Share

Dia Nahla.

Penulis: Author Shira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-30 22:47:30

Seorang wanita cantik duduk di samping pintu kamar, wajahnya sembab, matanya bengkak. Pandangannya kosong, pikirannya kalut, mencari cara untuk keluar dari tempat yang kini menjadi penjaranya.

"Kenapa harus aku? Jahat sekali kamu, Bang!" lirihnya dengan suara parau.

Manik matanya bergerak gelisah, mencari celah untuk melarikan diri. Dengan cepat ia melangkah menuju jendela besar di hadapannya. Tangannya bergetar mencoba membukanya tetapi sia-sia. Pintu kaca itu terkunci rapat. Tatapannya beralih ke luar, tubuhnya menegang saat menyadari betapa tingginya lantai kamar ini.

"Kalau aku nekat, aku bisa mati," bisiknya mundur dengan napas memburu, tangannya bergerak gelisah.

Ia kembali berdiri di dekat pintu, mengigit kuku-kukunya. Saat pikirannya berkecamuk, samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. Perasaannya mulai menegang saat pintu terbuka, seorang pelayan berwajah jahat berdiri di ambang pintu, mata wanita setengah baya itu membelalak melihat keadaan Nahla yang begitu kacau.

"Kamu seperti binatang gila!" cibirnya sinis.

Nahla menunduk murung menahan sakit hati.

"Ikut aku cepat!" tekan sang pelayan.

Nahla mundur menolak mengikuti wanita itu. "Saya mau dibawa ke mana?" tanyanya dengan suara sumbang.

"Kamu harus menghadap Tuan Muda dan Tuan Besar."

"A-apa yang mereka inginkan?" Nahla menelan ludah, tubuhnya bergetar. "Aku mohon, bantu aku keluar dari sini!"

Pelayan itu mendecak, wajahnya penuh ejekan. "Lebih baik kau mati daripada aku yang mati karena membebaskanmu!"

Wanita itu meraih tangan Nahla dengan kasar, menyeretnya keluar kamar. Langkah Nahla semakin lemas saat mereka semakin mendekati ruangan tempat Tuan Tarom, sang pemilik mansion tengah menunggu. Suhu tubuhnya mendadak panas dingin, seakan ia tengah berjalan menuju ambang kematian.

Saat pintu terbuka, dua pria berbeda usia berdiri di dalam ruangan. Mata mereka menatapnya dengan cara yang berbeda.

"Siapa dia?" tanya pria muda itu, Zevaran. Tatapannya tajam, penuh selidik.

"Nahla," sahut Tarom. "Dia akan menjadi pengganti wanita itu. Kamu harus mau."

Nahla membelalak tajam, darahnya seketika terasa berhenti.

‘Menikah? Mana mungkin aku menikah dengannya?’

Pikirnya panik. Ia menatap pria di depannya sangat tampan, tetapi sorot matanya penuh intimidasi.

“Aku tidak ingin menikah dengannya!” suara Zevaran terdengar tegas, jelas menolak keputusan ayahnya.

‘Bagus! Kau harus menolak, agar aku bisa pergi dari neraka ini!’ batin Nahla penuh harapan.

"Kamu tahu, dia diserahkan agar hutang ayahnya lunas," ujar Tarom, mendekati putranya. "Kamu ingat Joko? Dia putrinya. Jika kamu tidak menikahinya, kita bisa mengambil organ tubuhnya untuk mengganti uang yang sudah dicuri oleh Joko."

Nahla membeku, wajahnya seketika pucat. Lututnya lemas, tubuhnya hampir merosot ke lantai.

“Tuan, jangan lakukan itu pada saya! Saya mohon, saya bisa melakukan apa saja, asal jangan membunuh saya,” rintihnya, jatuh berlutut di hadapan Tarom, berharap ada belas kasihan di hati pria itu.

Tarom tertawa rendah, menatapnya sinis. "Bahkan jika kamu mengepel lantai istanaku dengan lidahmu, hutang ayahmu takkan bisa lunas! Kamu bukan siapa-siapa, bahkan jika menjadi istri putraku, kamu tetap menjadi tawananku. Sewaktu-waktu, aku bisa menjual organ tubuhmu."

Nahla menggeleng cepat, jiwanya begitu terguncang. Ini tidak manusiawi! Kesalahan ayahnya seharusnya tidak menjadi beban hidupnya. Ia menoleh ke arah Zevaran, pria itu menatapnya dengan dingin.

“Tuan Muda, tolong saya! Selamatkan saya,” pintanya, berlutut sembari membungkukkan tubuhnya.

Zevaran menatapnya dengan sorot masih sama. "Aku tidak akan menikah denganmu. Aku bahkan tidak mengenalmu."

Tarom terkekeh. "Tidak masalah." Ia menatap putranya dengan tatapan penuh perhitungan. "Lagi pula, masalahmu dan ayah memang berbeda. Jika kau tak menikahinya, ayah akan mengambil organ tubuhnya. Dengan begitu, ayah bisa mendapatkan uang yang lebih banyak."

Nahla semakin gemetar, tubuhnya lemah tak berdaya. Ia menggenggam betis Zevaran, menangis tersedu. "Saya mohon, Tuan! Saya masih ingin hidup. Saya janji akan bekerja lebih keras, saya akan membayar hutang ayah saya!"

Zevaran mendengus pelan. "Berapa puluh tahun kau harus bekerja hanya untuk melunasi hutang itu?"

Nahla menelan ludah. Matanya nanar, tubuhnya terasa seperti es.

"Apa kau setuju dengan pernikahan ini?" tanya Zevaran dengan nada datar.

Cepat-cepat Nahla mengangguk, ketakutan masih menggantung di matanya.

"Kamu menerima karena takut?"

"I-iya, Tuan ...,” sahut Nahla suaranya seketika tercekat.

Zevaran menghela napas panjang. Ada sedikit rasa iba di matanya, tapi tidak cukup untuk mengubah keputusannya. Ia menatapnya dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, "Aku rasa, lebih baik kau mati daripada aku harus hidup bersama wanita yang tidak kukenal."

Nahla terisak, tubuhnya seketika melemas. Ucapan tersebut bagaikan pedang yang menusuk hatinya, sehingga ia merasakan sakit luar biasa mendengar jawaban tersebut.

Zevaran berbalik dan berjalan keluar, meninggalkan Nahla dalam ketakutan. Saat pintu tertutup, tubuh Nahla merosot ke lantai. Isakannya menggema di dalam kamar membuat dada Zevaran terasa bergemuruh.

Seorang maid masuk, menarik Nahla kembali ke kamarnya. Di dalam kamar, Nahla semakin putus asa.

"Siapa pun, tolong aku! Aku tidak ingin mati di sini!" jeritnya histeris.

Matanya liar mencari jalan keluar. Dalam kepanikan yang tidak ingin mati sia-sia, ia meraih kursi besi dan menghantamkan ke kaca jendela. Kaca itu pecah berkeping-keping. Nahla segera membersihkan serpihannya, bersiap untuk melompat.

Namun, sebelum sempat kabur, sebuah tangan menariknya dengan kasar, membuatnya jatuh di atas pecahan kaca.

"Kamu memang ingin mati, ya!" bentak pelayan itu, menginjak tangannya yang sudah penuh luka.

Nahla menjerit kesakitan. Wanita itu mengangkat tangannya gemetar melihat darah segar yang mengalir di telapak tangannya.

Tuan Tarom yang berada di luar, langsung menghampiri Nahla dengan sorot begitu tajam. Tangannya terangkat tinggi lalu.

PLAK!

Sebuah tamparan keras dari Tarom membuat wanita malang itu tersungkur.

"Berani-beraninya kau mencoba kabur! Jika kau berulah lagi, ibumu dan kakakmu juga akan ikut mati!" ancamnya dingin. Mendorong kepala Nahla dengan tongkat di tangannya.

Zevaran dan ibundanya baru saja tiba. Keduanya terkesiap melihat cairan merah yang berceceran di lantai, pria bertubuh tinggi itu mendekati ayahnya sembari berkata, “Hentikan, Ayah!” Pria itu menurunkan tongkat ayahnya dari kepala Nahla.

Tarom menyeringai. "Keputusan ada padamu. Hidup dan matinya dia tergantung padamu."

Nahla menutup mata, tubuhnya menggigil ketakutan hingga ke tulang.

Zevaran menatapnya lama. Lalu, dengan suara dingin, lidahnya mendadak kelu sebelum akhirnya berkata.

"Baiklah. Aku akan menikahinya."

Nahla mendongak, menatapnya tak percaya. Pandangan mereka bertemu sejenak sebelum akhirnya Tarom tersenyum puas dan berlalu.

Nahla kembali di bawa oleh sang pelayan kembali ke dalam kamar. Mengurungnya bagaikan hewan peliharaan. Nahla hanya mampu membenamkan wajahnya ketakutan.

Pintu kamar kembali terbuka, menampakkan Zevaran masuk menatap langit senja dari jendela.

'Apa yang dia ingin lakukan?' ucap Nahla dalam hati.

bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Ki Panji

    "Apa betul Zulaika meninggal karena ilmu hitam?" tanya wanita setengah baya tersebut.Hamdan pun menepis pertanyaan tersebut dengan memberi penjelasan, "Zulaika mengalami kecelakaan, bukan ilmu hitam."Wanita tersebut menatap Hamdan tak percaya. "Tapi orang tuanya sendiri yang bilang, kalau Zulaika meninggal karena ilmu hitam.""Kenapa orang tua, Zulaika bisa berkata seperi itu?""Ayahnya itu mantan dukun, yang bertaubat ... Jadi dia tahu mana yang mistis mana yang tidak." Mendengar laporan tersebut, Hamdan terkesiap. Pantas saja Zulaika paham persoalan tersebut.Tak lama Zevaran dan Nahla pun datang dengan mengenakan pakaian serba hitam. Keduanya menampilkan wajah bingung, sebab rumah duka terlihat begitu sepi.Keduanya pun menghampiri Hamdan dan wanita tersebut."Kenapa sepi?" lontar Zevaran bingung."Di sini, kalau orang kema ilmu hitam, di larang melayat paling cuma bantu ngubur aja," sahutnya lagi."Maksud Ibu apa ya?""Sudahlah kalian masuk saja, mending tanya sama Bapaknya ko

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Misteri Kematian Zulaika?

    Wanita tersebut menoleh ke arah Nahla, sambil menunjuk ke arah pojok ruangannya. Nahla mengikuti arah tangan wanita itu, betapa terkejutnya ia melihat sosok pocong tengah melayang di ruangan tersebut.Nahla pun menjerit-jerit sekencang mungkin, sembari berlari ke luar ruangan tersebut. Dan anehnya, ruangan tersebut tiba-tiba terkunci begitu saja. "Tolong ..., tolong ...," jerit Nahla sambil memukul pintu tersebut."ZEVARAN!" pekik Nahla saat ia melihat suaminya, melintasi ruangan tempat ia terkunci. "Zevaran, tolong aku Zevaran! Zevaran!" raung Nahla sampai menendang pintu tersebut. Namun, pria tersebut tidak mendengar panggilannya.Suara jeritan Nahla berhenti saat ia mendengar suara decitan ranjang, perlahan Nahla menoleh ke arah sumber suara. Wanita yang tadi, sudah berdiri dengan kondisi badannya basah, pakaiannya kotor, rambutnya terurai panjang sekali. "M-mbak ..., kenapa?" tanya Nahla dengan suara gemetar.Wanita tersebut mengangkat tangannya lalu menekan kedua bahu Nahla,

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Ada Yang Aneh.

    "Nahla, dia enggak berdiri, saat aku buang air, bahkan enggak berdiri sama sekali," seru Zevaran panik bukan kepalang, benda pusakanya yang harusnya bangkit saat buang air. Hal ini tampak begitu aneh, Zevaran membasuh diri lalu membawa Nahla kembali ke ranjang."Zevaran, kamu yang tenang dulu ..., ini pasti karena kamu kelelahan," hibur Nahla, agar suaminya tidak panik.Namun, Zevaran menepis ucapan tersebut. "Ini pasti ada sangkut pautnya sama ilmu hitam itu ..., Nahla kita harus ke temui orang yang di maksud oleh Zulaika, aku enggak mau menunggu lagi," putus Zevaran, Nahla pun mengangguk saja agar masalah ini bisa teratasi secepatnya.Malam itu saat Zevaran sudah terlelap, samar-samar Nahla mendengar sebuah ketukan di lantai. Nahla yang sudah curiga mengabaikan suara tersebut, dan menutup matanya rapat-rapat dengan keringat panas dingin.Pagi pun tiba, Nahla terbangun dengan terkejut. dirinya bermimpi, di sirami oleh seorang wanita dengan darah berwarna hitam. Bahkan mimpi itu tampa

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Kenapa Jadi Begini?

    langit yang semulanya gelap gulita, secara tiba-tiba terang dengan matahari yang ada di atas. Semacam ruangan gelap yang tiba-tiba dinyalakan lampu, keterkejutan Zevaran tidak hanya di situ. Dari arah depan tiba-tiba ada mobil yang begitu dekat dengan jarak mereka. Spontan Zevaran membanting setir ke pinggir jalan.Nahla yang tadi tertidur langsung terbangun, karena terbentur kaca pintu mobil. "Ada apa, Zevaran?" tanya Nahla panik bukan kepalang.Dengan napas memburu Zevaran mengangkat kepalanya, lalu menatap Nahla dengan sorot getir."Kita hampir saja mati," sahut Zevaran, seketika tubuh Nahla lemas, matanya menyipit menyadari dunia yang sudah terang."Perasaan aku tidur baru aja, kenapa tiba-tiba sudah siang?""Aku juga enggak paham, intinya kita harus segera temui Hamdan," ucap Zevaran kembali menjalankan mobilnya.Singkat waktu, mereka pun sampai di rumah baru yang cukup besar. Nahla sedikit bingung mengapa mereka tinggal di ujung kota, bahkan sangat jauh dari perusahaan suaminy

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Dua Dukun.

    Di tengah kepanikan Zevaran, Ki Sembat berlari menghampirinya lalu segera menuntaskan ritual tumbal tersebut. Bertepatan dengan itu, suara jeritan Nahla terdengar melengking dari dalam mobil.“Cepat, selamatkan istrimu,” titah Ki Sembat seraya meneteskan darah ayam di sepanjang gapura.Zevaran pun berlari sekencang nya, lalu membuka pintu mobil. Namun, di dalam mobil itu bukan hanya Nahla. Sosok menyeramkan tengah melilitkan rambutnya ke leher istrinya mencekiknya kuat-kuat. Nahla tampak begitu kesakitan.Zevaran langsung menarik Nahla keluar. Spontan sosok itu menjerit, matanya menatap Zevaran tajam dengan mata nyaris terlepas dari wadahnya. Pemandangan itu membuat suasana mencekam. Bukan hanya Zevaran yang melihat, para warga sekitar yang berkumpul pun menyaksikan penampakan tersebut. Salah seorang warga spontan turun tangan, mengambil papan dan memukul badan mobil Zevaran dengan keras. Sosok itu pun akhirnya menghilang.Nahla dan Zevaran kemudian dibawa kembali ke rumah Ki Sembat.

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Tumbal Gapura.

    "Mas ... Mas ..., buka pintunya," tegur warga di luar sana, mengetuk kaca mobil. Zevaran pun tersentak langsung menatap ke arah warga di luar, masih dalam keadaan ling-lung dia buka pintu mobil tersebut.Zevaran pun di papah menuju warung pinggir jalan, saat salah satu warga menepuk bahu pria itu, seketika Zevaran tersentak seakan ia baru saja tersadar. Dengan rasa bingung juga panik ia mencari keberadaan istrinya."Istri saya mana?" lontar Zevaran spontan.Warga sekitar saling pandang, salah satu di antara mereka berkata, "Istri? Sampean sendirian Mas, enggak ada wanita di dalam mobil."Mendengar itu, Zevaran pun panik bukan kepalang langsung berdiri. Bahkan saat ia berlari tubuhnya sempat limbung, langsung di tolong oleh warga."Mas istirahat saja dulu, tidak ada istri sampean di dalam," kata warga di sana.Zevaran masih tidak percaya, di meminta untuk di antar ke mobil. Dengan mata kepalanya sendiri bangku di samping kemudi itu kosong.Di mana kah Nahla?Singkat waktu, Zevaran yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status