Deg
Arumi terdiam kaku dengan wajah mendadak tegang mendengar ucapan Alzi barusan berhasil membuat jiwa Arumi seakan tertarik paksa dari dalam raganya.Arumi tidak akan rela jika harus kehilangan Alzi dengan cara yang seperti itu.Sebesar itukah rasa sakit yang Alzi alami hingga Alzi akan memilih mati jika tidak ada Arumi dalam hidupnya?Tentu saja jawabannya adalah, iya. Alzi terlalu menderita seorang diri menghadapi dunia tipu-tipu ini."Jangan ngomong gitu lagi, Zi! Aku nggak suka. Jangan bertahan cuma karena aku! Jika aku tiba-tiba dipanggil Tuhan lebih dulu, apa yang bakalan terjadi sama kamu kalau konsep hidup kamu kayak gini?" lirih Arumi sambil menatap dalam wajah kacau sang kekasih.Alzi tersenyum, senyuman yang teramat menyakitkan mewakili setiap rasa sakit dan lelah yang hati dan fisiknya rasakan selama belasan tahun ini.Alzi tidak pernah merasakan kebahagiaan dalam hidupnya sebelum ia masuk SMA dan bertemu A'Tahan Alzi.. tahan! Jangan muntah-muntah sekarang! Asam lambung pake kambuh segala bikin repot aja.' Alzi menguatkan dirinya sendiri Jangan sampai Arumi, Gala, dan Mentari semakin khawatir kalau ia muntah-muntah sekarang.Alzi sampai berkeringat dingin gara-gara menahan gejolak di perutnya. Alzi memejamkan mata berharap rasa mualnya sedikit reda, Alzi sangat tidak ingin membuat kekasih dan teman-temannya semakin khawatir dengan dirinya.Arumi mengobati luka-luka ditangan Alzi dengan telaten dan membalut luka di tangan Alzi dengan lembut dan begitu rapih. Calon ibu Dokter yang satu ini begitu serius mengobati pacarnya sendiri."Ada yang lain?" tanya Arumi setelah ia selesai dengan luka-luka ditangan Alzi."Nggak ada, cukup satu kamu aja yang ada di hati aku." Alzi menyengir menjawab tak serius membuat Arumi ingin mencakar Alzi sekarang juga kalau ia tidak ingat Alzi sedang sakit.Alzi ini terlalu menyebalkan untuk diajak serius seperti
HuekHuekHuekSejak lima menit yang lalu Alzi muntah-muntah mengeluarkan seluruh isi perutnya di depan kloset.Asam lambung Alzi benar-benar kambuh membuat Alzi terus muntah-muntah seperti perempuan hamil muda.Sudah tidak ada lagi isi perut yang akan ia keluarkan, tapi Alzi tetap saja muntah-muntah tanpa bisa berhenti.Arumi dengan setia menemani sambil mengurut tengkuk Alzi dengan perasaan cemas luar biasa, sementara Galaksi dan Mentari pergi ke apotek untuk membeli obat asam lambung yang biasa Alzi minum kalau asam lambungnya kambuh.Huek~~Setelah dirasa perutnya sudah sedikit membaik, Alzi terkulai lemas bersandar di dinding kamar mandi setelah puas mengeluarkan isi perutnya.Alzi memegangi perutnya yang terasa nyeri dengan air mata meleleh. Jangan dikira Alzi menangis, jawabannya adalah tidak. Air mata Alzi mengalir dengan sendirinya saat dia muntah-muntah tadi."Udah enakan?" tanya Arumi yang berjongkok di hadapan Alzi sambil mengelap air mata sang kekasih dengan selembar tisu
Alzi diam memperhatikan Arumi berceloteh dengan pandangan begitu dalam meski matanya basah akibat air mata.Alzi kembali menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Arumi. "Pokoknya apapun yang terjadi kita nggak boleh menyerah! Kita harus berjuang sama-sama sampai badai ini berlalu!" Ucap Alzi dibalas anggukan singkat oleh Arumi.Dan disinilah Boma kesayangan Mentari yang menjadi jembatan layang pernikahannya dengan Gala duduk anteng menyaksikan adegan haru penuh air mata yang diciptakan oleh Alzi dan Arumi...."Sayang, obat-obatannya udah semua?" Gala bersandar di depan mobil dan melontarkan pertanyaan saat Mentari keluar dari apotek dengan membawa satu kantong penuh berisi obat.Sebenarnya tadi Gala sudah menawarkan diri dia saja yang membelikan obat untuk Alzi kedalam apotek dan meminta Mentari untuk menunggu saja di dalam mobil."Udah dong Kak. Sekarang kita pulang kasian Alzi nunggu obatnya terlalu lama. Bis
"Ini gaji yang elo mau, enyah dari hadapan gue sekarang juga!" usir Alzi.Gala tersenyum mengambil amplop itu dari Alzi, ya iyalah senyum. Siapa coba yang nggak akan bahagia ketika gajian? Gala rasa sih nggak ada selagi itu orang masih waras."Nggak perlu lo usir gue juga bakalan pergi sekarang juga karena istri gue tercinta lagi nungguin buat pergi belanja bulanan." Gala mulai bersiap untuk pulang. "Btw makasih gajinya ya Bos, gue doain elo cepet dapet karyawan baru karena jatah gue kerja di sini cuma tinggal satu setengah bulan lagi," ucap Gala sebelum pergi meninggalkan Alzi yang mendengkus malas karena ulahnya."GUE SUMPAHIN LO SUKSES, GALA!" teriak Alzi ketika Gala sudah berada diluar ruangannya."AMIIN! GUE SUMPAHIN JUGA LO SAMA ARUMI CEPET NIKAH!" balas gala ikut berteriak.Sejurus kemudian, keduanya sama-sama tertawa keras karena kebodohan mereka sendiri. Bisa-bisanya mereka teriak-teriak seperti Tarzan padahal jelas-jelas mereka bisa bicara saling berdekatan.Kalau persahabata
'Kayaknya aku harus beranikan diri ngomong langsung sama Kak Gala,' putus Mentari pada akhirnya.Mentari mulai bertekad dalam hati dengan sangat yakin, setelah pulang berbelanja ia akan membicarakan hal ini dengan Gala.Dengan catatan kalau dia tidak lelah, Mentari takut jika dia dalam keadaan lelah dan Gala malah meminta haknya saat itu juga Mentari takut tubuhnya tidak siap dan tumbang sebelum Gala puas...."Ck ck ck, ini udah pada rapih aja. Mau kemane?"Gala yang sudah bersiap ingin menyalakan motor mengernyitkan alisnya saat mendengar suara yang sangat ia kenali berasal dari kontrakan tetangganya. Menggerakkan lehernya dengan cepat, mata Gala melebar melihat Alzi malah nongkrong di kontrakan Bu Santi sambil meminum secangkir kopi dan menikmati sepiring pisang goreng."Ngapain lo di sono?""Orang nanya bukannya bukannya dijawab malah balik nanya," ucap Alzi tidak jelas karena mulutnya teris
Mentari berlenggok ceria berjalan lebih dulu di depan Gala, rambut panjangnya yang sengaja ia kuncir kuda bergoyang kanan kiri sesuai kakinya melangkah. Kedua tangan Mentari berpegangan pada tali tas selempang yang ia pakai sementara, bibirnya terus bersenandung kecil menyanyikan lagu nostalgia favoritnya. 'Kakak senang liat kamu bahagia kayak gini sayang, semoga kedepannya nggak ada lagi masalah berat yang menimpa kamu.' Gala membatin dan sangat berharap sang istri bisa bahagia dan jauh dari masalah.Gala sangat tau masalah itu akan tetap ada selagi kita masih hidup akan tetapi, Gala sangat-sangat berharap tidak ada lagi yang berniat jahat pada sang istri seperti kejadian yang diperbuat Fania beberapa bulan silam dan hal itu sukses membuat Mentari berubah dingin pada orang luar."Kaka Gala kenapa malah ngelamun di sana? Apa nggak berat itu belanjaan yang Kakak tenteng sekali tiga?" tanya Mentari dari depan pintu kontrakan.Mentari belum bisa masuk ke dalam kontrakan karena kuncin
Melihat Mentari yang tak beranjak sama sekali dari depan pintu kamar, Gala memutuskan untuk berdiri dan menyudahi bermain ponselnya demi menghampiri sang istri."Kamu kenapa, hem? Masih marah sama, Kakak?" tanya Gala sesuai dengan yang dia pikirkan tadi.Kedua tangan pria itu terangkat memegangi kedua bahu Mentari, Gala menatap dalam dan penuh cinta kedua manik hitam sang istri.Mentari menggeleng. "Aku nggak marah sama sekali, Kak. Malahan aku udah lupa sama kejadian tadi, tapi---""Tapi apa? Kamu butuh sesuatu, atau mungkin belanjaannya ada yang kurang?" Belum selesai Mentari melanjutkan kata-katanya, tapi ucapannya terpaksa harus terpotong karena Gala tiba-tiba menyela dan menebak dengan sok taunya.Mentari memandang Gala dengan pandangan kesal. "Aku belum selesai ngomong, Kak Gala. Bisa nggak sih, nggak usah disela dulu?"Gala meringis kikuk sambil menggaruk pucuk kepalanya yang tak gatal. "Maaf deh, silahkan dilanjutin lagi. Kakak janji nggak bakalan ngomong sebelum kamu selesai
Tok Tok Tok!"Assalamualaikum!"Ini adalah pertama kalinya Galaksi bertamu ke rumah seorang perempuan. Meskipun Galaksi atau kerap kali di sapa dengan Gala itu tampan tiada obat dan jenius, tapi latar belakangnya yang hanya mahasiswa beasiswa dan berasal dari panti asuhan menjadi alasan para gadis tidak mau menyukainya. Hanya Mentari yang berbeda. Kekasih Gala ini begitu tulus."WAALAIKUMSALAM, TUNGGU SEBENTAR!" Tak lama, seorang perempuan keluar dari dalam rumah sederhana itu."Kaka Gala?" Mata sembab gadis itu membulat sempurna menampilkan raut keterkejutan melihat kedatangan kekasihnya secara tiba-tiba.Ditambah lagi sang kekasih datang dengan keadaan basah kuyup. Beberapa saat lalu, memang hujan."Ayo masuk dulu, Kak! Tari pinjemin handuk buat keringin badan Kakak." Mentari menarik pelan tangan Gala untuk masuk kedalam rumahnya.Sebenarnya ada keraguan di hati Mentari mengajak Gala masuk kedalam rumah padahal rumahnya dalam keadaan kosong seperti ini.Bukan takut kalau Gala aka