Pukul delapan malam. Tidak seperti biasa Arka masih berada di rumah sakit di jam seperti ini, padahal dia juga sudah tidak memiliki jadwal.
Kini dia berada di ruang rawat seorang pasien, menatap perempuan berambut sebahu yang sudah terbaring di atas ranjang pasien. Perempuan itu masih menggenggam tangannya dengan erat, membuat Arka tak tega untuk meninggalkannya."Kamu akan bermalam di sini kan?"Arka diam sesaat. Berusaha memikirkan kalimat yang pas agar dirinya bisa pulang, tanpa harus membuat Seyla sakit hati.Pulang terlambat seperti saat ini saja, pikirannya tidak bisa tenang karena teringat oleh Liora. Istrinya itu pasti sedang menunggunya di rumah."Sebenarnya aku ingin menemanimu. Tapi aku takut jika terus berada di sini aku justru akan mengganggu istirahatmu."Seyla menggeleng pelan. Tak membenarkan apa yang Arka katakan barusan. "Setiap kamu berada di dekatku, aku merasa lebih baik Ar. Aku tidak ingin jauh darimu."Tepat pukul dua belas malam. Pintu utama terbuka, dengan langkah gontai Arka memasuki rumahnya yang kebetulan tak di kunci. Setelah menemani Seyla cukup lama, Arka akhirnya bisa meninggalkan perempuan itu. Dia harap Seyla tak akan mencarinya karena Arka telah meninggalkannya saat tertidur.Sesampainya di ruang tengah, langkah Arka terhenti. Matanya seketika melebar saat pandangannya mengarah pada dua orang laki-laki dan perempuan yang sudah terlelap di atas sofa. Arka yang datang dalam keadaan lelah, tentu saja tak terima melihat pemandangan di depan matanya saat ini. Kenapa Ervan ada di rumahnya? Dan yang lebih membuat Arka geram, Liora tidur bersandar di bahu Ervan dengan tangan Ervan memeluk perempuan itu. Tak menunggu lama, Arka langsung menarik lengan Ervan dengan paksa. Membuat Ervan seketika terbangun, dia berusaha berdiri tegak di saat nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Menatap sang sahabat yang ternyata sudah ada di depanny
Pagi itu di dalam kamarnya Liora tengah sibuk merias diri, bersiap untuk berangkat kerja. Hari ini tidak seperti kemarin, Arka duduk di sisi kasur menunggunya selesai berdandan. Sejak tadi laki-laki itu hanya diam dengan sabar, melihat sang istri yang tengah sibuk dengan rutinitasnya.Arka sengaja tak ingin membuat Liora tergesa, ini semua dia lakukan untuk menebus kesalahannya yang telah membuat Liora menunggunya lama tadi malam. Mengingat kejadian tadi malam, tentu Arka masih sangat merasa bersalah."Sudah selesai," ucap Liora sambil bangkit dari duduknya. Dia kemudian berbalik dan tersenyum kepada sang suami. "Ayo berangkat."Arka berdiri, lalu berjalan menghampiri Liora. Kemarin dia berangkat terlalu pagi demi melihat Seyla, dan meninggalkan perempuan itu. Mulai sekarang Arka berjanji sebisa mungkin dia akan berusaha meluangkan waktunya untuk mengantar sang istri berangkat bekerja. "Yasudah kalau begitu, ayo." Arka berjalan mendahul
"Mau mama kupaskan?" tanya Ana setelah membuka parcel buah yang sengaja dia bawakan khusus untuk sang menantu. Kini mereka berada di ruang tengah. Ana juga telah berhasil membujuk Arka tak jadi masuk kerja. Sebelum mengajak anak dan menantunya ke luar rumah, Ana ingin memastikan Liora memakan sesuatu lebih dulu. "Jika ada sesuatu masuk ke mulut, pasti Liora akan muntah ma," jelas Liora berusaha menolak buah yang ingin dikupaskan Ana untuknya. Dia sama sekali tak nafsu makan, walaupun itu secuil buah segar. "Jadi sejak awal mengetahui hamil, kamu jarang makan?" tanya Ana memastikan. Liora langsung mengangguk mengiyakan. Membuat Ana menghela nafas kasihan. "Pantas saja tubuhmu semakin kurus, wajahmu juga begitu tampak pucat Liora. Mama sangat khawatir dengan kondisimu saat ini."Liora tersenyum. Sebenarnya dia sendiri juga sadar, beberapa hari ini berat badannya berkurang. Namun entah kenapa Liora justru senang, banyak orang yang mengasihaninya k
Ana terdiam setelah mendengar jawaban sang putra. Sorot kosongnya masih menatap buah apel di tangannya. Entah kenapa, dia merasa ada yang aneh dengan Arka. "Sejak pertama kali kamu meminta ijin pada mama dan papa untuk menikahi Liora secara tiba-tiba, jujur mama masih bertanya-tanya ... benarkah secepat itu kamu melupakan Seyla?" Ana diam sejenak, pikirannya kembali berputar pada waktu beberapa bulan lalu dimana Arka meminta restu untuk menikah dengan perempuan yang sebelumnya belum pernah dikenalkan pada Ana atau pun Raditiya. Tentu itu menjadi kabar yang sangat mengejutkan bagi Ana."Tapi setelah mama pikir-pikir lagi, sepertinya keputusanmu untuk menikahi Liora adalah pilihan yang tepat. Daripada mama harus melihat anak mama sedih menunggu tunangannya koma."Arka diam, saat mamanya mengukir senyum tulus ke arahnya. Arka tak tau apa maksud Ana mengingatkan semua itu padanya, yang jelas itu justru membuat hati Arka sakit dan ingin segera menemu
"Sudah merasa lebih baik?" tanya Ana masih khawatir setelah Liora mengatakan merasa sakit di bagian perutnya. Liora tersenyum tipis, lalu menggeleng menandakan bahwa dirinya sekarang jauh lebih baik. Kini dia sudah duduk di sofa, di sampingnya ada Arka yang berhasil dia hentikan untuk tidak pergi. Sebenarnya perut Liora tidak terasa sakit, dia sengaja mengatakan semua itu agar sang suami kasihan dan tak jadi pergi ke rumah sakit. Jujur, Liora sangat terkejut setelah mendengar pembicaraan Ana tadi bahwa Seyla kini sudah sadar dari koma. Dan sekarang, walau Arka sudah berjanji untuk terus berada di sampingnya, Liora masih saja khawatir jika laki-laki itu akan kembali pada Seyla. Tapi pembicaraan mama mertuanya sedikit membuatnya merasa tenang. Setidaknya Liora tau jika Ana dan Raditiya berada di pihaknya. "Maaf Liora, mama tidak pernah bicara apapun padamu tentang Seyla. Mama hanya ingin kamu tau semuanya secara langsung dari Arka."
Terdengar suara pintu terbuka. Kedatangan seorang pria paruh baya mengagetkan perempuan yang sejak tadi duduk di atas brangkar pasien.Bibir perempuan itu nyaris tersenyum senang saat dia pikir suara pintu yang dia dengar barusan adalah tanda kedatangan seseorang yang sejak tadi dia tunggu. Tapi dugaannya salah. "Seyla," panggil pria paruh baya yang baru datang tersebut, mulai menghampirinya.Seyla berusaha mengukir senyum manis, menyambut kedatangan pria yang sangat dia kenal tersebut dengan hangat."Om Raditiya.""Om mendengar kabar jika kamu sudah bangun. Om sagat senang mendengarnya, maka dari itu om segera ke sini untuk melihat keadaanmu. Bagaimana dengan kondisimu saat ini?""Seyla sudah merasa lebih baik. Sebenarnya Seyla sangat ingin segera keluar dari rumah sakit, tapi dokter belum mengijinkan. Karena koma terlalu lama, dokter ingin mengawasi kondisi tubuh Seyla untuk beberapa Minggu ke depan."Raditiya mengang
Orang tua mana yang mau melihat anaknya terus sedih, menunggu tanpa kepastian? Jujur, awalnya Ana dan Raditiya sangat mendukung hubungan Arka dan Seyla. Mereka sudah bertunangan dan juga sudah menentukan tanggal pernikahan.Namun sayang, takdir sepertinya belum ikut merestui. Seyla mengalami kecelakaan bersama kedua orang tuanya, dan koma selama satu tahun.Hal yang Ana khawatirkan sebagai seorang ibu, dia tak mau melihat putranya terus menunggu tanpa tau pasti apakah perempuan yang ditunggu akan hidup atau mati. Hingga suatu hari Arka tiba-tiba meminta ijin untuk menikahi perempuan lain, dan meninggalkan Seyla. Ana sangat senang, walau terdengar sangat mendadak tapi Ana dan Raditiya sangat mendukung keputusan sang putra. Ana dan Raditiya tidak pernah tau, apa yang terjadi pada Arka dan Liora hingga membuat keduanya menikah secara tiba-tiba. Ana dan Raditiya tidak pernah tau jika putranya menikahi perempuan lain, di saat hatinya masih
Seharian berjalan ke mall, kafe, dan tempat lainnya hingga membuat Arka dan Liora sampai rumah saat hari sudah gelap.Ana sudah dijemput oleh supir pribadinya, jadi Arka tak perlu mengantar mamanya untuk pulang. "Kamu pasti sangat kelelahan kan?" tanya Arka tiba-tiba saat melihat istrinya baru saja menyandarkan tubuhnya ke sofa ruang tengah. Dia memutuskan untuk duduk di samping Liora, sambil menatap wajah lelah perempuan itu sesaat. "Jika kamu lelah, kamu seharusnya jujur saja pada mama sejak tadi. Jadi kamu tidak perlu memaksakan diri untuk mengikuti apa keinginan mama."Liora menggeleng tak membenarkan apa yang Arka katakan. Walau benar saat ini dia sangat kelelahan karena menghabiskan waktu seharian di luar rumah, tapi Liora sangat senang dengan hal itu. "Aku tidak pernah menghabiskan banyak waktu dengan mama. Dan, aku sangat menyukainya. Jadi aku tidak ingin menolak saat mama mengajakku jalan-jalan seharian.""Tapi kondisimu saat ini -"