(Authot P.O.V)
Bramantyo!!!
Ayuni mengerutkan keningnya, seingatnya ibunya tidak pernah menyebut nama itu di depannya. Mungkinkah seperti dugaannya bahwa ibunya pernah bekerja dengan pemilik pabrik sebelumnya? Atau ini hanya sebuah kebetulan saja?
Dia menutup laptopnya dan mencoba untuk tidak memikirkn segala hal yang menyangkut pemilik pabrik. Tugasnya hanya bekerja saat ini, dia kembali kepada pekerjaannya yang lain. Tiba-tiba dia menerima sebuah pesan di ponselnya, sebuah pesan tanpa nama.
'Aku akan menejemputmu nanti selepas kau bekerja.'
Ayuni melihat riwayat pesannya yang terdahulu dan dia bisa mengetahui jika pesan itu berasal dari Jodi. Dia tersenyum simpul memikirkan perlakuan Jodi kepadanya, mereka menjadi dekat dan menjadi sepasang kekasih itu adalah hal yang menurut Ayuni sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan tapi ini benar nyata. Tapi dia ragu apakah semua ini akan berjalan baik-baik saja?
&
Bila suka dengan ceritanya silahkan nyalakan bintang ya! Agar penulis lebih semangat lagi untuk update cerita selanjutnya. Terima kasih!
(Author P.O.V) "Bagaimana kau bisa tahu kalau dia pelakunya? Apakah orang itu kau?" Ayuni bertanya dengan menatap kedua manik cokelat Jodi. "Maksudmu?" Jodi tampak keheranan dengan pertanyaan Ayuni mencoba mencari tahu apa yang ada dalam pikiran Ayuni. "Beberapa hari yang lalu, dia meneleponku dan meminta maaf padaku awalnya aku tidak mengerti dengan maksudnya, dia mengakui jika dirinya adalah orang yang mengunciku di gudang atas perintah seseorang yang dia juga tidak mengenal orang yang memerintahkannya," Ayuni mengatakn dengan sedikit bergidik. "Lalu?" tanya Jodi penuh selidik. "Dia terdengar seperti sangat ketakutan, dia mengatakan sekelompok orang mengejarnya dan meminta padaku agar orang-orang itu tidak mengejar dan melukainya, dia melakukan itu hanya karena tergiur dengan uang yang di tawarkan padanya, untuk itu dia memohon agar aku mengatakan kepada orang yang mengejarnya untuk tidak berbuat sesuatu padanya
(Author P.O.V) "Aku Ayahnya!" Ungkapan Bram cukup membuat Jodi terkesiap, kata-kata yang tadi sudah ia siapkan untuk di lontarkan kepada Bram seketika hilang begitu saja. "Kau bisa mengerti bukan bagaimana kekhawatiran seorang ayah kepada putrinya?" kata Bram, yang membuyarkan sikap terpegun Jodi untuk beberapa saat. Jodi lalu memandang laki-laki itu kemudian mengatakan, "Apakah kau mengira dia akan senang menerima kehadiranmu secara tiba-tiba? Aku sedikit khawatir tentang itu." Jodi berpikir, Ayuni yang memiliki kepribadian cenderung tertutup tidak akan mudah menerima seseorang dalam hidupnya, terlebih lagi menerima kehadiran seseorang yang selama ini tidak diketahui namun memiliki peran penting atas hidupnya. Ayuni hanya mengetahui ayahnya telah tiada dan tentu hanya ada satu ayah dalam hidupnya. "Aku tidak akan memaksanya untuk menerimaku, aku memang bersalah telah menelantarkannya, aku hanya ingin meng
(Author P.O.V) Ayuni mengerutkan kedua alisnya tidak mengerti dengan ucapan Jodi. "Mengapa kakakmu melakukan itu padaku? Aku tidak mengenal dia," ucap Ayuni menatap Jodi dan menunggu penjelasannya. Jodi menghela napasnya dengan berat kemudian dia berkata, "Aku dan dia selau berselisih terakhir dia ingin mencelakai aku dan sekarang kamu yang menjadi sasarannya karena dia tahu kamu seseorang yang berharga dalam hidupku," tuturnya. Ayuni terpegun sesaat mendengar penuturan Jodi, memikirkan seburuk apakah perselisihan itu hingga harus melibatkan orang luar ke dalam permasalahan mereka? Apa memang seperti itu drama konflik orang-orang kaya? "Mencelakaimu bagaimana?" tanya Ayuni. "Nanti kau akan tahu, sekarang masuklah! Sudah waktunya untuk kau bekerja," titah Jodi. "Hm baiklah," jawab Ayuni. Dia pun akhirnya berpisah di depan gerbang pabrik dan melepaskan genggaman erat tangan Jodi yan
(Author P.O.V) Tatapan gadis itu sedikit membuat Ayuni gamang, "Iya, aku Ayuni!" jawabnya. Gadis itu beralih menatap Jodi kemudian turun pada tangan mereka yang bertaut saling menggenggam. Ayuni yang melihat pandangan itu segera hendak melepaskan gengaman tangannya, namun Jodi mencegahnya dengan mengeratkan genggaman itu. "Kamu siapa?" tanya Jodi. "Aku Tania, putri Bramantyo!" jawab gadis itu. "O-oh kau putrinya Pak Bram, hallo apa kabar?" sahut Ayuni. Tania menyunggingkan bibirnya, "Kabarku buruk, hariku menjadi buruk karena mengharuskanku bertemu denganmu," jawabnya. Jodi sudah bisa memahami situasi, Tania yang nampak tak senang dengan kakak tirinya, Ayuni. "Ada perlu apa?" tanya Jodi. "Aku hanya ingin melihat wanita yang tidak tahu malu ini, bagaimana apa kau senang sudah mendapatkan warisanmu?" ucap Tania dengan sinis. Ayuni merasa tidak nyaman denga situasi
(Author P.O.V) Heru berjalan dengan cepat menuju ruangan di mana Ayuni berada, dia bisa tahu akan terjadi keributan besar dilihat dari gelagat Tania. "Tok...tok.tok... "Maaf mengganggu Bu!" sapa Heru. "Tidak apa-apa, ada apa Pak Heru?" balas Ayuni, menghentikan gerakan jari jemarinya yang sedang menari lincah di keyboard laptopnya. "Ada Nona Tania di depan, dia menunggumu di sana sekarang," jawab Heru. "A-ah iya," Ayuni menjawab dengan sedikit terbata, perasaannya menjadi tidak karuan. 'Bukankah dia mengatakan akan datang lagi besok? Mengapa sekarang dia sudah datang lagi?' batin Ayuni. "Saya akan segera ke sana Pak Heru," lanjut Ayuni, setelah itu Heru pun meninggalakan Ayuni. Tania bersender pada mobilnya, dia bersikap acuh ketika orang-orang mencoba melayangkan pandang ke arahnya dengan penasaran, tidak lama ia melihat Ayuni datang. "Tania, ayo kita bicara di ruangank
(Author P.O.V) Ayuni membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang Jodi katakan. Para pegawai pun ramai bergemuruh memberikan berbagai tanggapannya. Tania menghela napasnya, dia masih ingin membuat Ayuni menderita lebih lama lagi sebelum mengetahui tentang siapa Ayuni sebenarnya. "Kamu jangan berbohong! Kau mengatakan ini hanya karena ingin menyelamatkan aku di hadapan mereka kan?" kata Ayuni, berharap yang diucapkan Jodi suatu kebohongan. "Aku tidak bohong Ayuni!" jawab Jodi. "Tapi ayahku sudah meninggal dan ibu ... bagaimana mungkin ini ... konyol!" ucap Ayuni, dengan memaksakan senyum pedar. "Ibu kandungmu sudah meninggal dan Bramantyo adalah ayah kandungmu. Kau di rawat oleh Bu Ratih sejak kau masih bayi," jelas Jodi. "Kau ... kenapa kau bisa bisa tahu ini?" tanya Tania heran dengan menatap Jodi. Namun Jodi memilih tak menjawab. "Si Ayuni anak kandung pemilik pabrik? Ini tidak m
(Author P.O.V) Hampir satu jam berlalu, Bram resah melirik jam di tangannya berulang kali. Ia berpikir mungkinkah Ayuni berubah pikiran tidak ingin menemuinya atau Ayuni belum siap untuk berbicara dan mengetahui fakta yang sebenarnya. Bram memanggil anak buah yang tadi ia perintahkan menemui Ayuni, "Apa kau yakin dia mengtakan akan menemuiku di sini?" "Iya Tuan, saya yakin dia mengatakannya akan menemui selepas ia bekerja di pabrik," jawab anak buahnya. Bram kembali melihat jam tangannya, kemudian menghela napasnya dengan berat. Ayuni berada di dalam mobil dengan keadaan tangan terikat dan mulut yang di tutupi lakban, Ia bertanya-tanya siapa yang melakukan itu padanya. Didalam mobil ia tidak mendengar suara seseorang, hanya mendengar suara deru laju mobil yang dia tumpangi dan entah kemana tujuannya. Jodi sedang menangani pasien terakhirnya ketika sebuah panggilan masuk ke ponselnya, ia tak langsung mengangkatnya
(Author POV)Ayuni tercengang suara yang ia dengar bukan suara Tania, melainkan suara seorang laki-laki asing. Jika bukan Tania lantas siapa yang telah menculiknya? Apakah ini salah satu suruhannya juga? pikir Ayuni."Siapa kamu? Mengapa menculikku?" tanya Ayuni, dengan mata yang masih tertutup kain.Terdengar suara langkah ketukan sepatu yang mendekati Ayuni, Ayuni semakin panasaran brcampur takut dengan orang yang tengah menghampirinya."Hallo Ayuni, kau tidak tahu aku karena ini adalah pertama kalinya kita bertemu," ucap orang itu."Siapa? Itu berarti aku tidak mengenalmu, lalu untuk apa kau melakukan ini padaku?" Suara Ayuni kini semakin berat, tenggorokannya terasa kering.Orang itu memegang wajah Ayuni, dan menyunggingkan senyum. Ayuni mencoba memalingkan wajahnya sebagai bentuk ketidaksukaannya karena di sentuh.Tiba-tiba ikatan kain yang menutup matanya terbuka, dengan mata menyiny