cederanya dijaga dengan baik, seharusnya nggak akan ada masalah besar."Jose mengangguk. Aura akhirnya kembali sadar dari bayang-bayang dalam mimpinya. Belum sempat berbicara, terdengar ketukan pintu dari luar."Bos, orang rumah lama memintamu pulang sebentar."Jose sedikit mengerutkan dahi. "Bilang saja aku nggak sempat."Philip ragu sejenak, lalu berkata, "Takutnya nggak bisa. Pak Tigor bilang kalau kamu nggak pulang, dia akan langsung mengumumkan perjodohanmu dengan Bu Winona."Mendengar itu, ekspresi Jose semakin di

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 475

    Aura ragu-ragu. Akhirnya, dia tetap bertanya, "Sekarang kita ada di mana?"Jose berbalik dan memandang Aura sambil menjawab, "Pulau terpencil, tapi aku nggak tahu detail lokasinya."Alis Aura berkerut. Dia menimpali, "Ha? Jadi ... apa bawahanmu bisa menemukan kita?"Jose menggeleng, lalu menambah kayu di api unggun sembari menyahut, "Nggak tahu."Jose berbicara dengan santai. Dia sama sekali tidak terlihat panik, seperti datang untuk berlibur.Luka Aura tiba-tiba sakit. Dia membuka bajunya dan melihat ternyata Jose sudah membalut lukanya. Jose juga menggunakan kemeja putihnya.Saat ini, Aura baru menyadari bajunya sudah kering dan pakaian dalamnya menghilang. Jadi, Jose sudah mengganti bajunya. Mungkin Aura berbaring telanjang di sini saat Jose mengganti bajunya.Begitu membayangkan gambaran itu, Aura bertanya dengan emosional, "Kamu yang melepaskan bajuku?"Jose menghampiri Aura, lalu menatapnya seraya mengangkat alis dan bertanya balik, "Kenapa? Apa kamu kira ada orang lain lagi di s

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 474

    Aura mendongak dan melihat wajah Jose yang tampan. Dia bertanya seraya mengernyit, "Kenapa kamu ada di sini?"Entah Jose pergi ke mana. Sekujur tubuhnya basah, bahkan air masih terus menetes dari tubuhnya. Namun, kondisi Jose sama sekali tidak terlihat menyedihkan.Jose juga membawa ranting pohon. Begitu mendengar suara Aura, dia melihatnya sekilas dan bertanya balik, "Kamu sudah bangun? Kamu kecewa lihat aku di sini?"Aura mengatupkan bibirnya dan tidak menjawab pertanyaan Jose. Dia teringat tadi bawahan Jose menembaknya, jadi dia tiba-tiba merasa sedih. Akhirnya, Aura kembali berbaring.Jose mendekatkan ranting pohon di api unggun. Aura baru melihat ada 2 ekor ikan di ranting pohon. Dia tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu sejak dirinya jatuh ke dalam laut. Saat melihat makanan, perut Aura keroncongan.Aura tertegun, lalu membelakangi Jose. Akan tetapi, luka Aura tertekan begitu dia berbaring menyamping. Dia sangat kesakitan hingga berkeringat dingin. Aura terpaksa kembali berb

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 473

    Mendengar ucapan Jose, Brian tiba-tiba membidik senapannya ke arah Jose dan bertanya, "Jose, apa kamu sama sekali nggak mau membiarkan aku hidup?"Jose menyipitkan matanya. Sebelum dia sempat bicara, Tiano yang berdiri di sampingnya sudah menembak Brian.Terdengar suara tembakan 2 kali. Brian tidak berhasil menembak Jose, tetapi Tiano berhasil menembak Brian.Hanya saja, Aura juga ditembak. Awalnya, Aura diseret Brian ke depannya. Jika ingin menembak Brian, harus menembak Aura terlebih dahulu.Semuanya terjadi begitu cepat. Aura bahkan tidak sempat menghindar. Saat dia tersadar, rasa sakit di bahunya membuat wajahnya pucat pasi.Jose langsung berdiri dan berlari ke arah Aura. Sementara itu, Aura tersenyum sinis. Kekhawatiran pada ekspresi Jose tampak sangat tulus. Jose memang pandai bersandiwara.Namun, Tiano adalah bawahan Jose. Tanpa perintah Jose, mana mungkin Tiano menembak? Rasa sakit membuat Aura tidak bisa lanjut berpikir.Brian yang berdiri di belakang Aura juga ditembak, tetap

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 472

    Tadi masih ada orang lalu-lalang saat Aura turun, tetapi sekarang sama sekali tidak ada turis lagi. Dari kejauhan, Aura melihat Jose duduk di geladak. Jose sedang melihat pria yang digantung dengan tenang.Aura mendongak. Matanya sakit begitu terpancar cahaya matahari yang menyilaukan. Namun, dia bisa melihatnya cukup jelas. Orang yang digantung adalah Jordan.Banyak orang berdiri di belakang Jordan. Selain Tiano, masih ada banyak pria yang terlihat cukup hebat. Ternyata mereka sudah membuat persiapan.Brian berkata, "Kabarnya Pak Jose sangat kejam. Nggak disangka, Pak Jose juga tega mencelakai saudara kandung sendiri. Menurut Pak Jose, apa nyawa Bu Aura cukup untuk menukar nyawa Pak Jordan?"Jose berbalik setelah mendengar perkataan Brian. Dia melihat Aura dibawa ke hadapannya. Jose menyipitkan matanya. Auranya sangat dingin.Namun, Jose langsung menenangkan dirinya. Dia duduk di kursi dengan santai, lalu mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Jose membalas, "Kamu kira nyawany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status