Share

46

“Apakah dia sudah sampai di tempat ini mendahului kita...?” Ki Demung Banar mendesis, celingukan.

“Siapa? Tanpa Aran?” sahut Ki Gagak.

Ki Demung mengangguk.

“Atau dua manusia sinting dari Margalayu itu,” kata Wiratmaka.

Alisnya berkernyit ketika hidungnya mencium kesiur angin yang tak biasa. Anyir sekali. Tahu-tahu melintas melewati hidungnya. Mata sang pangeran bergeser melakukan pencarian.

“Jangan takut! Mereka tidak mati. Hanya kusirep agar tidak menggganggu perayaan malam ini.”

Keempatnya menoleh. Dalam remang cahaya senja, sesosok bayangan hitam bercaping berdiri dengan kaki kangkang tak jauh dari gapura batu bata yang menjadi penanda awal jalan menanjak menuju puncak Gunung Wijil. Tak perlu bertanya, semua sudah langsung tahu siapa bayangan itu.

“Kalian juga mau ikut berpesta?” kata orang itu lagi. “Kau tak sayang nyawa juga rupanya, Pramesti. Di atas sana nanti,

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status