Share

37

Ki Demung Banar berdoa. Lalu ia mengusap wajah dengan kedua tangan.

“Baik. Mari berangkat!”

Ia naik ke kuda, disusul Ki Randu Alas, Ki Gagak Panolih, Wisnumurti, dan Pratiwi.

Ki Demung berpamitan kepada istri dan anak-anaknya. Dua putra tertuanya sudah memasuki usia remaja, dan ikut pula berlatih bela diri.

Ia menggoyang tali kekang untuk menyuruh kudanya mulai melangkah. Medan melandai turun untuk menyeberangi sungai, lalu mulai mendaki di tengah pepohonan cemara menuju Gunung Wijil. Cuaca cerah, tapi mendung tebal menanti di depan. Baru beberapa langkah maju, Ki Demung Banar menghentikan kudanya. Empat yang lain tentu ikut berhenti.

“Ada apa?” tanya Ki Gagak Panolih.

Alis Ki Demung berkerut.

“Burung prenjak berbunyi, nyaring sekali,” katanya.

Yang lain ikut memasang telinga. Benar. Memang kicauan prenjak terdengar sangat kenceng, dan bersahut-sahutan.

“Kita akan kedatangan tamu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status