Setelah memutuskan hubungan dengan keluarganya yang terjerat kasus korupsi, Magnus bekerja pada keluarga Montgomery, sebuah perusahaan lokomotif terbesar di dunia. Dan dia harus menikah dengan Cressa, putri bungsu Montgomery yang pemarah. Bersama, Magnus dan Cressa punya tujuan masing-masing dalam pernikahan itu. Namun, perlahan-lahan Cressa mengungkap jati diri Magnus yang sebenarnya. Magnus bukan anak koruptor semata, lalu siapa sebenarnya dia?
Voir plus“Ahn...”
Magnus mengerutkan alisnya ketika berdiri di depan pintu suatu ruangan. Dia meraih gagang pintu ruangan tersebut dan memutarnya untuk membuka pintu hingga isi ruangan terlihat olehnya. Seorang gadis yang tengah melebarkan kakinya di kursi langsung terperanjat kaget dan menoleh ke pintu. Pria yang kepalanya berada di antara kedua kakinya langsung terangkat dan melihat ke pintu bersama gadis itu. “Aku ingin bicara dengannya berdua, keluar!” Magnus menatapi pria itu yang langsung bangkit. Cressa, gadis yang hampir meraih puncaknya itu hanya bisa menghela nafasnya sambil memperbaiki rok dan caranya duduk. Wajahnya memerah, antara karena kegiatan panas yang dia lakukan sebelumnya atau justru karena malu baru saja dipergoki oleh tunangannya. “Apa yang kau inginkan?” Cressa menatap ke arah lain, jelas malu atas tindakannya barusan. “Bukankah keluarga Montgomery yang terhormat tidak mengizinkan aktivitas seperti itu sebelum menikah?” ejek Magnus sambil berdiri tegap di depan meja Cressa. Magnus menatapi Cressa yang masih berusaha memperbaiki roknya. Dia melirik nama Cressida Montgomery yang tertera di mejanya. “Langsung ke intinya saja, apa yang kau inginkan?” Cressa menatapi pria yang bersamanya barusan, tersenyum ringan ke arah pria yang menghilang setelah melewati pintu ruangannya. “Aku sebenarnya hanya ingin mengecek keadaanmu di sini. Kelihatannya kau bahkan belum mengerjakan tugas ringan yang diberikan kakakmu. Dia benar soal kau membutuhkanku.” Magnus menatapi meja kerja Cressa yang berantakan. “Aku membutuhkan waktu. Apa menurutmu mudah menemukan negara yang memiliki peluang besar dalam pengembangan—” “Dan kau menyia-nyiakan waktumu untuk bersenang-senang dengan pria asing?” potong Magnus. Cressa menghela nafasnya. “Aku bekerja lebih baik dan lebih fokus setelah aku melepaskan oksitosin. Sekarang keluar dari ruanganku! Kau tidak berhak masuk tanpa izin seperti itu!” Magnus memutar matanya. Dia kemudian berjalan ke belakang meja Cressa, di mana Cressa hanya duduk di tempat duduknya sambil merapatkan kakinya. Cressa menatap Magnus dengan sedikit tegang saat pria itu berada tepat di depannya. “Begitukah? Sangat disayangkan pria itu sekarang sudah pergi meninggalkanmu. Tapi tidak apa, aku ada di sini untuk menuntaskan tugas pria itu yang belum selesai,” ucap Magnus seraya memberikan sentuhan halus di ujung jarinya pada lutut Cressa. “Apa yang kau lakukan?” Cressa menatap Magnus dengan tatapan tajam. “Membantumu agar fokus bekerja. Kau harus bekerja dengan baik. Aku tidak mau mengajarimu cara mengelola perusahaan dengan baik jika kau sendiri tidak bisa menyelesaikan tugas semudah yang telah diberikan kakakmu.” Magnus berdiri di sisi kursi yang diduduki Cressa. Cressa menatapi tangan Magnus yang semakin berani naik perlahan dari lututnya ke pahanya. Ujung jemarinya yang lentik itu menyapu halus pahanya, membuat nafasnya memberat perlahan-lahan. Cressa menahan nafasnya saat jemari Magnus menyingkap roknya. Dia tak bisa menolak ini, tubuhnya sudah hampir mencapai pelepasan sebelumnya, dan Magnus menghentikannya. Dia harus membuat Magnus membayar perbuatannya dengan membantunya meraih pelepasan lainnya. Tangan Magnus sudah menyusup ke rok Cressa dan membuat Cressa menggigit halus bibir bawahnya saat merasakan ujung jemari Magnus mengusap halus bagian paha dalamnya. “Kau menyukainya? Kau terkena kutukan atau semacamnya yang membuatmu harus melakukan ini agar fokus bekerja? Kau benar-benar tak pernah gagal dalam mengejutkanku,” bisik Magnus. Cressa langsung menahan pergelangan Magnus dengan kedua tangannya. Cressa meneguk ludahnya. Dia tidak bisa menolak permainan Magnus, dia sadar itu. “Jangan memasukkan jemarimu, aku masih perawan. Hanya sentuhan,” pinta Cressa. Magnus mengangkat alisnya, dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari Cressa. “Kau? Perawan? Aku meragukan perkataanmu.” “Sungguh.” Cressa menatap ke arahnya dengan sedikit menengadah, untuk meyakinkan Magnus. Magnus akhirnya hanya mendecak dan menganggukkan kepalanya untuk mengikuti permintaan Cressa. Yang berakhir dengan dia menenggelamkan wajahnya di antara kaku Cressa. Cressa bergerak gelisah, tangannya berusaha meraih apa pun untuk menjadi pegangan baginya. Hingga dia memegangi rambut Magnus, meremasnya untuk mencari pelampiasan. *** “Sial...” Cressa menutup wajahnya, mengumpat dengan penuh rasa malu karena terbuai. Magnus terlalu halus dalam bertindak, membuat lawannya selalu lengah dalam menghadapinya dan mendapatkan keuntungan dari lawannya yang tengah lengah. Itu membuat Cressa mendecak kesal dan marah. Dia merasa dipermalukan oleh Magnus. Tidak, dia telah mempermalukan dirinya sendiri dengan kepergok olehnya bersama pria lain dan Magnus mengambil kesempatan dari dirinya yang tengah dalam keadaan lengah dan sensitif. “Ada apa, Nona?” tanya sopir yang tengah menyetir untuknya. “Tidak ada. Langsung ke rumah kakakku saja. Magnus akan di sana. Aku harus tahu apa yang akan dia bahas bersama Serenia.” Cressa menghela nafasnya. “Tuan Magnus adalah orang yang luar biasa.” “Apa bagusnya dia? Dia berasal dari keluarga yang sedang diselidiki karena kasus korupsi. Aku yakin dia sedang berusaha mencari kesempatan lewat kakakku yang sedang sakit sampai membuat kakakku setuju menjadikan dia bagian dari keluarga ini. Mungkin dia ingin panjat sosial.” “Meski begitu, Tuan Magnus adalah orang yang kompeten. Tanpa Tuan Magnus setahun belakangan ini, Montgomery mungkin sudah bangkrut.” Cressa menghela nafasnya sambil menatap keluar jendela mobil. Pernikahan yang akan terjadi di antara dia dan Magnus bukanlah keinginannya, melainkan kakaknya. Untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan tahun lalu, dia merekrut Magnus dan membuat kesepakatan dengannya. Magnus menunggunya lulus kuliah untuk menikah. Dia baru pulang dari menuntut ilmu bulan lalu dan dia akan segera menikah dalam dua minggu lagi. “Dia menyelamatkan Montgomery pasti karena dia ingin mendapatkan keuntungan besar.” Cressa memejamkan matanya sesaat. Begitu tiba di rumah kakaknya, Cressa menatapi mobil asing di tempat parkir. “Itu bukan mobilnya Magnus.” Cressa mengerutkan alisnya. Cressa berjalan dan menatapi kakak iparnya yang sedang bersama wanita lain. Melihat betapa beraninya kakak iparnya selingkuh di rumah kakaknya, Cressa langsung berjalan cepat ke arah mereka. Cressa menatapi mereka yang sekarang bermesraan, saling bersandar di dekat kolam. Cressa tanpa mengatakan sesuatu, Cressa langsung mendorong keduanya ke kolam tersebut. Tak jauh dari Cressa berdiri, ada papan peringatan yang mengatakan kalau kolam tersebut dihuni oleh seekor hiu putih besar. Sementara itu, Magnus menatapi mobil yang dia kenali sudah terparkir di sana, dia bisa memastikan kalau Cressa sudah tiba lebih dulu. Magnus keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam. Magnus menatapi Cressa yang sedang menyilangkan tangannya di dekat kolam hiu. Dan dua orang yang sedang panik untuk naik ke daratan hanya ditatap Cressa dengan dingin. Cressa tak memberikan reaksi khusus. “Tolong! Tolong!” Pria dan wanita itu tergesa-gesa berenang ke tepian dengan wajah paniknya. “Apa yang kau lakukan?” Magnus mendekati Cressa sambil menatapnya dengan tatapan tak percaya.Kali ini Cressa tak bisa membohongi dirinya sendiri. Dia membutuhkan Magnus untuk memuaskan hasratnya. Dan Magnus yang menginginkan hal serupa jelas tak akan berhenti di sana. Apa lagi bagaimana Cressa memberikan reaksi. Cressa membuatnya gila.Tanpa berbasa-basi, Magnus mengangkat tubuh Cressa, melingkarkan kaki Cressa di pinggangnya dan membawa Cressa naik ke kamar. Dia kemudian membaringkan Cressa di kasur. Sementara dirinya mulai melucuti pakaiannya sendiri yang hanya akan menghalangi kegiatan mereka. Cressa memperhatikan bagaimana Magnus menelanjangi dirinya, memperhatikan jika otot-otot Magnus belakangan ini semakin jelas, ukuran ototnya sepertinya bertambah seiring dia berada jauh dari Cressa. Pikiran tentang tidak menyentuh Cressa dalam waktu yang lama tentu adalah sesuatu yang berat. Magnus harus mengalihkan perhatiannya agar dia tidak terlalu memikirkan tentang tubuh istrinya, atau segala kepuasan yang ada di dalamnya. Dia melampiaskan semuanya dengan kegi
Setelah Serenia mengatakan sesuatu tentang hukuman, sekarang Cressa mengerti kenapa Magnus saat ini duduk di pinggir kasur dengan membungkuk, hingga kedua lengannya harus menahan postur tubuhnya yang sedang tertunduk tak jauh dari Cressa. “Aku akan pergi ke Bericont untuk beberapa minggu. Ada banyak yang harus aku lakukan di sana.” Magnus menghela nafasnya dengan berat, kelihatannya dia sebenarnya enggan. Cressa memalingkan wajahnya. Dia sebenarnya tidak mau berbicara dengan Magnus. Namun Magnus sudah berkali-kali membujuknya dan meminta maaf padanya. Hingga dia juga mengalah dengan tinggal di mansion Montgomery untuk beberapa haru belakangan ini. “Sepertinya kau sangat ingin menjauhiku,” gumam Cressa. “Kau tahu bukan itu maksudku. Ini perintah Serenia. Dia saat ini kembali memegang kendali di kantor. Aku tidak bisa menentangnya.” Magnus menatap Cressa dengan pasrah. Cressa hanya bisa menghela nafasnya kemudian. Dia juga tidak tahu harus mengatakan apa. Lagi pula, sepertinya
Saat Cressa memberontak dari gendongannya, Magnus menguatkan lengannya untuk menahan tubuh Cressa. Dia bisa merasakan betapa lemahnya tubuh Cressa karena mungkin kurangnya asupan nutrisi yang cukup selama beberapa hari belakangan ini. “Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!” Cressa terus memberontak. Magnus mendekap Cressa ke dadanya. Cressa menolak menyentuhnya sama sekali, itu sebenarnya membuat harga dirinya turun di depan orang-orang yang ada di sekitarnya. Meski begitu, Magnus tetap berusaha mempertahankan fasadnya yang tegas. “Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik untukmu sekarang. Berhenti memberontak!” Tangan kanan Magnus mencengkeram kuat kedua lutut Cressa.Cressa terus mendorong Magnus menjauh, dan kedua kakinya dia ayunkan. Meski begitu, tak lama kemudian dia terdiam saat merasakan nafasnya tiba-tiba menjadi berat. Dan dia merasa lelah hanya karena pemberontakannya yang lemah. “Lihat? Kau membutuhkan bantuan medis sekarang.” M
“Aku tidak tahu apa pun tentang yang terjadi antara Cressa denganmu. Tapi aku sedikit tersinggung atas ucapanmu tentang selingkuh. Aku? Menjadi selingkuhan? Oh, harga diriku benar-benar terluka. Aku lebih baik mendapatkan gadis lain.” James langsung mendecak tak percaya, dia menaruh kedua tangannya di pinggang. Dia sebenarnya sangat penasaran atas apa yang terjadi dengan hubungan rumah tangga pasangan yang menikah kurang dari empat bulan tersebut. Dia bertemu mereka saat mereka baru menikah, dan dalam keadaan harmonis. Suasana ini jelas sangat berbanding terbalik. Magnus hanya melirik ke arah James dengan sedikit sinis. Meski begitu, mendengar langsung bagaimana James menjelaskan situasi yang terjadi antara dia dan Cressa, tak ada indikasi perselingkuhan. Berusaha mengesampingkan perasaan kesalnya karena melihat Cressa bersama pria lain di sebuah kabin, dia ingin fokus pada perasaan Cressa saat ini dan fakta kalau dia sedang hamil. Magnus berjalan mendekati Cressa, dia berdiri
“...sungguh, dia memintaku menurunkannya di persimpangan jalan sana, dan kemudian sebuah mobil tiba begitu dia turun dari taksiku. Dia sudah menelepon seseorang selama di perjalanan.” Sopir taksi yang sekarang tengah ditodong pistol oleh salah satu anak buah Magnus itu tampak berusaha keras menunjukkan kejujurannya. Dia mengangkat tangannya dengan ketakutan juga. Magnus menganggukkan kepalanya mengerti dan membuat anak buahnya menurunkan pistol tersebut. Sekarang Magnus penasaran dengan orang yang berani membantu istrinya tersebut di saat seperti ini. Dia kemudian memikirkan seseorang. “Sepertinya belakangan ini aku tidak melihat Paul,” gumam Magnus. “Dia sedang berada di luar kota untuk urusan lainnya, itu yang aku ketahui,” jawab Glenn. “Sungguh? Bagaimana jika dia di luar kota karena membantu Cressa pergi?” “Dia tidak akan melakukan itu. Nyonya Serenia sendiri yang mengirimnya keluar kota beberapa hari yang lalu, tepat sebelum semua ini terjadi. Aku yakin Cressa tidak b
Serenia memegangi bahu Jeslyn dengan erat, yang tentu berhasil membuat Jeslyn merasa terintimidasi dan tak punya pilihan selain jujur padanya. Serenia juga jelas sedang khawatir. “Jangan bilang jika Magnus bahkan tidak mengetahui tentang ini,” ucap Robert. Serenia melirik suaminya tersebut dan menatap Magnus. Sementara Robert hanya tersenyum tipis sambil menggoyangkan kakinya santai, menurut Robert akan seru jika Magnus kehilangan kepercayaan Serenia sepenuhnya. “Benar, Cressa sedang hamil. Dan dia memang belum memberitahu siapa pun selain aku.” Jeslyn menganggukkan kepalanya. Serenia seketika melepaskan bahu Jeslyn dan mendengus kasar. Serenia menutup wajahnya dengan perasaan khawatir pada adiknya tersebut. Sementara Magnus memejamkan matanya sejenak sambil menyandarkan bahunya ke sofa. Magnus memijat keningnya agak kasar begitu mendengar kabar kehamilan istrinya, dari sahabat istrinya. “Kenapa dia tidak langsung memberitahuku jika dia hamil?” Ma
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires