“Aku sudah sangat menjaga sikapku! Itu yang terbaik yang bisa kulakukan!” balas Cressa.
“Lakukan dengan lebih baik lagi, atau aku akan memperlakukanmu seperti korban pemerkosaan malam ini.” Magnus menatap tajam ke arah Cressa, meski dia terdengar main-main, dia seperti serius di waktu yang sama. “A-apa-apaan itu?” Cressa mengerutkan alisnya, dia jelas kehilangan kata-katanya. “Ck, cat got your tongue?” Magnus meledeknya sebelum melepaskannya dan berjalan lebih dulu. Cressa hanya memutar bolanya dengan malas. Magnus mengawasinya, berusaha mengontrolnya untuk tetap menjaga sikapnya dan cara bicaranya. Cressa mematuhinya dengan enggan. Sebenarnya, perkataan Magnus agak membuat Cressa memikirkannya terus menerus. Sebelum akhirnya dia berusaha memfokuskan diri pada apa yang sedang mereka kerjakan hari ini. Perjalanan bisnis yang cukup jauh ini tidak boleh sia-sia sama sekali. “Aku sudah berkonsultasi dengan seorang kepala proyek untuk merealisasikan gambaran stasiun yang pihak kalian inginkan. Kebetulan dia juga berada di sini hari ini, untuk mengecek kondisi lahannya. Ini, perkenalkan, dia James.” Walikota menghampiri orang yang dimaksud. Cressa menatapi Walikota dan kemudian menatapi pria yang diperkenalkan Walikota kepada dia dan suaminya. Begitu pria itu menoleh dengan sempurna dan tersenyum ke arahnya, Cressa langsung melebarkan matanya dengan kaget. Dia mengambil langkah mundur untuk bersembunyi di balik luasnya punggung Magnus. Melihat pergerakan Cressa yang tiba-tiba membuat Magnus menoleh ke arahnya dengan bingung, lantas menatap lagi pria itu. Pria itu tampak menatap ke arah Cressa juga dengan penasaran. “Magnus.” Magnus menjabat tangan James dengan ringan. “James. Aku banyak mendengar tentangmu sebelumnya.” James tersenyum ringan. “Oh, ya?” Magnus mengangkat alisnya. “Kau putra keluarga Armstrong, bukan begitu?” James terkekeh santai, membahas tentang keluarga Magnus yang terkenal belakangan ini, karena kasus korupsinya. Magnus hanya mengangkat alisnya dengan santai, dia berusaha tidak terpengaruh tentang reputasi keluarganya. Toh, dia sekarang berada dalam keluarga baru. “Cressa, jangan bersikap kekanakan.” Magnus menarik tangan Cressa dari belakang tubuhnya, dia cukup penasaran siapa sebenarnya James yang membuat Cressa bersembunyi seperti itu. Magnus menatap James dengan puas saat melihat ekspresi James yang jelas mengetahui siapa Cressa dan Cressa yang juga mengenali James. Cressa berusaha tak melakukan kontak mata, dia kelihatannya sangat enggan untuk bertemu dengannya. “Oh, Cressa? Senang bertemu lagi denganmu.” James terkekeh saat menatap Cressa yang terlihat canggung dan tak nyaman. “Kalian sangat mengenal?” tanya Walikota. “Ya, tentu.” Suara tawa James terkesan ada sesuatu yang memang harus disembunyikan dan tidak dikatakan secara blak-blakan. “Ya, siapa yang tidak mengenal Cressa Montgomery? Istriku sangat cantik, bukan?” Magnus menghela nafasnya dengan santai, dia sedikit menikmati ini, untuk mengejek Cressa. Magnus tidak bodoh dan justru sangat peka. James mungkin salah satu pria yang pernah dikencaninya untuk sesaat. Dan Cressa akan menghilang setelah mengencani pria secara acak. “Montgomery?” James mengangkat kedua alisnya, dia terlihat cukup terkejut walau berusaha menyembunyikannya. “Aku tidak pernah tahu nama belakangmu. Dan... ternyata kau sudah menikah? Sangat mengejutkan bagiku.” Cressa terkekeh canggung dan melirik Magnus dengan sinis, Cressa bisa sadar jika Magnus menikmati momen di mana dia merasa malu. “Kami pengantin baru,” ucap Maunya sambil tersenyum pada Cressa dan melingkarkan tangannya di pinggang Cressa. “Well. Hai, lama tidak bertemu,” sapa Cressa pada James dengan canggung. “Ya.” James menatap Cressa dengan perasaan tidak senang dan hanya menganggukkan kepalanya. Setelah perkenalan singkat itu, mereka berjalan-jalan untuk melihat lahan yang akan digunakan untuk pembangunan stasiun baru. Cressa jelas tidak senang dengan pertemuannya bersama James. Apa lagi, rasanya dia belum pernah bertemu dengan pria yang dia tinggal begitu saja sebelumnya, sehingga tak tahu bagaimana cara menghadapi mereka saat bertemu lagi tanpa diduga seperti ini. Yang lebih membuatnya malu adalah Magnus menyadarinya. Dan Magnus, suami dua harinya harus sedang bersamanya saat dia bertemu dengan orang seperti James. “Aku lelah berjalan. Kurasa aku akan beristirahat saja di sini. Kalian lanjutkan saja turnya,” ucap Cressa sambil menghela nafasnya dan menarik diri menjauh. “Oh, kau lelah? Sebenarnya, ada vila di dekat sini yang bisa kalian gunakan untuk beristirahat. Aku sudah meminta seseorang untuk membersihkannya. Itu milik salah satu petani yang lahannya ada di dekat sini.” Walikota segera menawarkannya tempat istirahat. “Terdengar bagus. Kau masih bisa berjalan, atau kau ingin aku menggendongmu?” Magnus menatap Cressa sambil menarik lengan Cressa agar tak jauh-jauh darinya. “Aku akan tetap berjalan.” Cressa menepis tangan Magnus dengan halus. Sebelum lanjut berjalan, Cressa melepaskan heels yang dia gunakan, dia menyesal tidak mempertimbangkan trek yang akan dia lalui. Dia pikir mereka akan menyediakan kendaraan untuk melihat lahannya sehingga tak akan membebani kakinya. Cressa berjalan di sebelah Magnus dengan bertelanjang kaki dan menenteng heelsnya. Magnus menoleh ke arahnya, memperhatikan apa yang dilakukan Cressa. Sedetik kemudian, dia merebut heelsnya dari Cressa dan tangannya yang lain langsung melingkar di kaki Cressa. Magnus mengangkat tubuh Cressa dengan mudahnya. “Oh, ya ampun! Apa yang kau lakukan?” bisik Cressa. “Aku yakin akan ada wartawan di sekitar sini. Aku butuh validasi jika aku memperlakukanmu dengan baik.” Magnus menyeringai sambil berjalan membawa Cressa. “Ck, yang benar saja!” Cressa memutar matanya sambil berpegangan pada Magnus. Tiba di sebuah vila yang disebutkan, Cressa beristirahat di sana. Sementara Magnus dan Walikota masih berjalan-jalan di dekat sana. Cressa memperhatikan ladang wortel di dekatnya. Bericont sangat indah, jauh dari keramaian dan polusi kota. “Kau berani meninggalkanku begitu saja dan muncul di hadapanku secara tiba-tiba.” Cressa terperanjat kaget dan menoleh ke arah James yang sekarang menyilangkan tangannya tak jauh darinya. “Bukankah kau bersama Walikota dan Magnus?” Cressa menatap James keheranan. “Tidak, aku bilang jika aku akan kembali. Aku masih sangat ingat kau memukul kepalaku dengan botol minuman sebelum meninggalkan hotel.” James tampak kesal. “Ayolah, itu hanya masa lalu,” balas Cressa. “Aku tidak menyangka, jika anggota keluarga yang terhormat Montgomery yang menemaniku di hotel malam itu.” James terkekeh sinis. “Ya, kau sebaiknya bersyukur.” Cressa mendengus. “Padahal aku sudah mengikuti semua perkataanmu untuk tidak melampaui batas yang kau tetapkan. Kau setuju untuk memberikan perlakuan yang sama, tapi kau menggunakan malah memukulku?!” James kelihatannya cukup marah. Cressa tahu, itu sepenuhnya salahnya. Dia enggan memuaskan James seperti James memuaskannya. Dia kabur setelah melukai James. “Itu karena kau membuatku merasa terancam, aku hanya ingin melindungi diriku sendiri.” Cressa membela dirinya sendiri. “Aku ingin kau membayar atas perbuatanmu padaku malam itu.” James mendekati Cressa. Cressa langsung mengambil vas bunga di dekatnya.Kali ini Cressa tak bisa membohongi dirinya sendiri. Dia membutuhkan Magnus untuk memuaskan hasratnya. Dan Magnus yang menginginkan hal serupa jelas tak akan berhenti di sana. Apa lagi bagaimana Cressa memberikan reaksi. Cressa membuatnya gila.Tanpa berbasa-basi, Magnus mengangkat tubuh Cressa, melingkarkan kaki Cressa di pinggangnya dan membawa Cressa naik ke kamar. Dia kemudian membaringkan Cressa di kasur. Sementara dirinya mulai melucuti pakaiannya sendiri yang hanya akan menghalangi kegiatan mereka. Cressa memperhatikan bagaimana Magnus menelanjangi dirinya, memperhatikan jika otot-otot Magnus belakangan ini semakin jelas, ukuran ototnya sepertinya bertambah seiring dia berada jauh dari Cressa. Pikiran tentang tidak menyentuh Cressa dalam waktu yang lama tentu adalah sesuatu yang berat. Magnus harus mengalihkan perhatiannya agar dia tidak terlalu memikirkan tentang tubuh istrinya, atau segala kepuasan yang ada di dalamnya. Dia melampiaskan semuanya dengan kegi
Setelah Serenia mengatakan sesuatu tentang hukuman, sekarang Cressa mengerti kenapa Magnus saat ini duduk di pinggir kasur dengan membungkuk, hingga kedua lengannya harus menahan postur tubuhnya yang sedang tertunduk tak jauh dari Cressa. “Aku akan pergi ke Bericont untuk beberapa minggu. Ada banyak yang harus aku lakukan di sana.” Magnus menghela nafasnya dengan berat, kelihatannya dia sebenarnya enggan. Cressa memalingkan wajahnya. Dia sebenarnya tidak mau berbicara dengan Magnus. Namun Magnus sudah berkali-kali membujuknya dan meminta maaf padanya. Hingga dia juga mengalah dengan tinggal di mansion Montgomery untuk beberapa haru belakangan ini. “Sepertinya kau sangat ingin menjauhiku,” gumam Cressa. “Kau tahu bukan itu maksudku. Ini perintah Serenia. Dia saat ini kembali memegang kendali di kantor. Aku tidak bisa menentangnya.” Magnus menatap Cressa dengan pasrah. Cressa hanya bisa menghela nafasnya kemudian. Dia juga tidak tahu harus mengatakan apa. Lagi pula, sepertinya
Saat Cressa memberontak dari gendongannya, Magnus menguatkan lengannya untuk menahan tubuh Cressa. Dia bisa merasakan betapa lemahnya tubuh Cressa karena mungkin kurangnya asupan nutrisi yang cukup selama beberapa hari belakangan ini. “Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!” Cressa terus memberontak. Magnus mendekap Cressa ke dadanya. Cressa menolak menyentuhnya sama sekali, itu sebenarnya membuat harga dirinya turun di depan orang-orang yang ada di sekitarnya. Meski begitu, Magnus tetap berusaha mempertahankan fasadnya yang tegas. “Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik untukmu sekarang. Berhenti memberontak!” Tangan kanan Magnus mencengkeram kuat kedua lutut Cressa.Cressa terus mendorong Magnus menjauh, dan kedua kakinya dia ayunkan. Meski begitu, tak lama kemudian dia terdiam saat merasakan nafasnya tiba-tiba menjadi berat. Dan dia merasa lelah hanya karena pemberontakannya yang lemah. “Lihat? Kau membutuhkan bantuan medis sekarang.” M
“Aku tidak tahu apa pun tentang yang terjadi antara Cressa denganmu. Tapi aku sedikit tersinggung atas ucapanmu tentang selingkuh. Aku? Menjadi selingkuhan? Oh, harga diriku benar-benar terluka. Aku lebih baik mendapatkan gadis lain.” James langsung mendecak tak percaya, dia menaruh kedua tangannya di pinggang. Dia sebenarnya sangat penasaran atas apa yang terjadi dengan hubungan rumah tangga pasangan yang menikah kurang dari empat bulan tersebut. Dia bertemu mereka saat mereka baru menikah, dan dalam keadaan harmonis. Suasana ini jelas sangat berbanding terbalik. Magnus hanya melirik ke arah James dengan sedikit sinis. Meski begitu, mendengar langsung bagaimana James menjelaskan situasi yang terjadi antara dia dan Cressa, tak ada indikasi perselingkuhan. Berusaha mengesampingkan perasaan kesalnya karena melihat Cressa bersama pria lain di sebuah kabin, dia ingin fokus pada perasaan Cressa saat ini dan fakta kalau dia sedang hamil. Magnus berjalan mendekati Cressa, dia berdiri
“...sungguh, dia memintaku menurunkannya di persimpangan jalan sana, dan kemudian sebuah mobil tiba begitu dia turun dari taksiku. Dia sudah menelepon seseorang selama di perjalanan.” Sopir taksi yang sekarang tengah ditodong pistol oleh salah satu anak buah Magnus itu tampak berusaha keras menunjukkan kejujurannya. Dia mengangkat tangannya dengan ketakutan juga. Magnus menganggukkan kepalanya mengerti dan membuat anak buahnya menurunkan pistol tersebut. Sekarang Magnus penasaran dengan orang yang berani membantu istrinya tersebut di saat seperti ini. Dia kemudian memikirkan seseorang. “Sepertinya belakangan ini aku tidak melihat Paul,” gumam Magnus. “Dia sedang berada di luar kota untuk urusan lainnya, itu yang aku ketahui,” jawab Glenn. “Sungguh? Bagaimana jika dia di luar kota karena membantu Cressa pergi?” “Dia tidak akan melakukan itu. Nyonya Serenia sendiri yang mengirimnya keluar kota beberapa hari yang lalu, tepat sebelum semua ini terjadi. Aku yakin Cressa tidak b
Serenia memegangi bahu Jeslyn dengan erat, yang tentu berhasil membuat Jeslyn merasa terintimidasi dan tak punya pilihan selain jujur padanya. Serenia juga jelas sedang khawatir. “Jangan bilang jika Magnus bahkan tidak mengetahui tentang ini,” ucap Robert. Serenia melirik suaminya tersebut dan menatap Magnus. Sementara Robert hanya tersenyum tipis sambil menggoyangkan kakinya santai, menurut Robert akan seru jika Magnus kehilangan kepercayaan Serenia sepenuhnya. “Benar, Cressa sedang hamil. Dan dia memang belum memberitahu siapa pun selain aku.” Jeslyn menganggukkan kepalanya. Serenia seketika melepaskan bahu Jeslyn dan mendengus kasar. Serenia menutup wajahnya dengan perasaan khawatir pada adiknya tersebut. Sementara Magnus memejamkan matanya sejenak sambil menyandarkan bahunya ke sofa. Magnus memijat keningnya agak kasar begitu mendengar kabar kehamilan istrinya, dari sahabat istrinya. “Kenapa dia tidak langsung memberitahuku jika dia hamil?” Ma
Sedetik setelah kehilangan kendalinya lagi, Magnus menghela nafasnya berat. Dia tentu menyesalinya setelah membentak Cressa. Apa lagi, reaksi Cressa yang tampak membeku sesaat, dengan ekspresinya yang terlihat menahan tangisnya. “Dengar, aku sama sekali tidak berniat membentakmu. Hanya saja, semuanya terasa semakin sulit saat kau tidak mendengarkanku dan justru menuduhku.” Magnus mendengus. Cressa memalingkan wajahnya. Dia ingin mendengarkan Magnus lebih lanjut, mendengarkan penjelasannya lagi meski harus menahan air matanya. Dia juga merasa kalau dirinya semakin sensitif dan emosional belakangan ini. “Aku sudah menjelaskannya dengan jelas, bukan? Situasinya tidak menguntungkan untuk Agnes jika dia tinggal di Luston. Untuk itulah aku membawanya kembali ke Metronyx dan membiarkannya tinggal di Metronyx. Mungkin setidaknya sampai bayinya lahir. Kau mengerti maksudku, kan? Setelah bayinya lahir, pasti orang tuanya Agnes berubah pikiran, tidak mungkin bagi mereka membu
“Apa ini yang kau maksud sibuk selama ini? Melakukan urusan yang tak aku ketahui?” Cressa menatap ke arah Magnus dengan sinis dan agak sedikit kosong, kekecewaan yang mendalam sepertinya kurang tergambar di wajah antagonis Cressa. Membuat perasaannya selalu bisa disalahpahami. “Cressa?” Magnus langsung melepaskan Agnes dengan sedikit kasar. Agnes mengerutkan alisnya dengan kesal saat Magnus menepisnya dengan cukup kasar. Dia menatap Magnus yang langsung bangkit dari tempat duduknya. Agnes mendengus sambil menatapi Cressa yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang cukup tajam. “Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau ke sini?” Magnus berjalan cepat mendekatinya. Cressa bisa melihat wajah Magnus yang terlihat panik, mendekat padanya seolah dia baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang salah. Semakin Magnus mendekat, maka rahang Cressa semakin terangkat untuk terus menatap wajah Magnus yang lebih tinggi darinya. “Kau sungguh bertanya s
Belum sempat beranjak dari kasur yang ada di kamar Magnus, Cressa langsung ditarik kembali. Magnus seketika mendudukkan Cressa ke pangkuannya, yang membuat Cressa tersentak kaget. Magnus mendekapnya dari belakang, tangannya melingkar di bahu sempit Cressa, dan yang satunya melingkar di pinggangnya, kedua lengan Cressa juga terperangkap dalam dekapan Magnus. “Aku merindukanmu, tidakkah kau tahu itu? Aku sudah terkurung di sini beberapa hari. Setidaknya temani aku tidur malam ini. Jeslyn bisa tidur sendiri, kan? Atau mungkin, Glenn bisa saja datang nanti malam padanya. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Magnus menenggelamkan wajahnya di tengkuk Cressa, mengendus aroma Cressa yang sudah dia rindukan. Tangannya perlahan turun ke blouse yang dipakai Cressa. Tangan Magnus menyelinap dari atas, untuk meraih salah satu dari payudaranya yang membuat Cressa merapatkan bahunya. Cressa tidak tahu apakah akan aman jika dia melakukan hubungan intim dengan Magnus saat dia sedang hamil d