Share

Menjadi Wanita Impian Tuan.
Menjadi Wanita Impian Tuan.
Penulis: Author Shira

Gara-Gara 2 M

Penulis: Author Shira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-30 22:39:06

“Ampun, Kak! Berhenti menyiksaku,” raung Nahla menahan sakit, sesekali Nahla menahan napas akibat sakit luar biasa yang ia dapati.

Wanita itu meringkuk dengan tangan dan lutut yang mengucurkan darah segar. Wanita malang itu menerima kekerasan hebat dari kakaknya, Dawin.

"Sudah aku bilang, kamu harus turuti perintahku, Nahla. Aku pasti berhenti menyiksamu?" cetus Dawin dengan seringai jahat, hanya dengan cara seperti inilah ia bisa membuat adiknya menyerah.

Sinta, sang ibu, berusaha menghalangi putranya. Jeritan dan tangisan kedua wanita itu tidak lagi ia pedulikan. "Dawin, berhenti! Dia adikmu!"

Sedangkan Nahla meringis menahan perih yang menyiksa sekujur tubuhnya. Ia menatap Dawin dengan tatapan sayu, kehabisan tenaga akibat penderitaan yang dialaminya.

"Kenapa harus aku, Kak? Kita masih bisa kerja keras untuk melunasi hutang itu," lirih Nahla dengan air mata mengalir deras di pipinya.

Dawin mendesis sinis. "Kapan? Uang hasil kerja saja hanya cukup untuk sehari-hari. Hanya kamu jalan keluarnya!" tegas Dawin dengan suara menggema. "Kalau kamu menolak, kita semua mati dikejar hutang! Kamu mau lihat Ibu dan aku mati berdiri?" dengus Dawin.

Pria itu telah berusaha sekuat tenaga, banting tulang demi melunasi utang ayah mereka. Tapi hasilnya tidak seberapa, setiap usahanya seperti menggali lubang di tengah badai. Hari-hari dihantui oleh anak buah Tuan Tarom, datang hampir setiap hari menagih  dengan wajah garang, selalu mengancam, tanpa sedikit pun memiliki belas kasihan

Dawin yang putus asa, kehabisan akal. Menemui Tuan Tarom saat mengetahui putra pria tua itu. Mendapatkan masalah besar, yang bisa saja menghancurkan reputasi nama baiknya, meminta kesepakatan dengan menyerahkan Nahla sebagai tebusan agar utang tersebut dapat terlunasi. Namun, niatnya tidak semudah yang ia pikirkan. Meskipun Nahla tumbuh menjadi wanita penurut, dia masih berani menolak ide gila itu.

Sampai akhirnya, Dawin melakukan hal tak terduga. Seakan membuat dunia sang adik terasa seperti menelan pil pahit, sangat menyakitkan.

Nahla yang menolak mentah-mentah, membuat Dawin geram dan begitu terdesak karena ia telah terlanjur berjanji. Jika gagal Tarom akan menambah jumlah hutang mereka.

"Aku tidak akan menjadi bagian dari keluarga mereka, Kak! Aku mohon, jangan serahkan aku!" seru Nahla histeris.

Plak!

Sebuah tamparan keras kembali mendarat di wajah Nahla rasa panas di pipinya, tidak sebanding dengan rasa sakit yang saat ini tubuhnya terima.

Kasarnya perlakuan Dawin, membuat Sinta meras pusing dan mual. Kembali pria itu mendesak adiknya. "Berani kamu menolak! Aku enggak akan memberimu ampunan" bentak Dawin, menghajar tubuh adiknya tanpa peduli pada raungan yang keluar dari mulut Nahla

'Aku harus apa? Tuhan," batin Nahla

Sinta jatuh terduduk, tubuhnya melemah. "Lebih baik kita mati gantung diri bersama daripada menyerahkan Nahla ke keluarga itu," isaknya putus asa.

Dawin menggeram frustasi. "Jangan bodoh, Bu! Kita harus menyerahkan Nahla! Ini kesempatan untuk kita, karena anak Tuan Terom yang ingi menikah, calon istrinya kabur. Hanya dengan begitu kita bisa terbebas dari hutang ini!"

"Menikah dengan siapa pun, di keluarga mereka tetap bukan pilihan!" pekik Sinta dengan mata terbelalak tajam.

Nahla merasa dunia seakan runtuh menimpanya. Ia tidak mengenal siapa anak Tuan Tarom. Bagaimana jika pria itu sama buruknya dengan ayahnya? Bagaimana jika hidupnya berubah menjadi lebih mengerikan?

Dawin menarik paksa tangan adiknya. "Dua miliar, Nahla! Itu bukan uang receh! Aku sudah mencoba segala cara, bahkan hampir mati dihajar orang gara-gara ini! Sekarang aku mohon, Nahla, lakukan ini untuk keluarga kita!"

Nahla menatap ibunya berharap pembelaan, tetapi yang ia lihat hanyalah sosok wanita tua yang rapuh dan kehabisan daya untuk melawan.

"Ibu, tolong aku," lirihnya, tetapi sang ibu tetap diam.

"Turuti saja, Nahla. Mungkin ini saatnya kita terbebas dari hutang ini," putus Sinta akhirnya menyerah.

Nahla menatap ibunya dengan penuh kecewa. Kali ini ia harus berjuang seorang diri untuk kebebasannya.

"Tega sekali kalian, jahat, tidak punya hati!" cetus Nahla kecewa. Dawin yang kehilangan kesabaran menarik rambut adiknya dan kembali menamparnya berkali-kali hingga tubuh Nahla tak lagi berdaya.

"Adik sialan! Tidak berguna!" maki Dawin, melayangkan tendangan terakhir ke tubuh adiknya.

"Nahla, ibu beri pilihan. Kamu memilih menikah dengan anak Tuan Tarom atau melihat ibu mati karena hutang?" tukas Sinta.

Nahla menatap ibunya dengan gamang. "Itu bukan pilihan, Bu."

"Pilih yang mana? Jika kamu menolak, baiklah! Lebih baik ibu mati hari ini agar tenang dari hutang." Sinta berjalan menuju dapur, tangannya gemetar menggenggam benda tajam yang siap menembus tubuhnya.

"Iya, Bu! Iya ..., aku akan menikah dengan pria itu, tapi Ibu jangan lakukan ini! Dosa, Bu!" seru Nahla di tengah tangisnya. Sinta merasakan gemetar tubuh putrinya yang memeluknya erat.

Mendengar hal itu, Dawin langsung menghubungi anak buah Tarom untuk menjemput Nahla. Sementara Nahla hanya diam pasrah, menunggu jemputan yang akan membawa hidupnya ke arah yang entah bagaimana.

Tak lama, beberapa pria berseragam hitam datang. Mereka adalah anak buah Pak Tarom. Salah satu dari mereka melemparkan sekantong uang ke lantai.

"Lima puluh juta, sebagai bonus. Harga adikmu," ucap pria itu datar. Dawin memungutnya dengan wajah semringah.

Nahla hanya bisa menangis saat mereka menyeretnya pergi, meninggalkan rumahnya, meninggalkan hidupnya yang tenang.

Sepanjang jalan, Nahla menangis tanpa henti membayangkan nasibnya yang penuh penderitaan. Tak lama, mobil mewah itu berhenti di depan istana megah milik Pak Tarom.

Dalam tawanan para pria berseragam, Nahla melangkah masuk dengan jantung berdebar hebat, merasakan aura kekejaman yang menyelimuti rumah tersebut.

"Tunggu sebentar," bisik seorang pelayan pada pria berseragam itu sebelum masuk ke dalam ruangan. Tak lama, seorang pria tua dengan karisma yang begitu kuat muncul menghampiri Nahla dengan tongkat di tangannya.

"Apa kamu yang bernama Nahla?" ucapnya dengan suara bariton.

"I-iya, Tuan," jawab Nahla gugup.

"Kamu pasti tahu kenapa kamu ada di sini?"

"Iya, Tuan."

"Bawa dia ke kamarnya," perintah pria tua itu.

Seorang pelayan membawa Nahla dengan paksa menuju sebuah kamar dan mengurungnya di dalam.

🍁🍁🍁

Di tempat lain, Zevaran, anak Tuan Tarom, duduk di kursi kebesarannya dengan wajah dingin. Ia masih sulit menerima kenyataan bahwa calon istrinya telah melarikan diri.

"Tuan, ayah Anda meminta Anda segera pulang," ujar sekretarisnya.

Zevaran menghela napas panjang, lalu bangkit dengan perasaan enggan. Setengah jam kemudian, ia tiba di rumah mewah hanya untuk mendengar keinginan ayahnya yang mengejutkan.

"Pernikahanmu tetap harus berlangsung," tukas Tarom tiba-tiba.

"Jangan bercanda, Ayah!" Zevaran mendengus sinis. "Aku tengah sakit hati, tidak ingin bercanda!"

Pak Tarom mengukir senyum smirk. "Bawa dia kemari.

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Ikut Aku.

    Zevaran menerima telepon dari Hamdan. Mereka harus segera mengatur pertemuan, setelah beberapa hari lalu mendapat kabar bahwa mafia tanah tersebut telah kembali ke kotanya.Zevaran, bukan orang yang suka berurusan dengan dunia hitam. Sebagai CEO, yang paling sering dia hadapi hanyalah ormas pemalak, yang mencoba mencari keuntungan dari perusahaannya. Namun, kali ini situasinya berbeda.Dengan gerakan cepat, dia menyambar jaket kulitnya dan mengenakan topi hitam, menambah kesan dingin pada ketampanannya.Saat keluar dari kamar, tubuhnya bertubrukan dengan Nahla yang hendak masuk.Nahla terhuyung ke belakang,  sebelum terjatuh Zevaran sigap menangkap tubuh rampingnya. Sejenak mata mereka bertemu dalam jarak yang begitu dekat.‘Tampan sekali,’ gumam Nahla dalam hati. Jantung Nahla berdegup kencang saat napas suaminya menerpa wajahnya.Namun, momen itu tak berlangsung lama. Zevaran menarik tubuhnya menjauh lalu mendesis dingin. “Cero

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Tidak Ada Tempat Berlindung.

    Di tempat lain, pagi-pagi sekali Sinta sudah sibuk memasak makanan kesukaan putrinya. Sambil bersenandung, ia menyelesaikan pekerjaannya di dapur. Hati wanita paruh baya itu terasa bahagia membayangkan bisa menemui putrinya. Padahal ia sendiri tidak tahu apakah kesempatan itu benar-benar akan ada atau tidak.“Mau ke mana, Bu?” tanya Dawin sambil menguap lebar.“Temui Nahla,” sahut Sinta datar.Dawin seketika terbelalak mendekati ibunya. “Jangan,  Bu! Suaminya sangat melarang kita berjumpa dengan Nahla. Anak buah Tarom selalu memperingati itu,” tutur Dawin risau.“Itu salahmu, adik sendiri kamu jadikan tebusan. Sekarang kita enggak tahu, di sana dia hidup apa mati!” decit Sinta kesal setengah mati. Dawin hanya mampu mengusak rambutnya frustrasi.Setelah masakkannya selesai, Sinta berangkat menggunakan ojek online menuju rumah besannya. Setibanya di sana, wanita setengah baya itu berdiri mematung di depan pagar tinggi yang menjula

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Niat Jahat Tarom.

    Semakin hari, Nahla mulai bosan dengan kehidupannya terus-menerus terkurung di dalam mansion. Ia meminta izin kepada Salma untuk duduk di halaman depan."Boleh, tapi harus ditemani oleh pelayan," tukas Salma seraya memanggil salah satu pelayan yang sedang bekerja.“Amel, temani Nahla duduk di luar.”"Siap, Nyonya!" ucap pelayan tersebut. Pelayan tersebut mengikuti Nahla keluar mansion. Mereka duduk di taman depan rumah, di mana banyak tanaman yang mencuri perhatian Nahla."Oh iya, saya mau tanya. Pelayan yang biasa memiliki tahi lalat di dekat matanya, ke mana?" tanya Nahla, mengacu pada Rada."Oh itu. Beberapa waktu lalu dipecat oleh Tuan Zevaran," sahut pelayan itu, berdiri di sisi kiri Nahla.Nahla mengerutkan keningnya. "Kenapa? Apa dia punya masalah?""Kita semua kurang tahu. Soalnya, waktu itu dipecatnya tengah malam. Kita yang ada di kamar pada kaget."‘Masa iya sih! Tuan Zevaran memecatnya kare

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Bukan Wanita Tawanan Ayah.

    Zevaran mencengkeram dagu istrinya dengan keras, wajahnya tampak seperti pria bengis tak memiliki hati. "Seharusnya kamu berterima kasih! Kalau bukan aku yang menikahimu, kamu sudah mati kemarin!" cetusnya sinis. Nahla hanya mampu menutup mata dan menahan napas karena rasa takut kembali merayap di hatinya. Dengan keras, Zevaran melepaskan cengkeramannya hingga membuat Nahla sempoyongan ke sisi lain. Tatapan pria itu tajam dan bengis."M-maaf Tuan, tolong jangan menyiksaku juga," lirih Nahla, fisiknya terlalu lelah terus mendapatkan siksaan. "Masuk ke dalam,” titah pria itu, dengan bentakan yang begitu keras. Nahla buru-buru masuk dan mengunci diri di kamar mandi. Di sana ia meluapkan tangisnya tanpa bisa menahan suara, terdengar oleh Zevaran yang masih berdiri di balkon. Dengan frustrasi ia mengusap wajahnya. 🍁🍁🍁 Malam harinya, Nahla duduk di sudut kamar dengan mata sembab. Hatinya terasa seperti ditusuk ribuan jarum, sulit baginya menerima kehidupan yang begitu menyeramkan

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Penderitaan Tanpa Akhir.

    "Kamu tidur di atas.” Nahla menatap Zevaran dengan mata membesar, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Suaminya itu hanya melirik sekilas sebelum beranjak keluar dari kamar. Meninggalkan Nahla. Sesaat, Nahla terdiam. Matanya mengarah ke ranjang yang tampak lebih nyaman dibanding lantai dingin tempatnya berbaring tadi. Perlahan, ia naik ke atas ranjang. Begitu tubuhnya menyentuh kasur yang empuk, ia merasakan kehangatan menjalar di seluruh tubuhnya. Untuk pertama kalinya setelah pernikahan ini, ia merasa sedikit dihargai. ‘Dia tidak seburuk yang aku kira.’ Nahla menatap pintu yang tadi dilewati Zevaran. Hatinya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ada dalam pikiran pria itu? 🍁🍁🍁 ‘Kau gila, Zevaran. Kenapa tadi kau menyuruhnya tidur di ranjang?’ Ia mengepalkan tangan, kesal pada dirinya sendiri. Seharusnya, ia tidak menunjukkan kebaikan sekecil apa pun pada Nahla. Seharusnya, ia tetap bersikap dingin seperti sebelumnya. Tapi entah kenapa, melihat wan

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.    Menikah Tanpa Rasa.

    "Setelah pernikahan nanti, jangan gunakan perasaanmu. Aku tidak akan mencintaimu," ucapnya datar, melirik dengan ujung ekor matanya. Begitu tajam nan dingin. "Kenapa tidak membiarkanku mati saja?" lirih Nahla dalam putus asa. "Aku masih memiliki rasa manusiawi!" jawabnya tanpa menoleh sedikitpun. Zevaran pun kembali berlalu keluar menutup pintu dengan kasar. membuat wanita tersebut terkesiap. Nahla, kembali membenamkan wajahnya di antra lutut. ketakutan masih menguasai dirinya, siksaan dan makian masih menjadi bayang yang begitu mengerikan. Setelah ini apa yang akan ia alami selanjutnya, apakah tubuhnya masih mampu menahan setiap siksaan tersebut. 🍁🍁🍁 Keesokan harinya, pernikahan paksa tersebut benar-benar berlangsung dengan lancar tanpa masalah apa pun. Bahkan Nahla bersandiwara terlihat bahagia di hari pernikahan tersebut. Namun, tidak Zevaran yang murung. ‘Pantas saja, Tuan bangka itu memaksaku menikah dengan putranya. Ternyata tamu-tamunya orang petinggi,’ bisik Nahla

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Dia Nahla.

    Seorang wanita cantik duduk di samping pintu kamar, wajahnya sembab, matanya bengkak. Pandangannya kosong, pikirannya kalut, mencari cara untuk keluar dari tempat yang kini menjadi penjaranya. "Kenapa harus aku? Jahat sekali kamu, Bang!" lirihnya dengan suara parau. Manik matanya bergerak gelisah, mencari celah untuk melarikan diri. Dengan cepat ia melangkah menuju jendela besar di hadapannya. Tangannya bergetar mencoba membukanya tetapi sia-sia. Pintu kaca itu terkunci rapat. Tatapannya beralih ke luar, tubuhnya menegang saat menyadari betapa tingginya lantai kamar ini. "Kalau aku nekat, aku bisa mati," bisiknya mundur dengan napas memburu, tangannya bergerak gelisah. Ia kembali berdiri di dekat pintu, mengigit kuku-kukunya. Saat pikirannya berkecamuk, samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. Perasaannya mulai menegang saat pintu terbuka, seorang pelayan berwajah jahat berdiri di ambang pintu, mata wanita setengah baya itu membelalak melihat keadaan Nahla yang begitu kacau

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Gara-Gara 2 M

    “Ampun, Kak! Berhenti menyiksaku,” raung Nahla menahan sakit, sesekali Nahla menahan napas akibat sakit luar biasa yang ia dapati. Wanita itu meringkuk dengan tangan dan lutut yang mengucurkan darah segar. Wanita malang itu menerima kekerasan hebat dari kakaknya, Dawin. "Sudah aku bilang, kamu harus turuti perintahku, Nahla. Aku pasti berhenti menyiksamu?" cetus Dawin dengan seringai jahat, hanya dengan cara seperti inilah ia bisa membuat adiknya menyerah. Sinta, sang ibu, berusaha menghalangi putranya. Jeritan dan tangisan kedua wanita itu tidak lagi ia pedulikan. "Dawin, berhenti! Dia adikmu!" Sedangkan Nahla meringis menahan perih yang menyiksa sekujur tubuhnya. Ia menatap Dawin dengan tatapan sayu, kehabisan tenaga akibat penderitaan yang dialaminya. "Kenapa harus aku, Kak? Kita masih bisa kerja keras untuk melunasi hutang itu," lirih Nahla dengan air mata mengalir deras di pipinya. Dawin mendesis sinis. "Kapan? Uang hasil kerja saja hanya cukup untuk sehari-hari. Hanya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status