Share

Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik
Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik
Author: Pixie

Bab 1

Author: Pixie
last update Last Updated: 2025-08-27 18:00:13

"Tolong kasih aku kesempatan satu kali lagi, Bri. Aku menyesal sudah mengecewakan kamu. Aku tidak seharusnya melamar perempuan lain. Aku baru sadar kalau kamu adalah wanita terbaik," ujar Xander sembari berlutut di depanku. Kedua tangannya merapat. Mukanya memelas seolah-olah dia tidak bisa hidup kalau aku tidak memaafkannya.

Meski demikian, aku tetap menatapnya sinis. "Kenapa baru sekarang kamu sadar? Bukankah ini sudah terlambat? Sudah lima tahun kamu menikah dengan Carrie, dan kalian juga sudah punya anak."

"Tidak, Bri. Ini belum terlambat. Aku akan segera bercerai dengan Carrie. Setelah itu, kita bisa menikah dan menjalani hidup yang dulu pernah kita impikan. Aku janji akan membahagiakanmu, Bri," Xander mengangguk meyakinkan. 

"Membahagiakan aku?" Aku bersedekap. Nada bicaraku mulai menanjak. "Dengan cara apa? Semua impianku sudah kamu kasih ke Carrie. Pernikahan di pantai, bulan madu di Lofoten, apartemen dekat rooftop dengan pemandangan yang cantik. Kau bahkan menamai anak kalian dengan nama yang kupilih."

"Justru itu, Bri," Xander mengguncang kakiku, "kamu bisa anggap dia sebagai anak kita. Aku memberinya nama itu karena aku tidak bisa melupakan kamu. Aku ingin kenangan dan harapan kita hidup dalam dirinya. Dan sekarang, kita bisa bersama lagi. Kita bisa mewujudkan impian kita yang tertunda."

Aku mendesah tak percaya. Kutarik kakiku mundur, menjauh dari sentuhan Xander. "Kau pikir aku seputus asa itu setelah putus darimu? Duniaku tidak berputar di sekitarmu, Xander. Aku sudah move on dan punya kekasih baru. Untuk apa aku kembali ke orang yang telah membuangku?"

"Aku tidak membuangmu, Bri. Aku hanya terlalu bodoh. Dulu itu, aku belum sadar kalau aku sungguh-sungguh mencintaimu. Aku—"

"Kalau memang cinta, kenapa baru sadar sekarang?" potongku dengan raut masam. "Apakah karena aku sudah punya karier dan prestasi yang bisa dibanggakan? Sehingga kau tidak perlu malu lagi bersanding denganku di depan orang-orang? Atau karena kau pikir aku tidak akan mengkhianatimu seperti yang istrimu lakukan?" 

Belum sempat Xander menjawab, aku melanjutkan, "Aku bukan penampung sampah, Xander. Hanya karena istrimu membuangmu, bukan berarti aku harus memungutmu. Apalagi, aku sudah mendapatkan laki-laki yang mau menerimaku apa adanya dan jauh lebih baik darimu. Karena itu, bermimpi saja kalau kita bisa kembali seperti dulu." 

Xander maju dan mengguncang kakiku lagi. "Tidak, Bri. Itu tidak benar. Aku kembali padamu karena aku sadar bahwa aku mencintaimu. Kau juga masih mencintaiku, kan? Kau pernah bilang kalau aku adalah laki-laki yang paling kau cintai di muka bumi. Impianmu adalah menikah denganku. Ayo kita wujudkan itu sekarang!" 

Aku mendengus. Pipiku berkedut jijik. Aku tidak habis pikir dengan isi otak Xander. Bisa-bisanya dia mengulang janji yang jelas-jelas pernah dia ingkari? Berani-beraninya dia meminta maaf seolah aku tidak terlalu tersakiti? Lupakah dia akan dosa-dosanya terhadapku?

Padahal ....

Lima tahun yang lalu, kukira hubungan kami sempurna. Dia mencintaiku, dan aku mencintainya. Dia mendukung impianku, dan aku mendukung impiannya. Aku sampai mengerahkan segenap kemampuanku agar dia bisa merintis bisnisnya. Ya, dia bercita-cita menjadi pengusaha yang sukses, dan dia punya banyak janji-janji indah untuk diwujudkan. 

"Nanti, kalau aku sudah sukses, ayo kita bangun keluarga harmonis yang bahagia dan sejahtera. Pernikahannya di pinggir pantai saja. Samakan dengan yang selama ini kamu bayangkan."

"Bulan madu kita di Lofoten saja. Itu impianmu, kan? Jangan pusingkan masalah biaya. Tabunganku pasti akan melebihi itu." 

"Nanti aku pasti sanggup membeli apartemen itu. Kita dekorasi semua ruangan dengan penuh cinta. Aku yakin rumah kita akan terasa hangat dan nyaman." 

Semua janji itu dia tujukan kepadaku, dan aku percaya. Aku dengan sabar menantikannya. 

Tapi ternyata? 

Begitu dia sukses, dia malah mencampakkan aku di depan banyak orang. Dia yang seharusnya melamarku, malah menyodorkan cincin kepada sahabatku yang baru kembali dari Eropa. 

"Tunggu!" aku menginterupsi lamarannya. Kebingungan menyelimuti pikiranku kala itu. "Apakah ini prank? Aku berdiri di sini, Xander. Kenapa kamu malah berlutut di depan Carrie?"

Xander menatapku dingin. Untuk pertama kalinya, aku menangkap kebencian dari matanya. 

"Kamu bahkan tidak diundang ke acara ini, Bri. Kenapa aku harus berlutut di depanmu?" Nada bicaranya juga dingin.

Aku tersentak. Lidahku terasa kelu, dadaku mulai sesak. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 87

    Selang satu helaan napas berat, Briony menundukkan kepala. Tangannya saling meremas di atas pangku."Maaf. Aku tidak bermaksud merendahkan Emily. Levelku jauh berada di bawahnya. Mana mungkin aku berani? Aku hanya ingin menyemangatimu saja. Jadi tolong ..." Briony mengintip sedikit. Mendapati wajah Brandon yang kaku, ia kembali tertunduk."Tolong jangan salah paham," lanjutnya dengan suara yang lebih pelan. "Sebagai orang yang pernah patah hati, aku bersimpati padamu. Kau dulu pernah menghiburku saat aku terpuruk. Sekarang, aku merasa perlu membalas kebaikanmu. Hanya dukungan dan kata-kata yang bisa kuberikan. Tapi sepertinya, aku justru menyinggungmu. Maaf kalau aku lancang."Brandon tetap membisu. Otaknya sibuk mencerna rentetan kalimat Briony yang panjang. Ia belum yakin bagaimana harus merespons. Akan tetapi, Briony salah menafsirkan diamnya itu. Gadis itu bertambah gundah. "Gawat. Apakah dia marah padaku? Atau justru salah paham? Aku terlihat seperti sedang berusaha mendapatkan

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 86

    Dalam keheningan, Brandon mengulas kenangannya bersama Briony—saat ia menyelamatkan Briony di Adventure Park kemarin, saat ia dan Briony menemani Andrew jalan-jalan seharian, saat ia dan Briony ditugaskan menjaga keponakan-keponakan mereka bersama. Pada akhirnya, Brandon tiba pada momen pertama ia menyadari bahwa ia sudah menyukai gadis yang salah. Waktu itu, ia baru saja melamar Emily. Persiapannya sangat matang dan eksekusinya di depan banyak orang. Namun ternyata, Emily menolaknya. Kegemparan publik pun tak terelakkan. Orang-orang heboh karena seorang Brandon ditolak oleh wanita. Emosinya campur aduk saat itu. Apalagi, Emily kemudian menghilang dan kembali bersama cinta pertamanya. Ia merasa sangat gagal dalam cinta. Penasaran seperti apa pria yang "mengalahkannya", Brandon nekat menemui pacar Emily. Siapa sangka, hal itu memancing kekhawatiran Briony. Saat kabar tersebut sampai ke telinganya, ia bergegas menemui Brandon. "Brandon, bisa kita bicara sebentar?" tanya Briony saat

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 85

    Briony kembali berpaling. Ia sadar, pipinya pasti memerah. Ia tidak mau Brandon melihatnya. "Berhentilah menanyakan hal bodoh, Brandon. Kau adalah laki-laki nomor satu di L City. Mustahil ada wanita yang tidak tertarik padamu.""Aku tidak sedang membicarakan wanita lain, Briony. Aku membicarakan dirimu. Apa yang membuatmu tertarik padaku? Tidak mungkin karena titel ataupun hartaku, kan? Aku tahu kau berbeda dari kebanyakan wanita di luar sana," Brandon mengelus lengan Briony dengan punggung tangannya. Briony seketika tersengat. Punggungnya menegak. Napasnya tersekat. Sebelum jantungnya meledak, ia harus kabur. "Brandon, aku mulai mengantuk. Tidak masalah kan kalau aku meminjam kamarmu? Kamu tidurlah yang nyenyak di kamar tamu," Briony bangkit berdiri. Belum sempat ia melangkah, tubuhnya telah terangkat dari lantai. Matanya terbelalak saat ia mendapati dirinya telah berada di gendongan sang pria. "Brandon, apa yang kau lakukan? Aku bisa berjalan sendiri," ucap Briony, agak panik. Ia

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 84

    "Pelan-pelan, Briony. Tidak ada yang menyuruhmu tergesa-gesa. Kunyah dengan benar," ujar Brandon sembari menepuk-nepuk punggung sang pacar. Selesai batuk, Briony langsung menenggak segelas air yang disodorkan Brandon. Kemudian, ia bertanya, "Kau pasti bercanda, kan? Aku mana cocok menjadi istrimu?""Aku serius, Briony. Aku berniat menikahimu setelah hubungan kita bertambah erat. Karena itu, tolong jangan menganggap hubungan kita palsu lagi. Aku adalah pacar sungguhanmu. Perlakukan aku dengan semestinya," ujar Brandon seraya mengelus rambut Briony dengan penuh kasih sayang. Padahal, Brandon tidak menyentuhnya secara langsung, dan mereka sedang berada di ruang makan, bukan di ranjang. Akan tetapi, bulu kuduknya meremang. "Kau mau aku memperlakukanmu bagaimana?" tanya Briony, takut-takut. Brandon menarik sudut bibirnya ke atas. "Aku mau kita berinteraksi selayaknya pasangan biasa."Tiba-tiba, Brandon bergeser mendekat. Punggung Briony menegak. Tangannya mengepal saat jemari Brandon me

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 83

    Di tempat lain, Andrew sibuk mengotak-atik ponselnya. Wajahnya manyun. Matanya bengkak akibat terlalu banyak menangis. Ia sudah beberapa kali mencoba untuk menelepon Briony, tetapi gagal terus. Briony hanya mengajarinya sekali, dan ia lupa bagaimana caranya. "Apa yang harus kulakukan untuk memanggil Briony ke sini lagi? Papa pasti tidak mau membantuku," batin bocah itu, penuh sesal dan kesal. Baru dua jam mereka tidak bersama, tetapi ia sudah sangat merindukannya. "Briony, kumohon cepat kembali. Tidak asyik kalau kamu tidak ada di sini. Semuanya jadi membosankan."Sementara Andrew tenggelam dalam kerinduan,Brandon melakukan banyak hal untuk Briony. Ia membuat klarifikasi untuk membersihkan nama Briony. Ia menggendong sang gadis setiap ia hendak turun dari ranjang. Ia memasak makan siang dan makan malam untuknya, bahkan memotong buah. Briony akhirnya tahu seperti apa rasanya diratukan. "Tipe pria seperti inilah yang seharusnya kau sukai, Briony. Kenapa dulu kau malah tertarik pada A

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 82

    Tak bisa lagi menahan malu, Briony tertunduk. Ia lupa kalau posisi Brandon lebih rendah darinya. Pria itu tetap bisa melihat wajahnya yang memerah. "Ada apa?" tanya Brandon, membuat mata Briony melebar."Hmm? Tidak ada apa-apa," bohongnya. Sambil mengobati kaki Briony, Brandon bergumam, "Kamu yakin?" Briony menggigit bibir. Matanya kini tertuju pada betapa lembut Brandon mengoleskan salep di lututnya. Perlahan-lahan, kecanggungannya berubah menjadi keharuan. Siapa yang tidak terenyuh oleh perlakuan istimewa semacam itu? Bahkan Alex saja tidak pernah memperhatikannya sebaik itu saat mereka masih berpacaran dulu. "Brandon, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" bisik Briony. Brandon bergumam tanpa membalas tatapannya. Ia masih fokus mengobati luka. "Tanyakan saja." "Kenapa ... kau memintaku untuk menjadi pacarmu?" Briony menantikan jawaban dengan gugup.Brandon akhirnya menghentikan gerakannya. Sambil menatap Briony lekat-lekat, ia menjawab, "Karena aku peduli padamu. Aku ingin selalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status